[KATEDRAL] Ada pemandangan yang berbeda saat perayaan Misa Kudus di Gereja Katedral Bogor, Minggu (11/3) lalu. Direktur Pendidikan dan Kesiswaan Seminari Menengah Stella Maris Bogor RD Jeremias Uskono (Romo Jeremi) yang memimpin misa turun dari altar lalu menyambangi dan menyapa umat berkebutuhan khusus (UBK) atau penyandang disabilitas yang berada di bagian sayap kanan Gereja. “Hai, saya ingin memperkenalkan diri. Nama saya Romo Jeremi. Terima kasih,” sapanya dengan bahasa isyarat.
Dia melanjutkan, saat ini yang baru bisa ia ucapkan dengan bahasa isyarat sebatas itu, memperkenalkan diri. “Namun saya ingin bisa menggunakan bahasa isyarat, karenanya saya mau belajar,” ujarnya. Spontan ucapan Romo Jeremi itu disambut tepuk tangan meriah dari ratusan umat.
Setiap Minggu ke-2 dan Minggu ke-4 di Gereja Katedral diadakan misa bersama umat dengan UBK yang didampingi para pembakti dan keluarga UBK yang tergabung dalam Kumpulan Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus (KOMPAK). Salah satu pembakti KOMPAK Theresia Niniek Sudarwati menuturkan, saat ini ada dua imam yang sudah menyediakan diri ingin belajar bahasa isyarat dan mengenal UBK lebih dalam. “Dua imam itu adalah Romo Jeremias Uskono dan Romo David Lerebulan dari Paroki Santo Andreas Ciluar. Kami sangat berterima kasih kepada Bapa Uskup, Pastor Paroki Katedral, para imam, juga Bruder Rein BM yang telah memberikan perhatian yang begitu besar bagi UBK,” kata Niniek, Rabu (14/3).
Dia mengatakan, saat ini KOMPAK terus mengembangkan diri baik untuk pembinaan UBK maupun pengembangan para pembakti atau relawan. Menurutnya, KOMPAK Keuskupan Bogor juga telah mempersiapkan penerjeman (interpreter) bahasa isyarat agar bisa melayani tunarungu. Penerjemah itu di antaranya Theresia Sirait dan Veronica Artha Dwijayanti dari Paroki Santo Herkulanus Depok, serta Maria Conchita Putri Asri dari Paroki Santo Joannes Baptista Parung. “Saat ini kami memang masih berfokus pada pertumbuhan dan pembinaan iman UBK. Ke depan kami juga akan memperhatikan aspek lain seperti memberikan keterampilan pada UBK. Tujuannya, agar mereka bisa mandiri,” jelas Niniek.
Layani Pengakuan Dosa UBK

Seusai misa, belasan UBK menerima sakramen tobat dengan mengaku dosa di Sekolah Budi Mulia. Direktur Spiritual Seminari Stella Maris Pater Ignatius Wagu OFM bertugas melayani pengakuan dosa UBK. “Untuk tunanetra dan tunarungu masing-masing didampingi oleh satu pembakti. Sedangkan untuk tunagranita didampingi oleh orangtuanya dan diarahkan oleh pembakti,” imbuh Niniek.
Berikutnya, ritus Jalan Salib dilakukan bersama oleh para pembakti dan UBK di pelataran sekolah. Jalan salib yang berlangsung khusuk tersebut menjadi rangkaian penutup prosesi pembinaann iman hari itu.
(Jam)