Anda di sini
Beranda > Paroki

Loading

Gereja BMV Katedral Bogor masa kini, disebelahnya telah terbangun gedung serbaguna untuk menunjang kegiatan pastoral. Foto: Istimewa

Sejarah Gereja Katedral

Usia Gereja Katedral sudah tidak muda lagi. Pada 2016 Gereja dengan desain gothic ini telah berumur 120 tahun. Namun, tengoklah, bangunannya masih sangat kokoh. Warga Bogor, khususnya umat Katolik di kota hujan ini, tentunya harus berterima kasih dengan Mgr. AC Claessens Pr dan Mgr. MYD Claessens Pr. Mgr AC Claessens merupakan paman dari Pastor MYD Claessens. Atas jasa dua orang kelahiran Belanda ini, Katedral Bogor dapat berdiri hingga sekarang.

Sejarah gereja ini bermula pada 1881. Saat itu, Mgr. AC Claessens membeli sebuah tanah cukup luas di Bantammerweg atau yang dikenal dengan Jalan Kapten Muslihat sebagai rumah peristirahatan. Rumah peristirahatan ini kemudian juga dijadikan tempat pelaksanaan misa bagi umat dari Batavia atau kini Jakarta yang sedang berkunjung ke Bogor. Selain itu, dengan dibelinya rumah tersebut, maka berakhirlah penggunaan bersama gereja simultan. Sebelumnya, memang umat Kristen dan Katolik di Bogor menggunakan gereja secara bergantian. Pada 1886 MYD Claessens memulai karya pastoralnya untuk mendirikan panti asuhan untuk anak-anak. Saat itu bangunan panti asuhan tersebut baru bisa menampung enam orang anak. Usaha pastoral itu dikembangkan hingga menjadi Yayasan Vincentius pada 1887, dan pada 1888 mendapat pengakuan dari Pemerintah Hindia-Belanda.

Pada 1889 Pemerintah Hindia Belanda secara resmi mengakui dan menyatakan bahwa Bogor menjadi stasi misi tetap Batavia. Sebelum menjadi stasi misi tetap, Bogor mendapat kunjungan secara berkala dari Betawi. Saat itu, Vikaris Apostolik Betawi dijabat AC Claessens.

Gedung gereja Katedral jaman dahulu memiliki pekarangan yang sangat luas. Saat ini pekarangan tersebut telah beralih fungsi menjadi lapangan parkir. Foto: Istimewa

Selanjutnya, pada  1896, setahun setelah Mgr. AC Claessen meninggal, MYD Claessens mulai membangun sebuah gedung gereja yang megah di atas tanah yang didiaminya. Gereja inilah yang hingga sekarang dikenal dengan Gereja Katedral. Kemudian pada 1907 MYD Claessens kembali ke Belanda setelah 30 tahun berkarya di Bogor. Pada 1934, tutup usia dalam usia 82 tahun. Semenjak kepergian Pastor Claessens, stasi misi tetap Bogor ditangani oleh Pastor Antonius Petrus Fransiskus van Velsen SJ.

Berikutnya, pada 1924, Pastor Antonius Van Velsen diangkat menjadi Vikaris Apostolik Batavia, sehingga Bogor yang saat itu sudah menjadi Paroki diserahkan kepada Pastor berordo OFM atau Fransiskan. Pada November 1957 Paroki Bogor dipisahkan dengan Vikariat Apostolik Batavia dan digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi. 1926 Kongregasi Santa Maria di Lourdes (Budi Mulia) mengambil alih Panti Asuhan Vinsensius dan sekolahnya. Setelah kepergian MYD Claessens, panti asuhan dan sekolah ditangani imam-iman Jesuit.

Peristiwa yang sangat penting artinya bagi pembangunan dan perkembangan misi di Bogor terjadi pada 1934, ketika dua orang novis pribumi diterima untuk pertama kalinya bruder Budi Mulia. Yayasan Jeugdzorg yang dirintis Ny Schmutzer-Hendriks pada 1926 semakin memperkaya misi di Bogor. Yayasan yang ditujukan untuk mengasuh dan mendidik anak-anak yang tidak menikmati asuhan ibu ini, akhirnya diambil alih oleh Franciscaines Missionaires de Marie (FMM) pada 1932. Pada 1930, Ordo Ursulin membuka beberapa macam sekolah termasuk Regina Pacis yang seusai Perang Dunia II diambil alih suster-suster FMM. Pada Januari 1938, Paroki Bogor diserahkan oleh Serikat Jesuit kepada Ordo Konventuil. Pada November 1957, Paroki Bogor yang dipisahkan dengan Vikariat Apostolik Batavia dan digabungkandengan Prefektur Apostolik Sukabumi. Empat tahun kemudian, Prefektur Apostolik Sukabumi ditingkatkan statusnya menjadi Keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor. Gereja Paroki Bogorlah yang dijadikan sebagai Gereja Katedral Keuskupan Bogor. Dengan demikian, Paroki Bogor namanya menjadi Paroki Katedral Bogor. Nama pelindung Santa Perawan Maria.

Para bruder dari komunitas Budi Mulia yang hadir dalam peresmian Gedung Klinik Pratama Melania Bruderan 29 Juli 2017 yang lalu. Ilustrasi/Foto: Istimewa

Di dalam kompleks lahan pekarangan yang dibeli AC Claessens tersebut, sekarang meliputi Gereja Katedral, pastoran, Seminari Stella Maris, Sekolah Budi Mulia, dan Bruderan Budi Mulia.

Umat Katolik di Katedral Bogor semakin bertambah. Oleh karena itu, Katedral membeli lahan untuk mendirikan gereja-gereja stasi atau kapel dari Paroki Katedral. Kapel pertama adalah Kapel St Yohanes Rasul Ciampea yang mulai dibangun pada 1974. Bangunan kapel ini sangat sederhana dengan perlengkapan yang juga sederhana. Kapel ini direnovasi pada Maret 1991 dengan dana swadaya masyarakat. Kemudian, pada 1 Maret 1992 diresmikan oleh Mgr. Ign Harsono, Pr. Kapel ini bukan saja untuk umat setempat, tetapi juga untuk mengantisipasi perkembangan umat dari daerah Ciomas, Cigudeg, sampai daerah sekitar Leuwiliang, bahkan Jasinga.

Gereja St. Ignatius Loyola, Semplak. Foto: Istimewa

Kapel kedua adalah Kapel Ekumenis di Semplak. Kapel ini berdiri atas usaha Pater GWJ Ruijs, OFM pada 1976. Bahkan, pastor ini berusaha mencari dana hingga Belanda. Selain mencari dana dari Yayasan Sosial Negeri Belanda, kapel bersama antara umat Kristen dan Katolik yang dibangun di kompleks TNI AU ini juga mendapat dana dari TNI AU dan swadaya umat. Umat Katolik Wilayah Santo Petrus Semplak pada 2006-2007 telah berhasil membangun gedung gereja Katolik sendiri dengan bantuan para donatur dan dukungan penuh dari Komandan Pangkalan Atang Sanjaya pada waktu itu, yaitu Marsekal Pertama Ignatius Basuki. Gereja ini terletak sekitar 700 meter dari gereja lama dan masih dalam lingkungan/kompleks TNI AU. Sejak 1 Agustus 2015 wilayah ini telah menjadi paroki dengan nama Paroki Santo Ignatius Loyola.

Kapel ketiga adalah Kapel Pondok Rumput. Kapel ini didirikan pada 1978 atas swadaya umat, para donatur serta bantuan Paroki. Kapel ini semula digunakan sebagai wadah kegiatan dan perayaan iman umat di daerah sekitar Jalan Baru (Sholeh Iskandar) hingga Cilebut-Bojong Gede.

Berikutnya, kapel keempat adalah gedung serba guna Kedung Badak Baru, yang didirikan pada 1987. Kapel ini juga digunakan sebagai sarana kegiatan iman umat wilayah Jalan Baru (Sholeh Iskandar), mengingat Kedung Badak Baru adalah cikal bakal umat wilayah Jalan Baru. Saat ini, pengembangan umat ke arah Cilebut dan Bojong Gede hingga perbatasan Cibinong serta Depok.  Paroki Katedral sudah menyiapkan tanah seluas 3.000 meter persegi di Bojong Gede untuk pembangunan gereja.

Spiritualitas Pelindung Gereja

Katedral Bogor mempunyai Santa Pelindung, yakni Beatae Mariae Virginis atau Santa Maria Dikandung Tanpa Dosa, yang diperingati setiap 8 Desember.

Bunda Maria. Ilustrasi: Istimewa

Semua manusia lahir di dalam belenggu dosa asal yang diwariskan Adam dan Hawa. Oleh karena itu, semua manusia dinyatakan ‘berdosa’ sejak lahir. Oleh karena warisan dosa asal itu melekat erat pada kemanusiaan kita, kita tampaknya lebih cenderung dan mudah untuk berdosa dan melakukan kejahatan daripada melakukan kebajikan-kebajikan. Kita kelihatan lamban sekali melakukan kebajikan-kebajikan. Kita lebih cenderung menjauhi Tuhan daripada mendekatiNya untuk menikmati kebaikan dan cintaNya. “Pada hari ini terbitlah setangkal tunas dari akar Jesse, pada hari ini pun Maria dikandung tanpa cela dosa,“ demikian bunyi antifon Magnifikat.

Gereja merayakan ‘perkandungan Maria tanpa noda dosa’ untuk mengingatkan kepada seluruh umat betapa luhurnya martabat Maria sebagai Bunda Penebus. Maria adalah satu-satunya manusia yang dikecualikan Allah dari warisan Adam itu. Sesungguhnya dara murni ini adalah manusia biasa sama seperti kita, ia juga keturunan Adam. Sebagaimana kita, ia pun hidup di dalam dunia yang penuh dosa ini. Namun ia punya keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun juga. Ia sudah sejak kekal ditentukan Allah untuk menjadi Bunda PuteraNya, Sang Penebus dunia.

Ia ditentukan untuk melahirkan Yesus, Anak Allah, dan karena itu sejak awal hidupnya, ia dipersiapkan untuk mengemban tugas luhur ini. Melalui dialah, Tuhan menyalurkan rahmat penyelamatanNya kepada manusia. Tuhanlah sumber rahmat, sedang Maria hanyalah ‘saluran’ nya. Sebagai saluran rahmat Allah bagi manusia, maka sudah selayaknya Maria itu penuh rahmat dan suci tak bercela. Demikian ia ditebus dengan cara yang paling sempurna: diperkandungkan tanpa noda dosa, suci dan tak bercela di hadapan Allah. Dalam rahim Maria, Perawan yang murni, Allah menemukan singgasana yang pantas bagi PuteraNya. Melalui Maria kutuk dosa diganti dengan berkat bagi manusia. Oleh karena itu, pada hari raya ini patutlah kita berdoa: “Ya Maria, dengan senang hati kami merenungkan rahasia kepilihanmu menjadi Bunda Penebus. Engkau telah dibebaskan Allah dari kutuk dosa yang telah menimpa umat manusia. Jiwamu diperkaya dengan rahmat Allah dan memancarkan semarak kemuliaan Allah. Ya Maria yang dikandung tanpa dosa, doakanlah kami yang berlindung kepadamu.“

Perkembangan Umat

Ilustrasi umat di Paroki BMV Katedral Bogor. Foto: Aloisius Johnsis

Visi Keuskupan Bogor adalah menjadi ‘communio‘ dari aneka komunitas basis yang beriman mendalam, solider dan dialogal, memasyarakat dan misioner.

Misi Keuskupan Bogor menghadirkan Kerajaan Allah, dengan mengabdikan diri secara aktif dalam meningkatkan keimanan dan martabat manusia melalui pemberdayaan semua.

Salah satu buah dari visi dan misi Keuskupan Bogor adalah berdirinya 21 organisasi. Ke-21 organisasi itu, adalah Santa Monica, Legio Maria, Wanita Katolik RI, Komunitas Karyawan Muda Katolik, PDPKK St Perawan Maria, PDKK St. Maria Fatima, SSV. St. Damianus, SSV. St. Rosa, KD Taize, KD Senakel, Rosario Hidup, Ordo Fransiskan Sekuler, Komunitas Tritunggal Mahakudus, Marriage Encounter (ME), Layforce, Youth Prayer Community St. Gregory, Doa Pagi Caecilia, Doa Pagi St. Jacinta, Meditasi Cinta Kasih Ilahi, Komunitas Kerahiman Ilahi Bogor, dan Komunitas.

(Redaksi Digital Komsos BMV Katedral)

 

Paroki Santa Perawan Maria (Katedral BMV) Bogor

Nama / Pelindung: Santa Perawan Maria (Beatae Mariae Virginis)
Pastor Paroki: RD Paulus Haruna
Pastor Vikaris: RD Paulus Piter, RD Alfonsus Sombolinggi, RD Markus Lukas
Telepon: (0251) 8321188 Fax. (0251) 8370211

Alamat: Jalan Kapten Muslihat No. 22 Bogor 16122

Top