Camp Pria Sejati Katolik (Priskat) Keuskupan Bogor yang digelar pada akhir Februari lalu begitu mempengaruhi kehidupan para pesertanya. Stefanus Agung, salah seorang peserta mengatakan, setelah mengikuti Priskat, ia menjadi banyak tahu tentang pentingnya melakukan ajaran Yesus, dan bertumbuh dalam iman Katolik yang semestinya. “Puji Tuhan saya bisa ikut Camp Priskat. Luar biasa. Saya bisa mengetahui apa yang dilakukan kita sebagai pria, sebelum mengikuti camp saya berpikir apa yang saya lakukan sudah benar. Namun ternyata bagi Tuhan itu “belum”. Banyak jawaban buat saya dan keluarga dari Tuhan setelah mengikuti Camp. Menjadi laki-laki adalah masalah kelahiran, tetapi menjadi Pria Sejati adalah masalah pilihan,” kata Agung, Jumat (9/3).
Agung melanjutkan, mengikuti Priskat menjadikannya berubah dalam memandang kehidupan, dan tidak sekadar melakukan tugas sebagai seorang suami atau ayah dari anak-anaknya. “Dengan mengikuti Priskat, kita semakin dicerahkan untuk mengikuti ajaran Yesus. Umumnya dosa yang ada pada laki-laki adalah pikiran-pikiran yang kotor, penghambaan pada uang atau sesuatu yang membuatnya menjauhkan relasi pada Tuhan dan sesama. Selain itu pelayanan yang membabi buta, dan hanya memikirkan personal glory atau “mencari nama” juga ternyata merupakan hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan,” paparnya. Agung berpendapat, hal tersebut tanpa disadari sering dilakukan oleh pria. Bekerja keras, mencari uang, membanting tulang, melakukan pelayanan, namun melupakan hal yang esensi dalam hidupnya yakni mengasihi Allah dan sesama.
Priskat bukan hanya terbuk bagi pria yang sudah berkeluarga. Tak sedikit pria single juga menjadi pesertanya. Setelah mengikuti Priskat, para peserta membentuk komunitas untuk menjaga dan memperkuat nilai-nilai iman dan pengajaran yang mereka terima saat mengikuti camp. “Agar spirit iman ini tetap terjaga dan terus diperkuat, kami membentuk sel atau komunitas,” tukasnya.
(Jam)