Anda di sini
Beranda > Mancanegara > Monsinyur Paskalis: Gembala itu Pemimpin Bukan Penguasa

Monsinyur Paskalis: Gembala itu Pemimpin Bukan Penguasa

Loading

[KATEDRAL] Menjadi seorang gembala berarti menjadi seorang pemimpin bukan penguasa. Demikian dikatakan Uskup Bogor Monsinyur  Paskalis Bruno Syukur OFM dalam gelaran Tahbisan Diakonat dan Presbiterat di Paroki BMV Katedral Bogor.

Setelah melangkah menyusuri Kota Roma dalam perjalanan studinya, kini kisah Ardha dan Guntur memasuki babak baru dalam hidup panggilannya. Disaksikan oleh keluarga, teman-teman terdekat dari berbagai kota dan negara, serta seluruh umat Keuskupan Bogor mereka mendapatkan rahmat tahbisan pada Senin (22/8) pagi.

Pelataran Gedung Pastoran Paroki BMV Katedral Bogor terlihat lebih padat dari biasanya. Puluhan orang mengenakan jubah yang didominasi warna putih dan merah di tengah, beberapa wajah asing khas Eropa hadir di tengah-tengah mereka. Semua orang itu berkumpul untuk merayakan Tahbisan Diakonat Frater Nicolaus Yudi Ardhana Mahardika dan Tahbisan Presbiterat Diakon Yoseph Kristinus Guntur Beoang.

Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur dengan konselebran Uskup Purwokerto Mgr Christophorus Tri Harsono, Uskup Albano Italia Mgr Vincenzo Viva, Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta, dan Rektor Seminari Tinggi St Petrus Paulus Nikasius Jatmiko.

Walaupun dilaksanakan pada awal pekan, bangku-bangku gereja tetap dipenuhi ratusan umat dan sanak saudara serta kerabat dari Frater Ardha dan Diakon Guntur. Mereka berasal dari Jakarta, Bekasi, Semarang, Timor Leste, dan Italia.

Monsinyur Paskalis memakaikan Dalmatik kepada Diakon Ardha. Foto: Luki Karim

Pemimpin & Empati

Uskup Bogor dalam homilinya menegaskan,  gembala adalah seorang pemimpin bukan penguasa. “Menjadi imam atau diakon harus siap jadi pemimpin yang memberikan perhatian dalam bentuk empati dan mengarahkan umatnya untuk menjadi lebih baik dalam hal imannya kepada Allah Bapa. Gembala merupakan seorang pemimpin yang memimpin dalam perspektif Yesus bukanlah penguasa, hal ini harus dimaknai dengan benar,” ucapnya.

Yesus menegaskan menjadi orang besar adalah menjadi pelayan dan hamba bagi semua orang. “Imam tampil dengan tugas yang diberikan untuk melayani umat dengan semangat pelayanan sebagai hamba. Maka seseorang yang tertahbis diberikan martabat imam melalui peristiwa pencurahan roh dan pengurapan,” papar Mgr Paskalis.

Lebih lanjut lagi Uskup yang sempat viral di tiktok @bmvhits hingga mendapatkan lebih dari 1,7 juta tayangan mengatakan setelah ditahbiskan seorang imam atau diakon bukan lagi miliki dirinya sendiri maupun keluarganya. “Setelah ditahbiskan imam atau diakon hidup untuk menjadi pelayan bagi umat di mana pun mereka ditempatkan. Sehingga hidupnya adalah milik Tuhan dalam bentuk pelayanan bagi sesamanya,” kata Uskup Paskalis.

Bapa Uskup mengingatkan 3 tugas penting yang harus dijalani sebagai imam. “Terdapat 3 tugas utama sebagai seorang imam diantaranya mengajar, menguduskan, dan memimpin. Hal ini dilakukan untuk mengupayakan kehadiran Yesus Kristus kepada Gereja dan dunia,” ujarnya.

Monsinyur Vinsenzo Viva (tengah) bersama 2 imam asal Italia di ruang kerja Pastor Paroki BMV Katedral RD Paulus Haruna. Foto: Luki Karim

Tamu dari Italia

Bias cahaya masuk melalui jendela-jendela gereja dengan lembut menambah kesan khidmat selama prosesi tahbisan berlangsung. Setiap kata dan gerak tubuh yang dilakukan terasa begitu tenang dan damai ditambah lagi suara paduan suara para calon imam dari Seminari Menengah Stella Maris yang terpantul di tembok-tembok gereja.

Kebahagiaan Diakon Ardha dan Romo Guntur semakin paripurna dengan kehadiran rektor serta para guru selama menempuh studi di Roma, tepatnya Collegio Urbano ‘de Propaganda Fide’. Monsinyur Vincenzo Viva, Don Emanuelle Spagnolo, dan Don Alessandro Bradi adalah para pembimbing selama masa formasi di Roma.

Mereka menjadi sosok penting nan istimewa dalam perjalanan panggilan Diakon Ardha dan Romo Guntur. Hal ini berulang kali diucapkan oleh keduanya baik dalam kesempatan wawancara maupun sambutan sebelum perayaan tahbisan usai.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Monsinyur Viva yang berharap lebih banyak anak muda tertarik menjadi imam. “Hal yang paling membahagiakan saat menjadi formator adalah melihat anak didiknya mendapatkan anugerah tahbisan,” pungkasnya.

Diakon Ardha melakukan wefie bersama teman-teman sewaktu di Seminari Menengah Stella Maris Bogor. Foto: Luki Karim

Melanjutkan Perjalanan

Pada akhir perayaan Vikjen Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta menyampaikan tugas perutusan para tertahbis yang baru. Diakon Ardha akan menjalani masa diakonat di Seminari Menengah Stella Maris Parung dan Romo Guntur akan menjadi formator di Seminari Tinggi St Petrus dan Paulus Keuskupan Bogor di Bandung serta mengajar di Universitas Parahyangan.

Perayaan tahbisan penuh sukacita ini ditutup dengan hujan berkat tanda restu dari sang pencipta. Suasana menjadi sejuk seperti hati setiap orang yang menyaksikan peristiwa gembira ini.

Proficiat Diakon Ardha dan Romo Guntur, selamat kembali ke seminari semoga benih panggilan di Tanah Sunda ini tidak hanya subur tapi juga berkualitas.

Penulis: Agnes Marilyn | Editor: Aloisius Johnsis

Leave a Reply

Top