Anda di sini
Beranda > Pastoral > Bangkitlah Bersama Kristus untuk Menyelamatkan Bumi dan Mewujudkan Indonesia yang Toleran

Bangkitlah Bersama Kristus untuk Menyelamatkan Bumi dan Mewujudkan Indonesia yang Toleran

Loading

Surat Gembala Masa Pra-Paskah 2022

Saudara-saudariku umat Keuskupan Bogor yang terkasih!

Selamat memulai masa puasa dan pantang yang berlangsung 40 hari dan akan dimulai Hari Rabu Abu. Masa ini disebut juga masa prapaskah. Disebut demikian karena selama masa prapaskah, kita mempersiapkan diri lahir dan batin untuk merayakan peristiwa penting dalam kehidupan kita, yakni Peristiwa Penderitaan Salib, Wafat, dan Kebangkitan Tuhan kita Yesus Kristus. Seruan pada awal masa puasa ini berupa “Ingatlah engkau adalah debu dan akan kembali menjadi debu” atau “bertobatlah dan percayalah kepada Injil” merupakan seruan imperatif atau perintah.

Perintah “melakukan pertobatan” searah artinya dengan seruan Tuhan melalui nabi Yoel: “Berbaliklah kepadaKu dengan segenap hatimu, dengan berpuasa, dengan menangis dan mengaduh. Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, Allahmu, sebab Ia pengasih, penyayang dan panjang sabar serta berlimpah kasih setia”.

Seruan “Marilah kita pulang kembali kepada Tuhan” atau “berbalik kepadaNya” mengandung ajakan untuk kembali mencintai GerejaNya, sesama manusia, serta alam ciptaanNya. Berbagai tantangan dan realita kehidupan secara tertentu telah menghanyutkan kita untuk mengikuti godaan-godaan duniawi. Bagi sebagian besar orang, arus pandemi covid 19 telah menjauhkan dirinya dari praktek hidup berimannya yang selaras dan benar dalam Gereja Katolik; banyak pula yang mengalami himpitan ekonomi, merasakan duka lara berkepanjangan sampai pada titik putus asa karena kehilangan sandaran hidup.

Di tengah itu semua, ada juga arus kehidupan konsumerisme yang melanda sebagian besar orang pula. Bagi orang seperti ini, segala sesuatu diusahakan untuk kepentingannya sendiri. Akumulasi harta, kekuasaan dan jabatan demi keuntungan dan ketenaran pribadi menjadi perjuangan hidupnya tanpa kepeduliaan terhadap sesama. Orang lain tidak dipandang sebagai saudaranya.

Hidup konsumeristis itu mencederai relasi dengan sesamanya dan juga turut membawa kerusakan bagi bumi, alam semesta ciptaan Tuhan. Cara hidup yang tamak akan harta benda duniawi menyebabkan orang mencari jalan untuk mengeruk kekayaan alam serta tidak peduli akan kerusakan alam semesta. Termasuk juga di dalamnya keborosan hidup dalam penggunaan bahan bakar minyak yang tidak bijaksana.

Arus ketamakan hidup berjalan seiring pula dengan sikap kesombongan dan kecongkakan. Kesombongan dan kecongkakan melahirkan sikap hidup dan kebiasaan untuk tidak menghargai orang lain, nafsu kekuasaan, nafsu berperang dan tidak menerima sesama manusia sebagai saudara. Sikap dan tindakan hidup seperti itu membawa celaka bagi kehidupan kita bersama di bumi ini, kerusakan bagi tanah air kita, bumi Indonesia, serta mencederai hidup berbangsa kita, bangsa Indonesia yang bersatu.

Para tokoh dan orang muda perwakilan lintas agama di tangga Gereja BMV Katedral Bogor. Foto: Audrey Aprillia

Umat sekalian yang terkasih!

Kita pun boleh jadi ikut menjadi protagonist (pemeran) dalam menciptakan situasi masyarakat, bumi dan negara Indonesia yang kurang baik. Maka dalam arti inilah, seruan “Bertobatlah”, “Berbaliklah” kepada Tuhan, “Mari kita pulang kembali kepada Tuhan” menjadi amat relevan. Mari kita menjadikan masa Prapaskah ini sebagai masa kita membangun kembali “komitmen untuk menghidupi identitas kita sebagai pengikut Kristus, abdi Allah dan abdi kemanusiaan.

Mari kita bangkit dari keterpurukan karena orientasi hati, budi, pikiran dan tindakan kita digerakkan oleh kuasa dosa. Berhentilah memuja dan menjadikan diri kita sendiri sebagai “tuan yang berkuasa, pengatur segalanya”. Salib kehidupan, himpitan ekonomi, dan beratnya derita kehidupan hendaknya tidak membuat mata hati kita tertutup oleh kekelaman dan kegelapan hidup ini.

Paus Fransiskus berseru dalam situasi dan kondisi seperti itu: “Arahkanlah pandanganmu pada Kristus yang tersalib, berikanlah dirimu diselamatkan terus menerus olehNya. Ketika engkau mengakui dosa-dosamu, percayalah teguh akan belas kasih yang membebaskan engkau dari kesalahanmu. Pandanglah darahNya yang tercurah keluar karena kasih yang sedemikian besar dan berilah dirimu dibersihkan olehNya. Dengan demikian, engkau akan dilahirkan secara baru lagi” (Christus Vivit 123).

Paskah Yesus bukanlah suatu peristiwa masa lalu; bagi kita orang beriman, Paskah Yesus merupakan Terang dan Cahaya Kehidupan, yang mencerahkan, menggembirakan dan memampukan kita bangkit dari kelemahan daya manusiawi kita. Kristus yang tersalib namun ‘Bangkit’ , meyakinkan kita bahwa bersama Kristus, kita memiliki harapan dan mampu bangkit dan menciptakan kehidupan baru yang indah dan menyelamatkan. Maka kami sebagai uskupmu berseru: “Bangkitlah Bersama Kristus untuk menyelamatkan Bumi dan mewujudkan Indonesia yang toleran”.

Para tokoh agama memegang teks deklarasi persaudaraan manusia. Foto: Audrey Aprillia

Umat Keuskupan Bogor terkasih, Kami mengajak kalian agar selama 40 hari Masa Prapaskah ini; untuk merenung, berdoa, berkontemplasi dan melakukan Aksi Puasa Pembangunan dengan tema: “Bangkitlah Bersama Kristus untuk menyelamatkan Bumi dan mewujudkan Indonesia yang toleran”. Kita mengadakan gerakan bercorak:

  1. Gerakan pembaruan rohani: kita mengarahkan perhatian kita pada peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus. Adakanlah devosi Jalan Salib di gereja-gereja, di tengah alam terbuka sambil menjaga kelestariannya, seperti di tempat-tempat ziarah; kuatkan tekadmu dan lawanlah ketakutan akan virus covid 19 dengan bijaksana, dan datanglah menerima sakramen Tobat serta Sakramen Ekaristi. Petugas-petugas protokol kesehatan mesti bijak memfasilitasi orang-orang yang datang untuk merayakan perjumpaannya dengan Tuhan di gereja-gereja kita.
  2. Gerakan menciptakan suasana selamat, shalom, damai sejahtera dengan sesamamu, dalam keluargamu, anak-anak dengan orang tua. Berusahalah mengurangi pertengkaran hingga perselisihan berkepanjangan; perlu ugahari dalam bertindak dan berkata-kata. Bila konflik telah ada sebelumnya, inilah saat yang tepat untuk berdamai. Bangunlah suatu corak kehidupan yang ditandai oleh persaudaraan insani. Dalam keluarga dan dengan orang-orang terdekat, mulailah mengungkapkan ungkapan kasih yang nyata, ‘terlihat, terasa dan terdengar’, yang menyejukkan dan meneguhkan satu sama lain.
  3. Gerakan untuk menyelamatkan ibu bumi ini dengan membersihkannya dari segala bentuk sampah plastik (all non-recyclable items) serta bijak menggunakan bahan bakar minyak dan listrik, serta memperhatikan kebersihan laut dan sungai serta bijak dalam menggunakan air bersih yang masih langka di banyak tempat. Bersihkanlah lingkungan sekolah, gedung gereja-gereja, rumah-rumah keluarga, maupun tempat usaha dari plastik-plastik; tindakan preventif berupa melakukan ‘puasa pemakaian plastik’ ,seperti kemasan-kemasan minuman, sedotan dari plastik dan alat/perkakas (utensils) plastik. Tindakan aktif membangun network dengan pemerintah dalam mengadakan bank-sampah ataupun mengelola sampah menjadi pupuk organik.
  4. Gerakan para guru sekolah-sekolah Katolik di bawah motor MPK Bogor untuk mengadakan aksi bersih sampah bersama anak-anak di lingkungan sekolah, kelas per kelas secara berkala dan terus menerus. Taman-taman sekolah dibuat semakin menjadi asri, indah dipenuhi pepohonan dan tanaman hijau dengan bunga warna warni, serta bebas dari plastik yang biasanya bertebaran. 
  5. Gerakan para Ormas Katolik, seperti WKRI, Pemuda Katolik, PMKRI mengarah perhatian dan fokus untuk “selamatkan bumi dan terwujudnya Indonesia penuh toleran dan damai”, dalam Rumah Bersama di Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) di Keuskupan Bogor.
  6. Gerakan untuk berbagi rezeki dan belas kasih dalam bentuk mengisi amplop APP, sumbangan dana on-line untuk APP dan aksi kasih ‘berbagi sembako’ dan kebutuhan lain di bawah koordinasi Paroki-paroki.

Demikianlah beberapa contoh Aksi Puasa Pembangunan kita sebagai bentuk implementasi konkret dari aksi “berbalik kembali kepada Allah dan bertobat serta percaya akan daya menyelamatkan Paskah Kristus”. Mari kita saling mendoakan, berpuasa dan bersedekah agar karya keselamatan menjadi nyata, konkret pada manusia dan alam semesta termasuk ibu bumi kita. Bunda Maria, bunda Pelindung kita menjadi teladan kesediaan dan kesetiaan untuk merenungkan Perjalanan Salib Yesus Kristus dan KebangkitanNya. Selamat memasuki masa Retret Agung ini. Magnificat Anima Mea Dominum.

Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM
Uskup Keuskupan Sufragan Bogor

Leave a Reply

Top