
Tapak Jejak itu apa sih? Kenapa harus beli buku Tapak Jejak? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang ada di benak umat jika berbicara tentang buku Tapak Jejak. Tentu Tapak Jejak adalah sebuah buku dan bukan buku biasa. Ini adalah buku istimewa baik secara tampilan maupun isi. Oh iya, buku ini juga istimewa karena diterbitkan pada momen puncak Semarak 125th Gereja Katedral Bogor.
Kenapa istimewa? Istimewa di bagian mana? Mungkin ini pertanyaan berikutnya yang muncul dalam benak umat ketika membaca pengantar tadi. Melalui tulisan ini semoga kita dapat menemukan keistimewaan dari buku Tapak Jejak dengan sudut pandang yang berbeda-beda. Karena layaknya sebuah buku, dia akan menyentuh hati pembacanya dengan cara yang unik dan berbeda.
Perjalanan Panjang Mencari dan Menyusun Potongan Cerita
Perjalanan Tapak Jejak sejatinya dimulai hampir 2 tahun lalu ketika ia masih menjadi embrio. Waktu itu Tapak Jejak belum jelas bentuk dan formatnya, ia masih baru dalam pemikiran, kerinduan, dan mimpi orang-orang yang ingin adanya sebuah cerita tentang Gereja Katedral Bogor.
Sempat tertidur pulas, Tapak Jejak baru serius dijajaki Januari 2021, tepatnya ketika perpisahan dengan pastor paroki terdahulu Romo Tukiyo yang kala itu kembali memunculkan harapan tentang adanya buku ini. Pada saat itu pula redaksi bersama dewan paroki memulai perjalanannya, mencari dan menyusun potongan cerita untuk disajikan dalam bentuk buku.
Hampir 10 bulan berproses, mewawancarai banyak orang, menyambangi banyak tempat, menggali banyak memori, mencari dan menyusun potongan-potongan itu menjadi sebuah cerita yang utuh. Cerita tersebutlah yang pada akhirnya dinamai Tapak Jejak.
Menelusuri Tapak Jejak
Tapak Jejak terbagi ke dalam 8 bab yang menarik dan istimewa. Kumpulan kata dan gambar yang memadu indah menjadikannya pas untuk dibaca berulang kali. Pada Bab pertama yang berjudul Tapak Tilas Katedral Bogor kita akan diajak untuk masuk lebih dalam mengenal bangunan fisik dari Gereja Katedral Bogor.
Siapa arsiteknya dan apa cerita di baliknya, akan kita telusuri pada bab kedua yang berjudul Langgam Neo-Gotik Mahakarya Marius Jan Hulswit. Pada bab ketiga, kita diajak belajar sedikit, mengenal sosok Bunda Maria yang menjadi spiritualitas dan pelindung dari Paroki Katedral Bogor.
Kemudian, jika ingin tau bagaimana sih kehidupan umat beriman di masa lalu? Tantangan, masalah, duka lalu relasi, kerja sama, dan sukacita yang semakin mendewasakan Paroki Katedral akan diceritakan pada Bab empat yang bertajuk Persemaian di Kota Hujan.
Setiap gembala pasti punya mimpi untuk domba-dombanya. Para gembala adalah para pemimpi ulung yang bertransformasi menjadi para pemimpin ulung. Kita dapat mengenal mereka, para uskup dari Monsinyur Geise sampai dengan Monsinyur Paskalis dan para pastor paroki selama dua dekade terakhir lebih dalam pada bab lima yang berjudul Garis Waktu Sang Pemimpi(n).
Selanjutnya dalam konteks hidup menggereja terdapat banyak ragam jenis pelayanan dan kegiatan yang diceritakan pada bab keenam berjudul Bergereja dan Bersaudara. Tidak lupa buku ini juga menceritakan kegelisahan, kekhawatiran, harapan, dan optimisme tentang masa depan yang dimiliki oleh para gembala juga umat dalam bab ketujuh, Berjalan di Tengah Arus Digital.
Bab delapan bertema Pusparagam Gereja Ayam akan membawa kita melihat sisi-sisi lain Gereja Katedral Bogor.
Pada akhirnya, Tapak Jejak bukanlah sekadar kumpulan angka dan tanggal. Ia masuk lebih dalam membawa pembaca kembali merasakan berbagai peristiwa yang ada di masa lalu. Buku ini adalah cerita tentang cinta. Cinta gembala kepada umatnya, cinta umat kepada gembalanya, cinta antara Tuhan dan manusia.
Tapak Jejak tidak hanya sekadar kumpulan informasi, Ia adalah cerita yang siap mengisi hati pembacanya.
Walaupun terbit Desember 2021 mendatang, Pre-Order Buku Tapak Jejak sudah dibuka sejak 1 Oktober 2021. Tapak Jejak dapat dipesan dengan menghubungi Venan (0858-9264-4303), Yana (0816-1322-463), ketua wilayah, ketua lingkungan, ataupun pesan daring dengan membuka link https://linktr.ee/125thBMVKatedral.
Salam sehat,
Aloisius Johnsis
Pemimpin Redaksi Tapak Jejak