Anda di sini
Beranda > Kelompok Personal > Semua Terjadi karena Cinta

Semua Terjadi karena Cinta

Loading

“Dan bila aku berdiri, tegar sampai hari ini bukan karena kuat dan hebatku. Semua karena cinta, semua karena cinta, tak mampu diriku dapat berdiri tegar, terima kasih cinta.”Penggalan lirik lagu di atas yang dibawakan Delon boleh jadi curahan kejujuran yang juga dialami oleh penyandang disabilitas atau umat berkebutuhan khusus (UBK).

Ketika kesulitan mendera, kegagalan melanda, rasa putus asa menghadapi masa depan mengimpit mereka, cinta-lah yang ternyata mampu membangkitkan harapan mereka.

Cinta itu hadir lewat orang-orang yang mengasihi mereka. Kasih menjadi bahasa yang dapat didengar oleh orang tuli, dilihat oleh orang buta, dan dimengerti oleh orang yang mengalami keterbatasan.

Demikian pula cinta yang menyelimuti UBK di paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) Kota Wisata. Mereka berdaya, berkreasi, menggali potensi dan bersosialisasi dengan umat lainnya karena cinta dari orang-orang yang mengasihi mereka. “Semua ini terjadi karena cinta, karena kasih yang bersumber dari rahmat Tuhan. Karenanya kami bisa menjadi bagian dari Gereja, khususnya di Paroki MBSB,” Ungkap koordinator tim pelayanan UBK Paroki MBSB, Mikaela Primastuti, Jumat (24/5).

Perempuan yang biasa disapa Rima ini berkisah, sejak 2017 lalu, dia bersama sejumlah umat yang peduli terhadap disabilitas menggagas pelayanan tersebut. “Puji Tuhan kami mendapat dukungan dari Pastor Paroki Romo Benyamin dan Pengurus Seksi Keluarga. Lalu setelah itu kami aktif menggelar seminar yang berkaitan dengan UBK. Hasilnya, pada 2018 kami sudah memulai mengadakan misa tiap minggu ketiga khusus untuk UBK. Misa ini terutama untuk UBK dan keluarganya yang berada dalam lingkup Paroki MBSB,” imbuh Rima.


Michelle (UBK tunanetra) bertugas menjadi pemazmur pada misa UBK di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Kota Wisata

Dia melanjutkan, upaya menggaungkan kepedulian terhadap disabilitas juga berlangsung sinergi, membangun kerjasama dengan KOMPAK disabilitas, sebuah komunitas disabilitas yang bernaung di Keuskupan Bogor dan Keuskupan Agung Jakarta. “Pada acara Peringatan Hari Disabilitas Internasional (PHDI) 2017 dan PHDI 2018 kami juga menyelenggarakannya di Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor yang kala itu diinisiasi oleh KOMPAK. Pengurus KOMPAK juga kerap membantu kami,” tukasnya.

Dia berharap semangat pelayanan terhadap UBK juga menular ke paroki-paroki lainnya terutama di Keuskupan Bogor. “Kami yakin masih banyak UBK yang belum terdata. Dengan adanya wadah komunitas ini, harapan kami agar para keluarga tidak ragu membawa anggota keluarganya yang mengalami keterbatasan untuk ikut misa, bersosialisasi dengan umat, dan juga bisa melakukan aktivitas seperti masyarakat pada umumnya,” ujarnya.   

Peringati Santo Pelindung

Salah satu bentuk ucapan syukur UBK dan keluarga di Paroki MBSB Kota Wisata adalah dengan menggelar acara drama musikal yang diperankan oleh UBK. Dalam acara di Gedung Serbaguna, Minggu, 19 Mei yang dihadiri sekitar 120 orang tersebut, para UBK mengambil kisah Santo Arcangelo Tadini sebagai orang kudus yang menginspirasi mereka. “Pastor Arcangelo Tadini adalah imam berkebutuhan khusus, yang memiliki keterbatasan pada kakinya. Namun kekurangan tersebut tidak menggoyahkan semangatnya untuk melayani Tuhan,” ungkap Rima.

Pastor Arcangelo sendiri adalah seorang imam yang berasal dari Italia. Kegigihannya membela para buruh terutama buruh wanita pada masa revolusi indrustri yang melanda sebagian besar daratan Eropa dan ketangguhannya melindungi kaum lemah mengantarkannya menjadi orang kudus. Pesta nama Santo Arcangelo Tadini sendiri diperingati setiap tanggal 20 Mei. Untuk mengenang peran dan sumbangsih Santo Arcangelo, UBK, keluarga dan  relawan memaknai hari itu dengan sukacita.

(Jam)

Leave a Reply

Top