Anda di sini
Beranda > Artikel > Semangat Paskah, Semangat Kebangsaan

Semangat Paskah, Semangat Kebangsaan

Loading

Perayaan Paskah menjadi puncak beriman umat Kristiani. Proses pemaknaan misteri iman dalam Pekan Suci yang dimulai dari Minggu Palma, Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Suci, dan Minggu Paskah mengajarkan kita tentang kerendahan hati, pengorbanan, cinta, rasa, dan harapan. Paskah adalah bukti konkret Allah mencintai manusia. Lalu, apa yang bisa kita lakukan hari ini untuk memaknai Paskah?

Berbagai Keuskupan di Indonesia memaknai Paskah kali ini dengan cukup berbeda. Nuansa kebangsaan dan keindonesiaan cukup kental terasa. Terlihat dari surat Gembala para uskup yang mengimbau umat untuk lebih peduli terhadap bangsa dan negara. Hal ini bukan tanpa alasan. Karena memang sehari sebelum Kamis Putih, yakni Rabu (17/4), Indonesia merayakan Pesta Demokasi dalam Pemilu 2019 yang terdiri dari Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan legislatif (Pileg).

Hampir setiap keuskupan mengajak umat untuk berpartisipasi dalam pemilu. Mencoblos pemimpin yang terbaik bagi bangsa, dan para calon legislatif (caleg) yang sungguh mewakili rakyat. Keuskupan Bogor pun tidak ketinggalan. Sejak akhir Januari lalu, setiap paroki di Keuskupan Bogor mengajak umat untuk berpartisipasi dalam pemilu. Hal ini digaungkan setiap minggu, setiap akhir misa.

Rasanya hal ini juga berdampak sampai di wilayah dan lingkungan. Whatsapp grup wilayah dan lingkungan sering kali berganti menjadi tempat diskusi politik menuju 17 April. Salah? Tentu tidak. Melihat hal ini bisa kita simpulkan bersama, bahwa umat pun antusias dan ingin berpartisipasi dalam pesta demokrasi. Selama tidak melakukan kampanye hitam, rasanya hal tersebut adalah sesuatu yang postif.

Manusia Paskah yang Indonesia
Tentu untuk memaknai Paskah kita tidak perlu mengorbankan diri dengan disiksa, dicambuk, dan wafat di Kayu Salib seperti Yesus. Menjadi manusia Paskah juga berarti mau belajar dari Yesus yang memberikan karya keselamatan dalam bentuk pengorbanan diri untuk menebus dosa manusia. Karya Yesus 2000 tahun yang lalu tentu bisa kita tiru dengan berkarya juga untuk sesama demi kehidupan yang lebih baik.

Melihat sikap gereja dalam merayakan Paskah tahun ini, rasanya gereja berharap kita dapat menjadi manusia Paskah yang Indonesia. Menjadi manusia Paskah yang Indonesia adalah bentuk ajakan untuk berkarya bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk saudara-saudari kita sebangsa dan setanah air. Mencintai Indonesia tentu bukan hanya sekadar pergi ke tempat pemilihan suara (TPS) dan mencobolos. Tetapi, berpartisipasi dalam pemilu adalah langkah awal yang harus dilanjutkan.

Banyak ruang yang tersedia untuk berkarya di Indonesia, hanya tinggal bertanya kepada diri sendiri, aku mau pilih yang mana? Apakah tentang lingkungan hidup? Pendidikan? Kesehatan? Dunia digital? Dan masih banyak lagi. Yang terpenting dari sebuah karya adalah mulai melakukannya.

Semoga semangat Paskah yang juga merupakan semangat kebangsaan yang kita rayakan bersama tahun ini tidak berhenti pada 17 April, atau pada hari raya Paskah saja. Tetapi terus hidup dan bertransformasi menjadi karya-karya positif untuk keluarga, gereja, masyarakat, dan Indonesia.

Selamat Paskah!

(Aloisius Johnsis)

Leave a Reply

Top