Bertepatan dengan Peringatan Hari Disabilitas Internasional (PHDI) Kumpulan Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus (KOMPAK) Keuskupan Bogor menggelar misa bersama di Aula Pusat Pastoral Keuskupan Bogor lt. 4, Minggu (3/12) sore. Misa yang dihadiri sekitar 300 umat dan 150 umatberkebutuhan khusus (UBK) ini dipimpin oleh Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur dengan konselebran Pastor Paroki BMV Katedral RD Dominikus Savio Tukiyo, Ekonom Keuskupan Bogor RD Stefanus Sri Haryono Putra, dan Ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) RD David Larebulan. Adapun UBK yang hadir terdiri dari tuna rungu, tuna netra, tuna grahita, dan tuna daksa.
“Gereja memperhatikan kekhususan dan kebutuhan UBK khususnya di Keuskupan Bogor. Mereka memiliki kemampuan khusus atau yang berbeda, karya Tuhan hadir dalam diri UBK, dan juga hadir dalam diri para relawan yang mendampingi mereka,” ujar Monsinyur Paskalis.
Iamengatakan, misadisabilitaspertamainimengawalilangkahKeuskupan Bogor untukmemberikanpendampingan yang lebih focus kepada UBK. “Pendampingan terhadap UBK sebenarnya sudah cukup lama berlangsung secara sporadis di wilayah Keuskupan Bogor. Hari ini adalah pendampingantersebutkitajadikangerakbersama di Keuskupan Bogor,” katanya.
Monsinyur berharap terus terjalin sikap saling menghargai dan saling menghormati antarumat non-disabilitas dengan UBK. “Kami berharap terus terjalin sikap penghormatan dan saling menghargai antara umat non-disabilitas dengan UBK. Gereja menerima apapun kondisi umatnya. Mereka juga berhak beribadah dan mengalami pertumbuhan iman sama seperti umat lainnya,” pungkasnya.
Usai misa, acara dilanjutkan dengan berbagai pertunjukkan seni lagu, musik dan tari dari penyandang disabilitas. Sejumlah lagu dibawakan oleh penyandang autis dan grahita, sedangkan tarian ditampilkan oleh penyandang tuna rungu. Sementara itu kolaborasi tunanetra, tunadaksa, dan tunarungu memainkan alat musik angklung yang memukau ratusan umat.
Ketua panitia acara PHDI Keuskupan Bogor, Klemensia Sheny Chaniaraga berharap misa PHDI ini semakin mengakrabkan umat non-disabilitas dengan UBK. “Jika Indonesia memilikiBhineka Tunggal Ika (berbedatapisatu), inilahkebinekaan yang gerejamiliki. Kami berharap dengan adanya acara ini umat non-disabilitas makin mengenal UBK, dan mau peduli pada kekhususan mereka,” katanya.
Menurutnya, setiap warga gereja, apapun kondisinya berhak beribadah dan mengalami pertumbuhan iman. “Kami berharap dengan PHDI ini umat Keuskupan Bogor makin mengenal dan mau menerima keberadaan UBK. Untuk mengawali PHDI ini, kami sudah melakukan sosialisasi diantaranya mengadakan misa bersama dengan umat lainnya di Gereja Katedral Bogor setiap minggu kedua dan keempat pukul 11.00 WIB,” ujarnya.
(John)