Tidak sedikit siswa-siswi Katolik yang bersekolah di sekolah negeri. Sebagai minoritas, tentu banyak perbedaan dengan yang bersekolah di sekolah swasta Katolik. Apakah perbedaan tersebut membuat menghambat perkembangan siswa- siswi Katolik, atau menjadi tantangan tersendiri?
Geraldus Sigap Gung Binathara atau yang kerap disapa Sigap bersekolah salah satu SMA Negeri di Kota Bogor. OMK asal wilayah St. Bartholomeus itu mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara bersekolah Katolik atau negeri. “Sama saja, justru saya dapat lebih mengenal dan belajar dari orang-orang yang beragam, dan sangat berbeda,” katanya.
Ia mengakui isu SARA (suku, ras, agama, dan antargolongan) masih hadir dan nyata dirasakan. “Ya, itu hanya oknum saja, bukan sekolah atau institusinya. Menanggapi isu diskriminatif seperti itu ya santai saja. Capai juga kalo dipikirkan dan dimasukan ke dalam hati,” ungkap pria kelahiran 12 Oktober 2000 itu.
Sigap melanjutkan, menjadi minoritas bukanlah masalah melainkan tantangan. “Saya masih percaya bahwa perbedaan adalah sebuah anugerah dari Tuhan. Maka untuk orang-orang yang menjadi minoritas khususnya di sekolah, kita harus tetap semangat belajar. Menjadi minoritas bukan berarti kita terasingkan, melainkan kita harus bisa menjadi garam dan terang dunia. Walaupun sedikit tapi memberi warna,” pungkasnya.
(John)