[KATEDRAL] Untuk kali pertama secara masif dan berkelompok, umat berkebutuhan khusus (UBK) atau penyandang disablitas di Keuskupan Bogor merayakan Misa Rabu Abu bersama ratusan umat lainnya di Gereja Katedral Bogor, Rabu (14/2). UBK dengan berbagai jenis keterbatasan di antaranya tunagrahita, tunarungu, dan tunanetra tersebut mengikuti misa pada pukul 17.00 WIB didampingi para pembakti yang tergabung dalam Kumpulan Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus (KOMPAK – Disabilitas).
Pastor Paroki Katedral Bogor RD Dominikus Savio Tukiyo didampingi RD Jimmy Rampengan dan RD Yeremia Uskono mempersembahkan perayaan Rabu Abu. “Ada umat yang bertanya pada saya, Romo, saya lupa kalau hari ini harusnya puasa. Saya telanjur makan daging, apakah puasa saya batal?” ujar Romo Tukiyo mengutip pertanyaan umat. Menanggapi hal tersebut, Romo Tukiyo menjawab, “Puasa dan pantang hanyalah sarana menuju pertobatan. Esensi iman terletak pada bagaimana kita memaknai 40 hari masa puasa dan pantang menuju pertobatan. Menahan amarah, mengendalikan diri dalam bertutur kata dan bersikap, dan meneladani sifat-sifat Yesus.”
Romo Tukiyo melanjutkan, dalam memaknai pengorbanan terhadap manusia, Yesus bukan hanya memberikan hatiNya tapi juga tubuh dan jiwaNya. “Perayaan Rabu Abu hari ini bertepatan dengan hari Valentine atau hari kasih sayang. Yesus bukan hanya menyerahkan hatiNya karena cintaNya pada manusia, tapi Dia mengorbankan jiwa dan ragaNya untuk keselamatan manusia ,” tandasnya.
Terkait dengan pembinaan iman UBK, KOMPAK telah menyiapkan para katekis untuk menumbuhkan dan membina iman UBK. Misa Rabu Abu bersama ini merupakan salah satu dari program KOMPAK untuk pembinaan iman UBK. Program lain yang masih berjalan adalah mengadakan pembinaan dan diskusi iman yang telah berlangsung di sekolah Budi Mulia sejak Minggu (11/2) lalu. “Pembinaan iman akan terus berlangsung untuk UBK. Setiap Minggu kedua dan keempat kami lakukan misa bersama dengan umat lainnya di Gereja Katedral Bogor, lalu dilanjutkan dengan acara ramah tamah dan pembinaan iman. Sedangkan untuk para pembakti (volunteer) setelah pembinaan iman untuk UBK, kami lanjutkan dengan pembinaan iman untuk spiritualitas dan kualitas mental mereka,” ujar Ketua KOMPAK Klemensia Sheny Chaniaraga, Sabtu (17/2).
Dia mengungkapkan, untuk saat ini pembinaan iman untuk para UBK sebatas pada liturginya. “Untuk UBK kami melakukan pembinaan iman pada sisi liturginya sesuai dengan kalender liturgi Gereja. Sedangkan untuk para pembakti kami tekankan pada spiritualitas dan kualitas mentalnya supaya mereka dapat melayani UBK dengan baik,” tandasnya.
Sheny menjelaskan, pembinaan iman diikuti oleh pembakti baik dari KOMPAK Jakarta maupun Bogor. “Terdapat 35 pembakti yang berasal dari KOMPAK Jakarta, dan 30 pembakti dari KOMPAK Bogor. Untuk Jakarta semua sudah menjadi katekis, sementara untuk Bogor sebagian sudah katekis, dan sebagian lagi akan dikatekisasi,” tukasnya.
(Jam)