
[BOGOR] Scholas Occurrentes tidak memberikan solusi, melainkan memberikan kesempatan. Demikian dikatakan Scholas Asian Ambassador Stephanie Kesuma pada kunjungan ke Sekolah Mardi Yuana Bogor dan Pesantren Dipa Menggala, Senin (7/4) pagi. Kegiatan ini sebagai bentuk tindak lanjut kerja sama antara Scholas Occurrentes dan Keuskupan Bogor yang telah dilakukan beberapa waktu sebelumnya.
Kunjungan ini juga sebagai pilot project hasil pelatihan Scholas Occurrentes kepada orang muda di Keuskupan Bogor selama 2 hari sebelumnya. Para orang muda langsung mempraktikkan hasil pelatihan untuk menjadi fasilitator dalam kunjungan ini.
Puluhan orang ikut serta dalam pertemuan di Mardi Yuana. Mereka terdiri dari para guru dan perwakilan siswa kelas 10, 11, dan 12 SMA dan SMK Mardi Yuana. Sedangkan di Pesantren Dipa Menggala, selain para murid, hadir juga beberapa tokoh lintas agama dan aktivis kemasyarakatan.
Salah satu ciri khas dari Scholas Occurrentes adalah para fasilitator yang berdinamika membuka ruang dengan berbagai permainan dan interaksi yang menarik.

Buka Ruang
Salah satu hal yang menarik adalah pertanyaan tentang apa tujuan dari Scholas Occurrentes dan bagaimana mengimplementasikannya dalam kurikulum pengajaran.
Untuk menjelaskan ini, Manuel Denza (33) asal Scholas New York dan Delfina Bejar (24) asal Scholas Argentina menjelaskan sedikit sejarah Scholas dan semangat yang ingin dibagikan. “Scholas dimulai dari Argentina tempat Paus Fransiskus berasal. Akan tetapi, Scholas bukanlah gerakan keagamaan, bahkan sama sekali tidak membicarakan agama. Di Scholas kita ingin mendengarkan kaum muda, selalu, kapan pun dan di manapun,” papar Manuel.
Implementasi dalam keseharian juga dijelaskan Stephanie dengan sederhana. “Scholas adalah ruang tanpa batas, melewati lintas agama, budaya, bahkan sosial ekonomi. Wadah ini dapat menjadi ruang sosialisasi dan aktualisasi diri untuk orang muda. Salah satu yang terpenting adalah Scholas tidak memberikan solusi, melainkan kesempatan untuk bisa berdiskusi,” ujarnya.
Penasihat Pesantren Dipa Menggala Harlan Bestari Bengardi mengapresiasi gerakan baru ini dan berharap dapat berkontribusi untuk menguatkan persaudaraan yang ada di Kota Bogor dan sekitarnya. “Nilai-nilai universalitas sejatinya sudah ada di Kota Bogor sejak lama. Salah satunya adalah kegiatan CGM (Cap Go Meh, red) yang menjadi pesta kebudayaan, bukan lagi acara keagamaan. Semoga Scholas dapat membuka ruang seluas-luasnya untuk menjadi warna baru yang menyatukan,” pungkasnya.
Penulis: Aloisius Johnsis | Editor: Celine Anastasya