Anda di sini
Beranda > Sajian Utama > Minggu Palma, Sudahkah Membuka Hati dan Diri Menyambut Yesus?

Minggu Palma, Sudahkah Membuka Hati dan Diri Menyambut Yesus?

Romo Parto mereciki Daun Palma yang dipegang oleh umat di lapangan Budi Mulia Bogor. Foto: Jelsius N.O Mada

Loading

[KATEDRAL] ”Minggu Palma adalah peristiwa Yesus datang ke Yerusalem dengan kerendahan hati. Sudahkah kita membuka hati?” tanya Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta dalam perayaan Minggu Palma di Gereja Katedral Bogor.

Minggu (13/4) pagi sebelum misa di dalam gereja, umat mengikuti perarakan dari lapangan Sekolah Budi Mulia. Ribuan daun palma sudah terlihat melambai-lambai di lapangan Budi Mulia, menunjukkan antusiasme umat menyambut Pekan Suci tahun ini. Daun palma, bagi umat Katolik, memiliki simbol kemenangan Yesus atas dosa dan kematian. Adapun perayaan dipimpin oleh RD Yohanes Suparta dan RD Habel Jadera.

Dalam homilinya, Romo Parto mengajak umat untuk menjadikan hati umat sebagai Yerusalem yang terbuka menyambut Yesus yang membawa kedamaian dan keselamatan. “Hidup terlalu berharga untuk disia-siakan atau dihancurkan. Kekuatan jahat kerap kali memengaruhi seorang dalam kehidupan. Membuat manusia kerap kali menutup hati dari kebenaran-Nya,” jelasnya.

Ia menekankan pentingnya memahami kisah sengsara Yesus sebagai lebih dari sekadar kisah sedih, tetapi untuk melihat bagaimana kekuatan jahat dapat memengaruhi manusia. Bahkan, mereka yang awalnya baik dan benar dapat terpengaruh dan terlibat dalam kekerasan dan penderitaan orang lain.

“Kisah sengsara Yesus juga dapat membawa kesadaran baru bagi mereka untuk membangun kemanusiaan yang lebih baik. Mari berbalik arah dan menyediakan diri untuk diperbarui oleh Tuhan, sehingga mereka dapat hidup dengan lebih baik dan membangun masyarakat yang lebih adil dan damai,” katanya.

Dengan harapan dalam perayaan, umat dapat memperdalam iman dan kesadarannya tentang makna kesengsaraan Yesus dan membuka diri dan hati menyambut Yesus, sang Raja Kebenaran.

“Semoga dengan menyambut Yesus dalam hati kita, kita dapat berbalik arah dan menyediakan diri untuk diperbarui oleh Tuhan. Dengan demikian, kisah sengsara Yesus dapat membawa kesadaran baru bagi kita untuk membangun kemanusiaan yang lebih baik dan menghargai hidup kita yang berharga, ” ucap Romo Parto mengakhiri homili.

Minggu Palma merupakan hari peringatan masuknya Yesus ke Kota Yerusalem yang disambut dengan daun palma. Yesus disambut dengan daun palma yang melambangkan kemenangan Yesus atas dosa dan kematian, serta kehidupan baru yang dibawa oleh-Nya. Sebab, orang banyak telah melihat tanda-tanda keilahian dan kuasa-Nya, seperti mukjizat dan pengajaran-Nya. Yesus adalah Mesias yang dinantikan oleh bangsa Yahudi, yang akan membawa keselamatan dan pembebasan. Perayaan ini menandai awal Pekan Suci, yang merupakan periode penting dalam kalender liturgi Gereja Katolik.

Umat berebut daun Palma usai misa selesai, daun Palma tersebut telah diberkati saat misa. Foto: Jelsius N.O Mada

Tradisi Palma

Dalam tradisi Yahudi, daun palma digunakan dalam perayaan sukkot. Sukkot (dikenal sebagai Feast of Tabernacles) adalah salah satu perayaan penting dalam agama Yahudi.

Perayaan ini berlangsung selama tujuh hari, dimulai pada tanggal 15 bulan Tishri dalam kalender Yahudi. Perayaan sukkot, selain untuk mengingat perlindungan Tuhan kepada bangsa Israel di padang gurun, juga merupakan kesempatan bagi umat Yahudi untuk mengucap syukur atas berkat dan perlindungan Tuhan dalam hidup mereka.

Dengan demikian, sukkot adalah perayaan penting dalam agama Yahudi, yang membantu umat Yahudi mengingat sejarah mereka, mengucap syukur atas berkat Tuhan, dan membangun kesadaran spiritual.

Penuils: Christiana Nathalie | Editor: Aloisius Johnsis

 

 

Leave a Reply

Top