PHDI 2019. Foto: Dok. Komsos
Peringatan Hari Disabilitas Internasional (PHDI) merupakan sebuah momentum yang dimanfaatkan oleh masyarakat secara global untuk memberi perhatian lebih kepada penyandang disabilitas. Perayaan ini diharapkan dapat mengangkat berbagai persoalan seputar keresahan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas.
Selain itu, perayaan yang acap kali digelar setiap 3 Desember ini juga memiliki makna dukungan penuh untuk meningkatkan martabat, hak, serta kesejahteraan penyandang disabilitas. Rangkaian PHDI pada 2020 yang diselenggarakan oleh Kementrian Sosial (Kemensos) mulai 18 November hingga 3 Desember turut mengalami penyesuaian dengan keadaan pandemi saat ini. Peringatan yang mengangkat tema ‘To Respect, To Fulfill, To Protect’ digelar melalui platform daring seperti Youtube Kemensos RI, saluran TVRI, dan RRI.
Pemilihan tema ‘To Respect, To Fulfill, To Protect’ bukanlah tanpa makna. Tema tersebut memiliki makna sebagai wujud dorongan secara tersirat kepada seluruh elemen masyarakat agar dapat berpartisipasi dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan untuk penyandang disabilitas. Hal ini merupakan salah satu poin penting yang diperjuangkan oleh Kemensos sedari dulu hingga saat ini. Salah satu bentuk dari perjuangan tersebut ialah disahkannya UU No 8 Tahun 2016 untuk menjamin terpenuhinya hak dan kesempatan para penyangdang disabilitas.
Tidak hanya Kemensos, Gereja saat ini juga sudah mulai melakukannya. Para penyandang disabilitas atau disebut juga dengan umat berkebutuhan khusus (UBK) sudah mendapatkan perhatian Gereja lebih dari tahun-tahun sebelumnya. Salah satu contohnya ialah, aksesbilitas sarana prasarana yang diperuntukkan bagi UBK di sekitar lingkungan Gereja merupakan bukti nyata yang dapat kita lihat.
Selain itu kategorial Kumpulan Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus (KOMPAK) Disabilitas yang ada di Keuskupan Bogor juga turut aktif memberikan pelayanan bahasa isyarat atau interpreter yang rutin diselenggarakan setiap minggu pada misa daring via kanal BMV Production. KOMPAK juga kerap kali mengadakan acara-acara yang melibatkan para umat yang ingin memberikan pelayanan kepada UBK seperti bina iman, misa khusus disabilitas dan banyak kegiatan lainnya.
Penyandang disabilitas bukanlah orang asing, melainkan bagian dari Gereja dan masyarakat. Mari bersama kita bangun Gereja dan bangsa yang ramah terhadap disabilitas.
(Agnes Marilyn/AJ)