Foto adalah perayaan HUT KOMPAK pada 2018 silam.
Memperingati hari ulang tahunnya yang ke-8, KOMPAK Disabilitas menggelar misa syukur yang berlangsung secara virtual, Jumat (4/6) malam. Misa yang berlangsung di kapel Paroki Hati Kudus, Kramat, Jakarta tersebut dipimpin oleh Pastor Robertus Agung Suryanto OFM.
“Sebagai umat beriman, kita diharapkan memiliki prinsip. Ini penting, karena ketika kita melakukan kebenaran, kita tidak perlu mendengarkan apa kata orang. Dalam hal ini perkataan orang yang negatif,” tutur Pastor Robertus Agung.
Dia mengilustrasikan, ada seorang ayah yang sedang menaiki keledai, sementara anaknya dibiarkan menuntun keledai. Lalu orang yang melihat, mengkritik sang ayah. Begitupun ketika giliran sang anak menunggangi keledai, sedang ayahnya yang menuntun, orang pun mengkritik sang anak. Hingga keduanya berjalan menuntun keledai, kembali orang mengkritik, mengapa keledai tidak ditunggangi. “Ini situasi yang serba salah, karenanya ketika kita melakukan hal yang benar, tak perlu menghiraukan kritikan orang lain,” tegasnya.
Misa syukur tersebut dihadiri oleh puluhan umat berkebutuhan khusus (UBK) Disabilitas, orangtua UBK, dan pembakti.
Di hubungi secara terpisah, Pendiri KOMPAK, Klemensia Sheeny Chaniaraga mengungkapkan harapannya bagi pembakti dan UBK. “Bagi pengurus dan pembakti, kami mencanangkan program OTS (Objek to Subjek). “Kami mencanangkan pada 2020-2023, pembakti bukan sekadar melayani UBK, tapi juga memikirkan kebutuhan UBK. Bukan cuma persoalan melayani UBK misalnya karena tidak bisa melihat, tidak bisa mendengar, tapi aspek kehidupan lainnya. Kami berharap bisa berjalan bersama-sama dengan UBK,” tandasnya.
Untuk UBK, Sheeny meminta agar UBK dapat membuka diri dan mau kooperatif. “Kami harap UBK tidak memiliki pemikiran ada pengkotak-kotakan antara non-disabilitas dengan UBK. Karena itu singkirkan “tembok” yang tinggi, yang memagari pembakti untuk bisa masuk, dan membantu UBK,” imbuhnya.
Di akhir misa, diumumkan pemenang lomba menulis renungan yang diikuti oleh disabilitas fisik dan sensorik. Untuk juara pertama diraih oleh Ferry Situngkir, disabilitas netra dari Bekasi. Juara 2, Rachel Stefani, disabilitas netra asal Tanggerang, sedangkan Wahjoe Wigati (Uke) disabilitas daksa dari Jakarta meraih juara ke-3.
Untuk lomba menggambar mirip wajah Santo Filippo Smaldone, pelindung KOMPAK yang diikuti oleh tunagrahita, secara berurutan juara 1, 2, dan 3, diraih oleh Kevin, Nindi, dan Richard.
Selamat untuk para pemenang, dan Proficiat untuk KOMPAK.
Penulis: Ignatius Herjanjam | Editor: Aloisius Johnsis
Selamat ulang tahun Kompak. Teruslah bersinar bagi kemuliaan Tuhan, dan tetaplah menjadi sahabat bagi kami para disabilitas. Tuhan Yesus memberkati 😇