Perkembangan teknologi selama beratus-ratus tahun telah mengubah lingkungan sekitar menjadi kurang sehat. Umat manusia yang serakah dan egois semakin memperparah keadaan. Bumi yang dahulu sejuk, indah, damai, dan tenteram bagaikan surga, saat ini telah berubah seratus delapan puluh derajat. Bencana-bencana saat ini pun semakin sering terjadi, apakah ini berarti lingkungan yang dahulu tidak dapat dikembalikan?
Walaupun ada banyak orang yang serakah dan egois, nyatanya masih ada segelintir orang yang peduli akan keadaan lingkungan saat ini. Kendala paling besar umat manusia dalam menyelamatkan lingkungan salah satunya adalah sampah. Seperti yang dilansir pada theworldcounts.com, setiap tahunnya umat manusia di seluruh dunia telah membuang sebanyak 2,12 miliar ton sampah. Hal ini dapat membuktikan bahwa sampah merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan manusia.
Ada dua jenis sampah yang harus diketahui yaitu sampah daur ulang dan sampah yang tidak dapat didaur ulang, sampah daur ulang dapat digunakan kembali oleh manusia. Namun, ada kasus di mana kedua sampah tersebut tidak dibuang pada tempatnya dan berserakan di mana-mana. Sampah yang seperti inilah yang menjadi masalah umat manusia. Sampah seperti ini dapat membuat manusia jatuh dalam sakit, sehingga dapat meningkatkan jumlah kematian akibat sampah.
Mati karena Sampah
Sampah yang berserakan dapat menjadi tempat berkembangnya virus ataupun bakteri mematikan. Virus seperti hepatitis A, trakoma (infeksi mata), dan gastroenteritis (flu perut) dapat berkembang pada sampah yang berserakan. Jika ada kasus di mana sampah dibuang ke laut, maka hal ini dapat membuat sampah dimakan oleh organisme laut. Para peneliti telah menemukan plastik mikro di dalam tubuh ikan yang sering dikonsumsi. Walaupun hal ini memiliki dampak yang sangat minim pada manusia, namun membawa dampak besar pada kehidupan laut. Artinya, akan ada semakin banyak ikan-ikan atau organisme laut yang mati akibat mengkonsumsi plastik mikro ini, sehingga pada akhirnya tidak akan ada ikan yang dapat dikonsumsi oleh umat manusia.
Tidak hanya sampah yang menjadi kendala dalam memperbaiki alam sekitar, polusi juga menjadi pemeran utama dalam hal perusakan lingkungan ini. Seperti yang dilansir pada datatopics.worldbank.org, secara menyeluruh 91% penduduk dunia telah terpapar oleh keadaan polusi yang tidak sehat. Jumlah polusi yang semakin meningkat membuat Bumi menjadi tempat yang berbahaya untuk ditinggali. Lapisan ozon yang semakin menipis akibat kontaminasi gas rumah kaca, polusi yang menjadi penyebab utama pemanasan global, mencairnya glester yang menyebabkan semakin tinggi permukaan air laut, dan lain-lain.
Berlomba Menyelamatkan Lingkungan
Di tengah semua permasalahan ini, umat manusia merubah diri untuk menyelamatkan lingkungan. Berbagai negara sedang berlomba-lomba mencari solusi yang tepat dan efisien. Indonesia memiliki caranya sendiri dalam menyelamatkan lingkungannya. Pada 2 Juli 2020 lalu Indonesia sudah menetapkan pelarangan penggunaan kantong plastik sekali pakai di Jakarta dan diterapkan pada kota-kota lain beberapa bulan setelah itu.
Tidak hanya itu, satu tahun sebelum ‘larangan plastik’ tepatnya 24 Maret 2019 Jakarta mengoperasikan MRT (Moda Raya Terpadu) untuk pertama kalinya. Beberapa bulan setelahnya pada 1 Desember 2019, LRT (Lintas Rel Terpadu) juga sudah mulai beroperasi. Upaya terbaru Indonesia menyelamatkan lingkungan adalah pengoperasian PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) di Surabaya, Jawa Timur pada Kamis 6 Mei 2021 lalu.
Di Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini, warga Indonesia diharapkan juga dapat berkontribusi dalam menyelamatkan lingkungan. Kondisi lingkungan yang dihuni belum sampai tahap tidak dapat diselamatkan. Seperti yang dilansir pada climateclock.world, masih ada sekitar 6 tahun 210 hari lagi sampai Bumi benar-benar dalam keadaan gawat. Jangan hilang harapan pada masa depan Bumi! Mari selamatkan lingkungan dari hal-hal kecil, seperti membuang sampah pada tempatnya, megurangi penggunaan bahan plastik sekali pakai, kurangi menggunakan kendaraan pribadi, dan hal lainnya. Tidak ada pertisipasi besar atau paristipasi kecil, yang ada hanyalah mau berpatisipasi atau tidak?
Selamat Hari Lingkungan Hidup Sedunia! Jangan malas! Mari selamatkan lingkungan!
Penulis: Alfons Fitzyolan | Editor: Aloisius Johnsis