Anda di sini
Beranda > Sajian Utama > Pesta Perak Bruder Budi Mulia, Hidup Itu Bersyukur

Pesta Perak Bruder Budi Mulia, Hidup Itu Bersyukur

Loading

[BUDI MULIA] Pesta perak adalah momen syukur atas 25 tahun hidup membiara, bersukacita bukan karena manusianya, namun pendampingan Tuhan selama itu. Demikian dikatakan RP Marga Murwanto MSF saat Pesta Perak hidup membiara Bruder Samuel BM dan Bruder Damasus BM di aula Klinik Pratama Melania Bruderan Bogor, Rabu (22/8) pagi. Perayaan yang dimulai dengan misa syukur yang dipersembahkan oleh RP. Marga Murwanto MSF itu dihadiri Lebih dari 150 orang.

Lebih lanjut, Romo Marga sapaan akrab RP. Marga Murwanto MSF menjelaskan, pada hakikatnya Tuhan adalah kasih maka Ia akan selalu Setia. “Allah adalah kasih, manusia mungkin tidak setia tetapi Allah akan selalu setia. Sudah seharusnya para jubilaris bersyukur atas penyertaan Allah hingga saat ini. Merayakan pesta perak bukanlah keberhasilan manusia tetapi karunia Allah,” tuturnya.

Br. Damas BM, salah satu jubilaris menceritakan tentang cita-citanya dahulu. “Saya awalnya ingin jadi guru, tapi sepertinya tidak cocok. Akhirnya setelah bergabung di Bruder Budi Mulia, saya diberikan banyak tugas sosial kemasyarakatan seperti mengelola panti asuhan, dan menjadi pendamping masyarakat di daerah-daerah yang tertinggal,” paparnya.

Sedangkan, Br. Samuel BM yang juga merayakan pesta perak menjelaskan moto hidupnya tentang bahagia. “Saya bahagia bukan karena situasi tertentu, tetapi saya bahagia di segala situasi dan kondisi. Bahagia bagi saya juga adalah berbagi, apalah arti hidup kita jika tidak berbagi?” refleksi Br. Samuel. Saat ini Bruder Samuel berfokus pada pelayanan kesehatan untuk masyarakat yakni di Klinik Bruder Glorieux di Ciomas Bogor dan Klinik Ibu Theresia di Citayam Kabupaten Bogor.

Hidup adalah perjalanan, dalam perjalanan tersebut manusia sering kali mencari kebahagiaan. Tentu konsep kebahagiaan manusia berbeda-beda. Ada yang merasa bahagia jika rohaninya terus diisi, ada pula yang bahagia jika hidup jasmaninya terpenuhi. Kedua hal tersebut adalah wajar, untuk mencapai kebahagiaan tersebut setiap orang berhak memilih, untuk hidup berkeluarga atau selibat. Keduanya baik dan suci karena sama-sama panggilan dari Allah.

(John)

Leave a Reply

Top