Anda di sini
Beranda > Sajian Utama > Perjalanan Iman Dua Imam yang Baik Hati

Perjalanan Iman Dua Imam yang Baik Hati

Loading

[KATEDRAL] Sore itu langit mulai bersemu jingga menunjukkan keelokannya, tak lupa juga rintik hujan sebagai penghiasnya. Barisan anak muda berpakaian warna warni khas daerah berbaris rapih mengiringi langkah puluhan imam dalam perarakan menuju Gereja Katedral. Ratusan umat bersama para frater, bruder, dan suster memadati gedung Gereja Katedral. Mereka terlihat antusias untuk merayakan ulang tahun ke-25 Tahbisan Presbiterat RD. Bartolomeus Gatot Wotoseputro dan RD. Antonius Dwi Haryanto, Selasa (11/6) .

Misa syukur dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Paulus Haruna dengan konselebran Pastor Paroki BMV Katedral RD. Dominikus Savio Tukiyo, RD. Bartolomeus Gatot Wotoseputro dan RD. Antonius Dwi Haryanto.

Romo Haruna sapaan akrab RD Paulus Haruna mengisahkan pengalamannya ketika bertugas bersama Romo Gatot dan Romo Anton. Menurutnya, kedua pribadi tersebut adalah sosok yang baik hati. “Romo Gatot adalah seorang pribadi yang sangat baik. Dia seorang yang penyabar dan memiliki jiwa kebapaan. Saya dan Romo Gatot pernah tinggal satu rumah di Paroki Kristus Raja Serang. Waktu itu saya sebagai Pastor Paroki dan Romo Gatot sebagai Pastor Vikaris. Romo Gatot memiliki moto yang menarik untuk menghilangkan penat yaitu MEOK (makan enak omong kosong),” katanya disambut gelak tawa seluruh umat.

Romo Anton, sambungnya, juga merupakan sosok yang baik dan murah hati. “Saya dan Romo Anton pernah bersama-sama tugas di Dekanat Utara. Setiap menghadiri acara di luar yang jaraknya cukup jauh, Romo Anton tidak lupa untuk mengajak saya dan menawarkan tumpangan untuk pergi bersama,” ujarnya.

Kedua imam yang tengah merayakan pesta peraknya adalah gembala yang luar biasa. Suka, duka, gembira, dan kesedihan mereka jalani dengan bersyukur.

Romo Anton memaknai 25 tahun perjalanannya dengan merefleksikan kembali karya yang telah dibuat. “Banyak suka dan duka ketika berkarya menjadi seorang imam. Tetapi berbagai hal tersebut adalah tantangan untuk kami dalam menjalani panggilan. Bersyukur adalah salah satu kunci. Setia dalam panggilan bukan hanya sekadar mencari jabatan tetapi apa yang sudah saya berikan kepada Tuhan dan sesama,” imbuhnya.

Sedangkan, Romo Gatot berharap dapat tetap menjadi pelayan yang baik kepada sesama. “Saya hanya ingin melayani dan menjadi pelayan yang baik. Jadi selama saya sakit, saya merasa kurang pelayanan. Pada usia 62 tahun ini saya masih diberi rencana oleh Tuhan untuk istirahat sejenak dengan sakit, tapi saya yakin dan optimis bisa sembuh dan bisa melayani lagi dengan penuh,” tukasnya.

Usai perayaan ekaristi, acara dilanjutkan dengan ramah tamah yang dipenuhi sukacita terutama bagi Romo Gatot dan Romo Anton. Mereka berjumpa dengan keluarga, sahabat, teman, dan umat yang senantiasa mendoakan karya pelayanannya.

(Agnes Marilyn/AJ)

Leave a Reply

Top