Sejak 1970, setiap 22 April diperingati sebagai Earth Day atau hari bumi. Pada awalnya, Hari Bumi dicanangkan oleh Senator Amerika Serikat bernama Gaylord Nelson. Hari Bumi ini diperingati oleh lebih dari 192 negara dan dikelola oleh Earth Day Network.
Pada dasarnya Hari Bumi ini bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya menjaga lingkungan. Karena, aktivitas yang dilakukan manusia dari zaman ke zaman memberikan efek penurunan kondisi bumi. Hal ini menjadi momen permenungan bersama bahwa kondisi bumi saat ini sangat memprihatinkan dan membutuhkan perhatian lebih dari kita sebagai penghuni bumi.
Di Indonesia sendiri, beberapa tahun terakhir, bumi pertiwi bak tidak pernah absen dari rasa prihatin. Lingkungan terasa semakin tidak bersahabat, bencana alam terjadi di mana-mana, limbah sampah yang tidak dikelola dengan baik, hingga pembabakan hutan secara liar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kini semakin marak terjadi degradasi lingkungan. Namun, hal itu tidak cukup membuat manusia memiliki kepedulian untuk menjaga kelestarian bumi akan segala manfaat dan potensinya bagi kehidupan manusia.
Faktor penyebabnya diduga akibat eksploitasi sumber daya alam oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dan kemajuan industri yang turut menyumbang gas dan zat berbahaya bagi lingkungan, lapisan ozon dan pemanasan global (global warming) menjadi perhatian dalam satu dasawarsa terakhir. Menipisnya lapisan ozon akibat emisi gas kloro fluoro karbon (CFC) dari mesin pendingin atau gas penyemprot aerosol yang tidak terkendali.
Saat bumi semakin telanjang karena lubang ozon semakin menganga, radiasi ultra violet dari matahari pun semakin menghujani bumi.
Tahun ini merupakan peringatan hari Bumi yang ke-49 namun, apakah waktu puluhan tahun tersebut tidak cukup menahan kerusakan lingkungan? Rasanya bumi malah semakin menderita. Bumi semakin panas dan tidak bersahabat dengan penghuninya. Sekilas tentang kualitas udara di atas bumi, yang menjadi salah satu indikator penuruan kualitas lingkungan. Mari kita lihat dan cermati lagi kondisi lingkungan di Indonesia seperti yang disajikan oleh Millenimum Development Goals (MDGs) yang konvensinya sudah diratifikasi oleh sebagian besar negara di bumi ini. Ternyata, Indonesia dinilai mundur atau tidak ada kemajuan dalam mencegah emisi CO2.
Selain Indonesia, 41 negara-negara di Asia memperoleh predikat terburuk itu dalam laporan MDGs yang dirilis PBB untuk edisi 2011/2012. Hanya 9 negara saja yang dinilai telah mencapai target penanggulangan emisi CO2, atau mendapat predikat Early Achiever, di antaranya adalah Makao, Korea Selatan, Filipina, Singapura, Nepal, dan Uzbekistan. Bahkan Indonesia pun harus kalah sama Timor Leste. Dari satu indikator itu saja jelas terlihat bahwa hanya sedikit negara yang peduli dalam mencegah emisi CO2 yang menimbulkan efek rumah kaca, penyebab utama bumi ini makin panas.
Perubahan iklim merupakan suatu fenomena global yang dampaknya akan dirasakan oleh semua penduduk yang tinggal di planet ini. Manusia terus bertambah, tindakan memanfaatkan dan merubah lingkungan alam terus dilakukan. Fenomena perubahan iklim sulit untuk dihentikan walaupun melalui berbagai kegiatan pencegahan dan antisipasi terhadap perubahan iklim. Upaya yang paling tepat adalah manusia mulai merubah perilakunya untuk selalu peduli kepada lingkungan khususnya perubahan iklim.
Banyak hal yang dapat kita lakukan untuk lebih peduli terhadap bumi ini, di antaranya:
- Hemat Energi. Penggunaan energi menjadi salah satu penyebab terbesar emisi rumah kaca. Apalagi sumber energi dunia masih bergantung pada energi yang berasal dari fosil. Dengan menghemat pemakaian energi akan mampu menyelamatkan bumi, di samping menghemat biaya pengeluaran.
- Kurangi Plastik. Plastik tidak dapat terurai sehingga menjadi sumber masalah berkepanjangan bagi bumi. Setiap tahun lebih dari 100.000 hewan laut dan satu juta burung mati karena memakan dan tersedak plastik. Proses produksi plastik menghasilkan jutaan ton gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim dan pencemaran udara.
- Bunuh Vampir Energi. Ketika peralatan listrik dimatikan namun masih terhubung dengan listrik, peralatan tersebut tetap mengonsumsi listrik. Apalagi jika tidak dimatikan sat telah tidak digunakan lagi. Matikan peralatan listrik yang tidak terpakai, cabut kabel yang menghubungkannya dengan sumber listrik, dan jangan segan-segan mengganti peralatan listrik yang konsumsi listriknya besar dengan peralatan sejenis yang konsumsi listriknya lebih kecil.
- Tanam Pohon. Hutan dan pohon memainkan peran penting dalam mengurangi kemiskinan, bencana alam, pencemaran udara, dan pemanasan global. Tanamlah pohon karena dengan berbagai manfaatnya, menanam pohon menjadi investasi masuk surga.
- Beli Produk Lokal. Semakin lama buah dan sayuran tidak segera dikonsumsi akan semakin banyak nutrisi yang hilang. Buah dan sayur non-lokal membutuhkan waktu yang lebih lama antara saat dipetik dan dikonsumsi. Berarti akan semakin banyak nutrisi yang terbuang percuma.
- Daur Ulang Limbah Elektronik. Tidak sedikit limbah elektronik (e-waste) yang mengandung bahan-bahan berbahaya seperti mercuri, timbal, dan bahan kimia lainnya. Jika dibuang bahan-bahan kimia tersebut dapat larut ke dalam tanah dan mencemari air saat hujan atau terlepas ke atmosfer saat dibakar. Bahan kimia tersebut berbahaya terhadap kesehatan tanaman dan hewan hingga jika dihirup dapat menyebabkan masalah pernapasan serius bagi manusia.
- Dukung Penggunaan Energi Terbarukan. Sumber energi dunia masih bergantung pada energi fosil yang tidak ramah lingkungan. Dengan meningkatnya konsumsi energi yang dibutuhkan masyarakat akan semakin meningkatkan dampak lingkungan yang dihasilkan dalam proses pengadaan energi tersebut. Dukung pengembangan dan penggunaan energi terbarukan untuk menggantikan energi konvensional.
Di samping berbagai contoh aksi nyata di atas tentunya masih banyak lagi hal yang bisa dilakukan untuk mendukung dan memperingati hari Bumi. Jangan takut untuk melakukan hal-hal kecil karena sekecil apapun dan sesederhana apapun akan sangat berpengaruh pada bumi dan lingkungan hidup.
Selamat hari bumi!
(Enoz Raja/AJ)