“Saya telah mendengar trend, atau kini telah menjadi kebiasaan untuk melihat kondisi janin di bulan-bulan pertama kehamilan, apakah janin tersebut sehat atau memiliki kelainan. (Bila memiliki kelainan), pilihan pertamanya adalah membuatnya pergi,” ungkap Paus Fransiskus dengan nada prihatin di hadapan khalayak yang menghadiri peringatan 25 tahun berdirinya Forum Asosiasi Keluarga di Roma, beberapa waktu yang lalu.
Paus Fransiskus, seperti dilansir oleh portal berita Catholic News Agency, mengaku amat menderita saat mendengar bahwa masyarakat kini memiliki mental untuk membiarkan pengguguran janin yang telah diketahui memiliki kelainan fisik ataupun mental. Terlebih lagi, negara kampung halaman Bapa Suci, Argentina baru saja melegalkan undang-undang aborsi terhadap janin berusia di bawah 14 minggu.
“Pembunuhan janin, untuk mendapatkan kedamaian hidup. Kita berperilaku sama seperti apa yang telah dilakukan oleh Nazi, demi mendapatkan kemurnian ras, hanya saja kali ini dilakukan oleh kaum bersarung tangan putih. Tindakan (Nazi) itu amat kejam, dan kita kini melakukan perbuatan yang serupa,” kecam Paus. Anak-anak adalah anugerah, meskipun mereka memiliki kelainan, setiap anak, sambungnya, harus diterima seperti yang Tuhan telah berikan.
Sejumlah negara seperti Argentina dan Irlandia diketahui telah mensahkan undang-undang yang melegalkan penguguran janin. Lebih jauh, Perdana Menteri Irlandia, Leo Varadkar telah mengisyaratkan agar semua rumah sakit publik baik yang diasuh oleh institusi Katolik maupun negara wajib menyelenggarakan praktik aborsi sesuai undang-undang.
Pernikahan yang seperti lotre
Selain mengecam legalisasi aborsi, Bapa Suci juga menyorot kecenderungan mudahnya pasangan menikah untuk memutuskan bercerai. Paus bahkan mengibaratkan banyak pasangan di zaman ini yang memperlakukan kehidupan pernikahan seperti lotre, jika beruntung pernikahan bisa dilanjutkan, jika belum menang maka akhiri pernikahan lama dan mulai lagi dengan yang baru. Padahal, Paus berharap pernikahan akan menjadi petualangan yang membahagiakan seperti disiratkan dalam dokumen kepausan Amoris Laetitia.
Paus berharap agar pernikahan dipersiapkan dari hal-hal yang sederhana.. “Sungguh amat penting untuk mencintai satu sama lain, menerima sakramen pernikahan, barulah menyelenggarakan pesta yang diinginkan,” nasihat pemangku tahta suci Santo Petrus tersebut.
Setiap orang tua diharapkan setia menanggung salib keluarga, menafkahi keluarga namun tetap memberikan waktu untuk bermain dan memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Menutup pidatonya, Bapa Suci memberi pesan kepada setiap pasangan menikah untuk tetap memiliki kesabaran, terlebih lagi apabila menghadapi krisis dalam keluarga. Äda banyak pria dan wanita di luar sana yang tetap setia menunggu pasangannya untuk kembali ke jalan yang benar “Mencintai adalah kekudusan yang memaafkan,” pungkas Bapa Suci.
(Ari Sudana)
Tentunya tidak ada orang tua yang ingin anaknya terlahir cacat namun yang mereka lakukan merupakan hal yang salah.
Menjadi orang tua itu memang tidak mudah. Mudah-mudahan nasihat Paus Fransiskus dapat menyadarkan bahwa apa yang mereka lakukan adalah salah.