
[KATEDRAL] Menurut pandangan Gereja Katolik, jenazah harus dihormati dan dimuliakan. Mereka yang meninggal akan dirawat dengan baik melalui pemulasaraan jenazah. Kebutuhan akan pelayanan di bidang pemulasaraan jenazah menjadi hal yang penting, khususnya di Paroki BMV Katedral Bogor.
Hal ini pun memantik semangat Sub-seksi Kardiwilasa-Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) dan Subseksi Pelayan Luar Biasa (PLB)-Seksi Liturgi Paroki BMV Katedral Bogor. Bersama, mereka menggelar kegiatan bertajuk “Sosialisasi dan Simulasi Pemulasaraan Jenazah”, Sabtu (29/7) pagi. Sebanyak 134 peserta dari berbagai lingkungan dan wilayah hadir memenuhi Aula Paroki BMV Katedral Bogor.
Ketua Subseksi Kardiwilasa Anna Dewi Priamsari menjelaskan, kegiatan sosialisasi dan simulasi tersebut tidak lepas dari harapan agar peserta tergerak melayani saudara-saudari yang meninggal.
Hal senada juga disampaikan Ketua Seksi PSE Priscia Naulibasa. “Mereka yang meninggal membutuhkan doa dari kita. Kelak ketika sudah meninggal, kita pun juga membutuhkan doa dari saudara kita yang masih hidup,” terangnya.
Peserta tampak antusias menyimak penjelasan mengenai tata cara pemulasaraan jenazah yang disampaikan oleh Marta Nauli Simamora, seorang perawat Klinik Pratama Melania Bruderan. Penjelasan materi juga diiringi dengan peragaan yang dipraktikan oleh praktisi perawatan jenazah A.E Widyaningsih dan Maria Theresia Luntungan.
Penghormatan kepada Tubuh
Dalam kesempatan itu, hadir Pastor Paroki BMV Katedral Bogor RD Paulus Haruna. Ia menjelaskan, gereja berkomitmen memberikan penghargaan kepada setiap manusia sejak berada di dalam kandungan.
Merawat jenazah artinya memberikan penghormatan terbaik kepada mereka meninggal. “Paroki BMV Katedral Bogor ingin mendampingi setiap proses kehidupan umat, bahkan sesudah meninggal melalui pemulasaraan jenazah. Dengan begitu, kita menghormati tubuh saudara-saudari kita yang telah dikuduskan oleh Allah,” tuturnya.
Meneladani kesalehan dan ketulusan Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus yang merawat jenazah Yesus, Romo Haruna berharap, peserta disertai komitmen yang kuat untuk ikut andil dalam pelayanan tersebut. “Sadar atau tidak, melayani orang yang meninggal merupakan katekese yang mujarab. Pemulasaraan jenazah merupakan wujud iman, persaudaraan, dan kemanusiaan kita sebagai umat beriman. Melalui pelayanan ini mereka yang meninggal memperoleh keselamatan kekal berkat wafat dan kebangkitan Kristus, semata karena belas kasih Allah. Mari, kita melayani dengan tekun dan sepenuh hati,” ajaknya.
Kegiatan sosialisasi dan simulasi pemulasaraan jenazah berjalan dengan lancar. Sesi sharing praktisi perawatan jenazah dan tanya jawab terasa hidup dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta, membuka wawasan lebih dalam mengenai perawatan jenazah.
Penulis: Ignatio Alfonsus | Editor: Celine Anastasya