Pembelajaran Tatap Muka belum juga dapat digelar, para siswa dan guru masih mengandalkan pertemuan secara virtual. Lebih dari satu tahun hal ini terjadi, tentu kualitas pengajar yang masih beradaptasi, fasilitas yang belum memadai, serta tuntutan untuk para orangtua berkolaborasi menjadi pengajar untuk anak-anaknya membuat dunia pendidikan cukup terseok-seok dalam berproses selama Pandemi Covid-19.
Angin segar sempat dihembuskan oleh pemerintah yang tadinya akan memulai sistem pembelajaran tatap muka Januari 2021 lalu. Tapi apa daya keadaan belum juga membaik sehingga hal tersebut ditunda. Menteri Pendidikan Nadiem Makarim baru-baru ini kembali merencanakan pembelajaran tatap muka yang akan dimulai secara bertahap pada awal tahun ajaran baru tengah tahun ini.
Komisi Pendidikan Keuskupan Bogor bekerja sama dengan seksi pendidikan di paroki-paroki berinisiatif menggelar Doa Novena 3x Salam Maria dalam rangka hari Pendidikan Nasional. “Kami membuat doa bersama ini pertama-tama dalam rangka hari Pendidikan Nasional. Kedua, memohon kelancaran proses pembelajaran tatap muka pada tahun ajaran yang baru nanti,” kata Ketua Seksi Pendidikan Paroki BMV Katedral Bogor Inri Kurnia Almesa.
Novena ini dimulai pada Jumat (23/4) malam di Kanal BMV Production dan berakhir pada Sabtu (1/5) malam di kanal Santo Matheus Depok. Antusiasme anak-anak, guru, dan berbagai pelaku pendidikan terlihat cukup tinggi, hal ini menunjukkan kerinduan mereka yang teramat sangat untuk berjumpa secara langsung dalam proses belajar mengajar.
Terpisah, Ketua Yayasan Regina Pacis sekaligus Ketua MPK Keuskupan Bogor Suster Christina Sri Murni FMM dalam wawancara dengan Berita Umat juga menceritakan proses perjuangan pelaku dunia pendidikan di awal masa Pandemi Covid-19. “Semua kaget dengan kondisi yang berubah 180 derajat. Secara SDM belum siap, begitu juga dengan infrastruktur. Tetapi jujur saya salut dengan para guru yang mau mencoba beradaptasi dan berjuang setiap waktunya,” jelasnya.
Sisi finansial juga tak kalah penting, Sr. Christin sapaan akrab Suster Christina Sri Murni FMM pada awal pembelajaran jarak jauh memantau langsung pemasukan serta pengeluaran dari sekolah. “Jujur saya mengerti bahwa masa ini menyulitkan semua. Ada orangtua yang kehilangan pekerjaan, atau mendapatkan pemotongan gaji. Tetapi sekolah juga bertanggung jawab untuk menghidupi dan memberikan hak para guru sehingga pada awal-awal pandemi saya hampir setiap waktu memantau keuangan agar semuanya tetap dapat berjalan dengan baik,” ujarnya.
Ia berpesan kepada seluruh elemen dalam dunia pendidikan untuk tidak menyerah dan saling bersinergi agar tetap dapat memberikan pendidikan terbaik untuk para murid. “Jangan menyerah, pasti ada jalan keluar. Kita kerja sama bergandeng tangan antara sekolah, orangtua, anak-anak, dan juga lembaga pendidikan yang lain untuk melewati masa sulit bersama-sama,” pungkasnya.
Semoga dunia pendidikan segera pulih, dan pembelajaran tatap muka yang sebentar lagi akan dimulai secara bertahap dapat berjalan dengan lancar.
Penulis: Aloisius Johnsis | Editor: Aloisius Johnsis