Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto tak dipungkiri keislamannya. Dia salah satu tokoh muda andalan PP Muhammadiyah. Dia juga kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang merupakan basis Muhammadiyah. Agama Islam yang dijalankan pria kelahiran Bogor 17 Desember 1972 ini adalah agama yang mengajarkan kedamaian, keluhuran, toleransi dan menghormati kebebasan beragama umat lainnya. Tak kebetulan kalau suami dari Yane Ardian ini sempat mengenyam pendidikan di lingkungan Katolik, saat menempuh pendidikan tinggi di Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Lepas dari Parahyangan, Bima melanjutkan pendidikan di Australia. Pengalaman dan pergaulannya dengan berbagai tokoh agama menyebabkannya bersikap pluralisme. Dalam kesempatan silaturahmi natal di Keuskupan Bogor di Aula Paroki, 26 Desember lalu Bima mengungkapkan kekagumannya terhadap tokoh-tokoh gereja, khususnya pada Paus Fransiskus dan Bunda Theresa.
“Saya hari ini membaca pesan Natal yang luar biasa dari Paus Fransiskus, yaitu mari kita hentikan konflik yang menimbulkan kesengsaraan. Seringkali kita tidak sadar akan perbedaan yang menuju kepada konflik yang menimbulkan kesengsaraan. Paus Fransiskus juga mengajak kita mengubah ketidakperdulian menjadi kedekatan, mengubah perbedaan menjadi kedekatan. Kehangatan dan kedekatan akan menjadi bahasa yang indah untuk menuju potrait besar tadi. Pesan Paus Fransiskus ini sangat relevan ketika kita hidup bermasyarakat, ketika kita hidup bersama – sama dalam suatu kota yang indah seperti Bogor. Kalau kita ingin sebuah kedekatan dan kehangatan maka potrait besar Kota Bogor ke depan adalah Bogor yang hangat, Bogor yang mendekatkan dan bukan menjauhkan satu sama lain,” papar Bima.
Bima mengatakan, perbedaan adalah keniscayaan, perbedaan adalah suatu keharusan dan perbedaan juga merupakan suatu harapan. Maka jika kita memiliki rasa toleransi yang tinggi dalam perbedaan tersebut, maka saya yakini perbedaan akan menjadi aset yang paling berharga untuk menuju potrait besar tersebut. Potrait besar tadi akan menjadi fokus saya beserta jajaran, bagaimana keberagaman tetap menjadi kebanggaan untuk kota Bogor ini. Saya juga ingin meminta maaf kepada seluruh Warga Bogor jika dalam perjalanan setelah saya dilantik dengan pak wakil belum dapat memenuhi seluruh harapan warga sekalian. Tetapi ke depan saya dan pak wakil akan terus tidak henti untuk melakukan apa yang dihimbau oleh Presiden kita yaitu kerja, kerja dan kerja,” tutur Bima yang saat itu hadir bersama Wakil Wali Kota Bogor Usmar Hariman.
Bima juga mengutip pesan yang pernah disampaikan Bunda Theresa. Kata Bima, karena potrait besar tadi adalah Bogor yang damai dan sejahtera tentunya kita ingat dengan kata – kata inspirasional dari Bunda Theresa, tidak semua orang dapat melakukan hal – hal yang besar, tetapi setiap orang dapat melakukan hal – hal kecil dengan kasih yang besar. Maka mari kita sama – sama sebarkan kasih ke seluruh penjuru Kota Bogor.
Sementara itu Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM mengapresiasi sambutan dari Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Monsinyur menegaskan, umat Katolik di Kota Bogor siap mewujudkan perdamaian, kerukunan dan siap bekerjasama membangun Kota Bogor yang lebih baik. Dalam kesempatan itu pula Uskup menyampaikan pesan natal kepada seluruh umat dan undangan yang datang. “Kelahiran Tuhan seharusnya memperluas rumah persaudaraan kita, tempat semua orang Indonesia hidup sebagai saudara satu dengan yang lain khususnya di Bogor, kita bukan sebagai pelancong tetapi bersama–sama dengan saudara beriman lain dan pemerintah kita membangun perdamaian, kesejahteraan serta kemajuan hidup bersama sehingga dengan semangat Natal kita dapat saling menghargai,” kata Monsinyur.
Masyarakat yang aman dan damai serta bersaudara, kata Uskup dapat terwujud jika keluarga juga hidup dalam damai, bila antara anggota keluarga ada perhatian kasih satu sama lain maka rasa damai itu akan lahir dalam keluarga. Sumber perdamaian bagi kita tidak diperoleh dari afiliasi kepada partai politik tertentu atau misalnya demi kontrak politik, tetapi diperoleh dari keterpautan hati serta komitmen budi dan tindakan untuk mengikuti cara hidup Tuhan Raja Damai Sang Maha Rahim itu, sebab Tuhan memiliki roh kerendahan hati. Sehingga kita menjadi agen–agen Kristus yang membawa damai dan perubahan lebih positif dalam masyarakat.
Uskup menutup silaturahmi natal itu dengan mengajak seluruh umat untuk membuktikan iman dengan hidup sebagai masyarakat Bogor yang cinta damai, suka berdialog dan mau menyelamatkan sesama. “Maka dari itu tindakan–tindakan seperti korupsi, melarang orang lain beribadah, merusak alam, melanggar ketertiban umum merupakan tindakan yang bertentangan dengan semangat Natal yang dibawa Yesus Sang Juruselamat Umat Manusia,” pungkas Monsinyur Paskalis.
(John/Jam)