Baru-baru ini para orangtua dibuat resah dengan adanya vaksi palsu. Vaksin palsu yang diungkap Badan Reserse Kriminal Mabes Polri berawal dari laporan masyarakat dan pemberitaan media massa tentang bayi yang meninggal dunia setelah diimunisasi. Praktik pembuatan vaksin palsu itu disebut-sebut telah berlangsung selama 13 tahun. Orang tua yang pernah mengimunisasi anaknya dalam rentang 13 tahun belakangan ini tentu risau, jangan-jangan anaknya termasuk yang mendapatkan vaksin palsu.
Menurut dr. Scholastica Murdwiparwati, vaksin palsu ini sulit dibedakan. “Vaksin palsu sulit dibedakan karena bentuk fisiknya yang sama, perbedaan terdapat dalam kandungannya,” jelas dokter lulusan Universitas Gadjah Mada itu.
Menurut dokter yang bertugas di Balai Pengobatan Melania Bogor ini, kejadian tersebut harus diambil hikmahnya dan menjadi intropeksi serta evaluasi bagi semua pihak. Meski prihatin, namun dia optimis ke depannya pihak rumah sakit dan dokter serta tenaga medis akan meningkatkan kinerja dan pelayanannya di bidang kesehatan. “Kita berharap semoga kejadian ini tidak berlarut-larut, tapi sebaliknya mampu meningkatkan kehati-hatian dan kinerja para dokter, paramedis, serta pengurus rumah sakit di Indonesia,” ujarnya.
Dokter asal Yogyakarta ini bersyukur karena hingga saat ini Bogor masih aman dari penyebaran vaksi palsu. “Kalau kita mendengar informasi dari Kemenkes, di situ Bogor tidak disebutkan sebagai salah satu tempat penyebaran vaksin palsu,” pungkasnya.
(John)