Anda di sini
Beranda > Kelompok Personal > Pasir Mukti Pun Jadi Saksi Kekompakan KOMPAK

Pasir Mukti Pun Jadi Saksi Kekompakan KOMPAK

Loading


Sang surya masih enggan beranjak dari singgasananya. Siang belum berganti sore. Udara semilir sesekali berhembus. Tiupannya menyambut puluhan umat berkebutuhan khusus (UBK) dan pembakti Kumpulan Orang Mau Pelajari Ajaran Kristus (KOMPAK) Jakarta dan Bogor.

Hari itu, Sabtu 9 Juni 2018. Di kawasan wisata Pasir Mukti Citeureup, Bogor sekitar 90 UBK dan pembakti menggelar acara kemping (camp) bersama. Mereka menjadi peserta dalam kemping bertema “Bertumbuh dalam Iman”.

Di hamparan rumput yang cukup luas belasan tenda terpasang. Para pembakti yang merupakan umat non-disabilitas (normal) sengaja ingin berbagi kebahagiaan dengan para UBK dalam mewarnai hari ulang tahun (HUT) ke-4 KOMPAK.

Di lokasi, tak sedikit orangtua dan pendamping UBK turut menjadi peserta. Mereka kebanyakan orangtua dari penyandang tunadaksa dan tunagranita, mereka terlebih dulu berkumpul bersama di pendopo yang berada tak jauh dari tenda. Santap siang bersama pun mengawali kebersamaan di lokasi itu.

Ketika warna langit mulai berganti, peserta diajak untuk terlibat dalam sejumlah permainan. Sesuatu yang boleh jadi tidak biasa dilakukan oleh UBK. Dalam permainan itu, UBK beserta keluarga dan pembakti berpadu satu, menjalin kerja sama dalam sebuah kelompok. Panitia membagi mereka dalam delapan kelompok. Setiap kelompok terdiri dari UBK dengan beragam jenis kecacatan bercampur dengan pembakti. Permainan pun dimulai. Suasana serius, tawa, canda berbaur dalam interaksi itu.

Permainan pertama, seluruh peserta diminta memindahkan tepung dengan tangan kepada rekannya di belakang. Tepung diterima dalam genggaman tangan, lalu diberikan kepada rekan satu tim dengan cara tangan diayunkan ke belakang pundak tanpa melihat rekannya. Tepung harus dipindahkan hingga peserta paling belakang. Tepung yang paling banyak terkumpul di barisan akhir dinobatkan sebagai pemenang.

Berikutnya, permainan yang tak kalah seru adalah berjalan di atas plastik yang direntangkan. Setiap tim diberi beberapa plastik yang dihamparkan di rerumputan. Plastik itu kemudian menjadi pijakan untuk berjalan bagi setiap peserta. Tanpa menginjak rumput, setiap tim wajib menuju tempat yang telah ditentukan. Plastik-plastik itu dipindahkan satu-satu ke depan, begitu seterusnya hingga batas finish. Tim yang paling cepat menuju garis  finish berhak menjadi juara.

Permainan ketiga, tarik tambang. Permainan yang familiar dan kerap dilombakan di perayaan agustusan (HUT Kemerdekaan RI) ini pun diselingi tawa canda. Tim yang mampu menarik tali tambang hingga melewati garis yang ditentukan dinobatkan sebagai pemenang.

Cuaca Anugerah Tuhan

Tak terasa permainan penuh kebersamaan itu pun berakhir, seiring sore yang tak lama lagi akan berganti malam. Acara selanjutnya sudah menanti. Usai membersihkan badan (mandi) dan santap malam bersama, peserta berkumpul di pendopo untuk merayakan Misa Syukur merayakan HUT KOMPAK. “Saya merasa Tuhan, raja semesta alam sungguh menyayangi kalian. Mengapa demikian? Sebelumnya saya berada di Depok. Saat menuju ke lokasi ini di sejumlah tempat, hujan turun deras. Di Depok, Bogor, bahkan di dekat lokasi perkemahan ini hujan deras sepanjang sore hingga malam hari. Tapi herannya di sini kok cuacanya cerah,” kata RD David Lerebulan yang mempersembahkan misa malam itu.

Romo David yang menjabat sebagai ketua Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Bogor ini melanjutkan, misa malam ini terasa berbeda. “Misa malam ini begitu berbeda dan istimewa. Karena selain diadakan di alam terbuka, misa ini juga dihadiri oleh saudara-saudari kita umat yang memiliki kebutuhan khusus. Saya ingin menyebut mereka umat dengan berkat khusus,” tutur Romo David.

Games tepung. UBK dan pembakti bekerja sama dalam permainan memindahkan tepung dengan genggaman tangan. Foto: Dok. KOMPAK

Suara jangkrik, kodok, dan  satwa malam lainnya sesekali bersahutan seolah-olah satu hati dengan peserta, mendaraskan keagungan Sang Pencipta. “Coba dengar suara hewan seperti jangkrik, kodok, dan hewan malam lainnya. Suara-suara itu menemani kita di tempat ini,” katanya.

Romo David juga mengapresiasi ketulusan para pembakti yang selama ini  dengan setia mau melayani UBK. “Mari kita doakan semoga para pembakti selalu diberikan kesehatan, rezeki dan kelimpahan rahmat dari Tuhan agar selalu dapat melayani para UBK,” pintanya.

Saat malam mulai melarut, api unggun yang berada di hamparan rerumputan menghangatkan suasana kebersamaan. Kado-kado disiapkan untuk ditukarkan dan dibagikan satu dengan yang lain. Acara itu menjadi pamungkas hari itu.

Hingga hari berganti. Hingga sang surya kembali menyembulkan senyumnya, kebersamaan tetap berlanjut. “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada KOMPAK terutama kepada para pembakti yang telah melayani putri saya. Di sini kami merasa diperhatikan dan banyak yang peduli,” ujar Maria ibunda Susi penyandang tunadaksa.

Ungkapan senada juga disampaikan Margono. Pria yang memiliki anak berkebutuhan khusus ini tak kuasa menyembunyikan rasa harunya. Dia mengucap syukur atas semangat persaudaraan dan kekeluargaan yang diberikan KOMPAK. Belasan orangtua dan pendamping UBK memang sengaja dihadirkan agar terlibat dalam acara itu.

Ketua KOMPAK Klemensia Shenny Chaniaraga menyampaikan, kemping bersama ini ingin membuktikan kepada masyarakat bahwa penyandang disabilitas atau UBK juga mampu melakukan kegiatan-kegiatan bersama umat non-disabilitas di alam terbuka.  “Kemping ini mau menegaskan kalau UBK juga bisa melakukan kegiatan-kegiatan bersama di alam bersama keluarga dan para pembakti. Tentu saja ubk melakukan dengan caranya yang sederhana, namun tak mengurangi sukacita mereka saat berinteraksi bersama. Terlebih dari itu acara ini bertujuan untuk meningkatkan rasa persaudaraan dan kerja sama antarubk, antarpembakti, dan antara pembakti dengan UBK,” paparnya.

Penanggung jawab acara kemping, Theresia Niniek Sudarwati menghaturkan rasa terima kasihnya kepada seluruh panitia dan peserta yang telah membuat acara kemping ini berjalan dengan baik.  “Terima kasih untuk semuanya, terutama kepada panitia yang telah menyukseskan acara ini,” ujarnya. Disebutkan Niniek, sejumlah nama diantaranya Theresia Sirait, Putri, Tina, Anna Sofiah, Yolan, Flora, Julianto, Ibeth, Vivi, Fera, Guntur, Janny, dan Niken yang telah bekerja sama menyiapkan acara tersebut. “Sebenarnya masih banyak lagi panitia yang terlibat. Ini merupakan kerja sama KOMPAK Bogor dan Jakarta,” tandasnya.

Ulang tahun KOMPAK sendiri jatuh pada 4 Juni. Untuk KOMPAK Jakarta, ulang tahun ini merupakan yang keempat kalinya. Sedangkan untuk KOMPAK Bogor ini merupakan ultah perdananya melayani kaum disabilitas di Keuskupan Bogor. KOMPAK memiliki misi utama melakukan pembinaan iman bagi UBK. Di Jakarta, setiap Minggu pertama dan ketiga diselenggarakan misa di Paroki Hati Kudus Kramat. “Misa bersama UBK dengan umat non-disabilitas diadakan setiap pukul 09.00 WIB, dilanjutkan dengan bina iman. Sementara untuk tunagranita, misa diadakan pukul 15.00 WIB, diawali bina iman pukul 14.00 WIB,” ujarnya.

Dia melanjutkan, untuk wilayah Bogor misa diadakan setiap Minggu kedua dan keempat pukul 11.00 WIB di Gereja Katedral Bogor, dilanjutkan dengan bina iman di Sekolah Budi Mulia.

Kembali ke acara kemping bersama. Di akhir acara, Minggu (10/6) siang, pemenang lomba pun diumumkan. Tak hanya permainan memindahkan tepung, berjalan di atas plastik, tarik tambang, lomba membuat aksesoris dari sayur yang sejak awal digelar juga diumumkan. “Permainan ini bukan untuk mencari siapa yang menang atau kalah. Permainan ini hanya sarana untuk meningkatkan kebersamaan kita. Jadi semua peserta mendapatkan hadiah,” kata pemandu acara, Flora.

Matahari masih berdiri tegak di langit. Puluhan peserta berkemas, bergegas menuju bus yang telah terparkir. Satu bus untuk rombongan menuju Jakarta, satunya lagi menuju Bogor. Hingga bus akan melaju meninggalkan kawasan wisata Pasir Mukti, rona kebersamaan terus membekas di hati mereka. Berharap rasa persaudaraan tak lekang. Pasir Mukti pun menjadi saksi kekompakan KOMPAK.

 (Herjanjam)

Leave a Reply

Top