[SEMPLAK] Setelah mengunjungi 5 paroki (Katedral, Sukasari, PKKC, Megamendung, dan Parung) di Dekanat Tengah Keuskupan Bogor, Pengurus OMK Dekanat Tengah (Dekteng) kembali melakukan safari paroki pada Minggu (18/3) pagi. Paroki pertama yang dikunjungi tahun ini adalah Paroki St. Ignatius Loyola, Atang Sendjaja, Semplak, Bogor. Sekitar 30 orang ikut dalam kunjungan yang bertempat di selasar paroki itu. “Banyak orangtua yang menganjurkan anak orang lain untuk aktif berkegiatan tapi tidak mendorong anaknya sendiri untuk aktif. Hal tersebut menjadi salah satu kesulitan kami,” ungkap Ketua Seksi Kepemudaan (SKP) Paroki Semplak Eduardus Estuaji Enggar Bawono.
Hal ini menjadi perhatian bersama karena sangat mungkin terjadi di paroki-paroki lainnya. Beberapa saran yang dapat dijadikan solusi untuk permasalahan tersebut adalah membuat kegiatan-kegiatan positif untuk menumbuhkan kepercayaan para orangtua. “OMK sebagai bagian dari keluarga tentu membutuhkan dukungan orangtua. Untuk mendapatkan dukungan itu kita bisa membuat kegiatan positif seperti sharing ilmu atau tindakan nyata merawat lingkungan hidup. OMK yang identik dengan kegiatan hura-hura juga bisa kok membuat kegiatan yang bermanfaat untuk gereja dan masyarakat,” jelas Moderator OMK Dekteng RD Marselinus Wishnu Wardhana.
Adapun tujuan safari ini adalah sharing kendala-kendala yang dialami oleh OMK baik pengurus maupun anggota dan mencari solusinya. Dalam kegiatan ini para pengurus juga saling bertukar informasi berkaitan dengan program strategis, baik di paroki maupun dekanat sehingga ke depan program yang disusun tidak tumpang tindih dan bertabrakan.
Misdinar dan Lektor juga OMK
Salah satu hal yang disoroti oleh OMK Dekanat Tengah adalah perbedaan presepsi tentang misdinar dan lektor yang kadang merasa bukan bagian dari OMK. Dalam kunjungan ini Romo Marsel mengatakan bahwa misdinar dan lektor secara usia adalah OMK (13-35 tahun). Mereka memilih misdinar dan lektor sebagai bentuk pelayanan. Secara struktur memiliki tanggung jawab kepada Seksi Liturgi Paroki.
“Tetapi karena secara usia misdinar dan lektor adalah OMK maka tentu mereka tetap diharapkan dapat terlibat dalam kegiatan OMK dan tidak merasa berbeda dari yang lain,” pungkasnya.
Menutup kunjungan ini Romo Marsel menjelaskan bahwa semua OMK dapat berkegiatan apapun baik menjadi misdinar, lektor, karismatik, kelompok musik dan lain-lain. “Yang terpenting ketika ada kegiatan bersama mau juga ikut terlibat dan membaur dengan siapa saja,” tutupnya.
(John)