[KATEDRAL] Identitas imam adalah orang yang siap diutus untuk memberikan pelayanan kepada umat. Demikian dikatakan Mgr Paskalis Bruno Syukur dalam misa minyak dan pembaruan janji tahbisan di Gereja BMV Katedral Bogor, Selasa (12/4) pagi.
Sudah menjadi rutinitas di Keuskupan Bogor setiap Selasa dalam pekan suci sebelum Kamis Putih dijadikan momen untuk melaksanakan misa pemberkatan minyak katekumen, krisma, dan pengurapan orang sakit. Pada momen ini juga dilaksanakan pembaruan janji tahbisan untuk para imam diosesan dan ordo/tarekat yang ada di Keuskupan Bogor.
Memang, perayaan kali ini terasa lebih spesial setelah 2 tahun dilaksanakan dengan sangat terbatas karena Pandemi Covid-19 yang dinamikanya tak terduga. Perayaan yang dimulai pukul 10.00 WIB ini dipimpin langsung oleh Uskup Bogor Monsinyur Paskalis Bruno Syukur dengan konselebran Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta dan Vikaris Judisial Keuskupan Bogor RD Yohanes Driyanto. Hadir sekitar 80 imam, 4 diakon, dan 200 umat.
Pada pengantar setelah perarakan masuk, Romo Parto mengatakan perayaan Ekaristi hari ini menandakan keutuhan Gereja Kristus yang satu, kudus, Katolik, dan apostolik.
Uskup Paskalis dalam homilinya menegaskan kembali identitas para imam yang harus siap diutus untuk memberikan pelayanan kepada siapa pun. “Identitas itu harus hidup dan menjadi nyata dalam karya pelayanan, relasi, serta keseharian kita para imam Tuhan. Kita terikat dalam kesatuan dengan uskup dan rekan imam lainnya melalui rahmat tahbisan. Kita ditahbiskan untuk diutus dan perutusan kita dimeteraikan oleh roh Tuhan,” ujarnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan, Tuhan memanggil dan mengutus para imam untuk menjadi gembala bagi domba-dombaNya. “Ini adalah pilihan bentuk hidup kita yang dijalankan dengan bangga dan sukacita. Misi dan tanggung jawab kita adalah menjadi saksi Allah dengan cara membimbing umat agar iman akan Tuhan Yesus dapat bertumbuh dan berkembang,” papar Monsinyur Paskalis.
3 Pesan untuk Para Imam
Pada kesempatan ini, Monsinyur Paskalis juga memberikan 3 pesan penting kepada para imam yang hadir. Pertama, adalah menjadi imam yang ekaristis. “Mari menjadi imam yang menghadirkan Allah melalui ekaristi. Kalau sedang banyak pekerjaan, jangan mengabaikan bangun pagi untuk merayakan ekaristi. Karena hanya kita yang secara sah boleh memimpin ekaristi,” ucapnya.
Kemudian, Imam harus siap keluar dari zona nyaman membangun rumah bersama umat dan masyarakat sekitar. “Kalau kata Romo Driyanto kemarin, menjadi gereja yang bergerak keluar. Imam misioner yang siap diutus untuk merawat kebersamaan kita di Indonesia,” tuturnya.
Terakhir, bapa uskup berharap para imam dapat berguru pada Bunda Maria dan kuat dalam praksis hidup doa. “Berdoa pribadi itu penting tetapi tidak cukup. Mari lengkapi dengan doa bersama, adakan doa Ofisi Ilahi sebagai bentuk nyata kebersamaan kita,” pintanya.
Rekoleksi Bersama untuk Saling Menguatkan
Sehari sebelumnya, Uskup Paskalis bersama para imam mengikuti rekoleksi sebagai bentuk persiapan untuk pembaruan janji tahbisan yang dilaksanakan pagi tadi. Rekoleksi yang bertempat di Aula Magnificat lantai 4 Gedung Pusat Pastoral Keuskupan Bogor itu dibimbing langsung oleh Vikaris Judisial Keuskupan Bogor RD Yohanes Driyanto.
Pada rekoleksi bertajuk ‘Ekaristi menurut Santo Agustinus’ itu Romo Dri sapaan akrab RD Yohanes Driyanto mengajak peserta untuk menyadari kehadiran Allah. “Kehadiran dan peran-Nya sungguh menyatukan umat Allah. Kita, imam Bogor harus mulai jalan bersama dalam karya baikNya,” pungkas Imam yang baru-baru ini potongan khotbahnya viral di TikTok BMV_Hits itu.
Tidak hanya mendapatkan materi satu arah, para pastor juga diajak untuk berdinamika dalam kelompok kecil berbagi pengalaman dan pergumulan yang dialami dalam karya penggembalaan masing-masing. Proses yang dijalani dengan antusias dan sukacita ini membuat mereka saling menguatkan dalam hidup dan karya ke depan.
Penulis: Aloisius Johnsis | Editor: Aloisius Johnsis