Anda di sini
Beranda > Nusantara > Menteri Agama Puji Cara Gereja Mempersiapkan Keluarga Katolik

Menteri Agama Puji Cara Gereja Mempersiapkan Keluarga Katolik

Loading

Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifudin secara terbuka memuji bagaimana cara Gereja Katolik dalam membangun, mengarahkan panggilan umat dalam berkeluarga.

Di hadapan Presidium Konferensi Waligereja Inonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo, para Uskup se-Indonesia dan Dubes Vatikan untuk Indonesia Mgr Antonio Guido Filippazi serta ratusan perwakilan umat peserta Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) Menag menyampaikan bahwa pada dasarnya keluarga adalah sekolah pertama dan tempat pembentukan mendasar bagi anak-anak agar menjadi pribadi beriman dan berkarakter sesuai dengan imannya.

“Saya sangat bersepakat, sangat setuju, sepeti halnya yang disampaikan oleh Ketua SAGKI IV Pastor Hibertus Hartana MSF, bahwa keluarga adalah sekolah yang utama dan pertama,” ujar Menteri Agama.  Dia memuji konsistensi gereja dalam mendampingi keluarga Katolik.  Menurutnya keluarga memiliki kewajiban untuk mempertegas dan mengajari mana yang baik, mana yang pantas, dan mana yang tidak etis.”

“Tantangannya dalam era revolusi komunikasi ini,” kata menteri, “apakah keluarga masih bisa diandalkan.  Sebagai rujukan sementara akses ke pusat-pusat layanan informasi begitu mudahnya digapai.  Hakekat agama adalah memanusiakan manusia.”

“Keberagaman merupakan berkat dan sisi positif dalam kehidupan.  Namun masih ada saja yang melihat perbedaan sebagai masalah yang akhirnya berujung perang.  Karena itu keluarga menjadi strategis perannya, sehingga orangtua harus mampu menerangkan substansi agama,” paparnya.

Inspirasi

Menag melihat bahwa umat Katolik mempunyai pengalaman yang baik dalam menjaga keutuhan keluarga, khususnya dalam mempersiapkan calon pasutri menuju hidup berkeluarga.  “Kursus Persiapan Perkawinan (KPP) yang diadakan Gereja Katolik dapat menjadi inspirasi yang membuat kita harus menyiapkan lembaga perkawinan dengan lebih serius lagi.  Bangsa kita adalah bangsa yang majemuk dan plural.  Nilai agama sudah teruji ratusan tahun kebenarannya,” tutur Lukman.  Menag berharap kegiatan ini bisa menghasilkan hal-hal yang berguna bagi pembentukan keluarga yang benar-benar menjadi tempat sukacita dan damai, keluarga yang benar-benar Katolik dan benar-benar menjadi warga Indonesia yang penuh cinta kasih sayang di tengah masyarakat yang majemuk.  “Semoga kegiatan SAGKI yang ke-4 ini bisa menghasilkan rekomendasi yang baik, bukan hanya untuk Gereja Katolik, namun juga memberikan kontribusi yang konstruktif bagi bangsa Indonesia tercinta,” tukasnya.

Ketua Presidium KWI, Mgr Ign Suharyo menandaskan, Gereja Katolik Indonesia sehati dan seperasaan dengan Gereja Katolik Dunia (Sentire Cum Ecclesia).  “Paus memiliki perhatian yang besar tentang peran keluarga bagi kehidupan kemanusiaan di masa depan,” ujarnya.

Menurut Monsinyur, keluarga adalah sel masyarakat.  Sehat tidaknya masyarakat tergantung keluarga-keluarga di dalamnya.  “Keluarga adalah sekolah kemanusiaan yang pertama dan utama.  Anggota keluarga harus berkembang menjadi pribadi yang utuh, matang, dan berwatak mulia,” jelasnya.

SAGKI merupakan sebuah pertemuan dimana para uskup dan delegasi se-Indonesia secara bersama-sama mencoba menegaskan arah pastoral gereja untuk lima tahun ke depan.  Dalam SAGKI Gereja mendengarkan suara umat lalu menegaskan arah dan berjalan bersama umat untuk makin terlibat dlam kehidupan masyarakat.

SAGKI ke-4 yang berlangsung di Via Renata, Cimacan, Cipanas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat mulai Senin (2/11) hingga Jumat (6/11) mengambil tema Keluarga Katolik, Sukacita Injil.  SAGKI kali ini memiliki tiga tujuan, yakni pertama agar keluarga katolik semakin menghargai jati diri, identitas, spiritualitas, panggilan dan perutusannya di dalam gereja dan di tengah masyarakat sehingga mampu mengalami dan memberikan kesaksian Injil dalam kehidupan sehari-hari.

Kedua, keluarga Katolik semakin siap menghadapi tantangan-tantangan konkret yang dialami dan dihadapi keluarga dewasa ini, dan ketiga keluaga Katolik menjadi misioner di tengah masyarakat.

(John/Jam)

Leave a Reply

Top