Anda di sini
Beranda > Pastoral > Membangun Habitus Ramah Lingkungan

Membangun Habitus Ramah Lingkungan

Loading

“Hijaukan bumi rumah kita bersama” menjadi tema workshop dalam rangka hari lingkungan hidup sedunia, yang digelar oleh Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki BMV Katedral pada Minggu (12/6) di gedung Pusat pastoral Keuskupan Bogor. Joko Pitoyo selaku Ketua Seksi PSE menyampaikan jika masalah bumi menjadi tangung jawab semua orang. Dengan workshop, diharapkan agar seluruh umat Katedral dapat membangun kebiasaan ramah terhadap lingkungan dengan menjaga, merawat, dan mencintai alam ciptaan Tuhan. “Jika tidak mau bumi ini semakin rusak, kita harus berani untuk membangun habitus baru yang ramah terhadap lingkungan,” tutur Joko.

RD Dominikus Savio Tukiyo, mengajak semua peserta untuk mencitai alam ciptaan. Beberapa hal yang disarankan sesuai dengan ensiklik Paus Fransiskus mengenai lingkungan hidup yakni Laudato Si. “Perubahan dapat dilakukan melalui hal-hal sederhana seperti menanam pohon di rumah sendiri, diet menggunakan plastik, hemat listrik, dan berpikir hijau yaitu berpikir untuk menciptakan lingkungan yang ditumbuhi dengan tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan oksigen sebagai sumber kehidupan,” pinta Pastor Paroki Katedral itu.

Suster Marisa Nur Trisna CB, salah satu narasumber yang mengulas spiritualitas ekologi mengatakan jika dosa ekologi sama dengan dosa melawan Tuhan. “Hidup menggereja bukan hanya berhenti di altar tetapi juga mau berjuang untuk kehidupan seperti pelestarian alam. Ada tiga pilar pembangunan bangsa yaitu: ekologi, ekonomi dan sosial,” jelas Sr. Marisa.

RP Yulianus Enggo CP atau biasa dipanggil Romo Yulius, memberikan tips tentang berkebun organik dan membuat pupuk kompos sebagai bahan perawatan tanaman organik. Bumi ini terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari, dan mikro organisme, semua unsur yang ada tersebut harus dilestarikan. “Halaman sekecil apapun dapat dimanfaatkan untuk melestarikan lingkungan. Maka, mulailah menanam!,” ajak Ketua Biro Ekologi Keuskupan Bogor itu.

Mencintai alam tidak dapat dinyatakan dengan kata-kata tetapi harus diwujudnyatakan dalam praktik, hal itulah yang diungkapkan oleh Ibu Maria Wardhani dalam sesi ketiga mengenai mengolah sampah anorganik menjadi alat-alat yang bermanfaat. Limbah dapat dijadikan berbagai aneka perlengkapan rumah tangga yang indah dan bermanfaat, berupa tas, dompet, bingkai foto, pot bunga, dan manfaat lain. “Dibutuhkan ketekunan dan kesabaran untuk dapat bersahabat dengan sampah. Percayalah nantinya semua akan berbuah menjadi berkah,” tutur pengamat lingkungan hidup dari Pepulih ini.

(YC)

Leave a Reply

Top