Anda di sini
Beranda > Sajian Utama > Kesetiaan Mereka Telah Teruji Hingga Pesta Perak Imamat

Kesetiaan Mereka Telah Teruji Hingga Pesta Perak Imamat

Loading

[KATEDRAL] Mereka telah memberikan dirinya secara total dalam mengabdi kepada Tuhan yang telah ditunjukkan melalui pelayanan dan pengabdiannya kepada gereja, dan kesetiaan mereka telah teruji selama 25 tahun, petikan kalimat itu disampaikan oleh Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM, pada kata pengantar dalam Perayaan Ekaristi 25 tahun Imamat bagi 5 imam Keuskupan Bogor dan 1 imam Keuskupan Bandung.  Peristiwa bersejarah ini dilaksanakan pada Rabu, 4 Februari di Gereja Katedral Bogor.

Bapa Uskup Bogor, mengajak umat untuk bersukacita dan bersyukur karena anugerah imam yang telah berkarya di Keuskupan Bogor.  Tuhan telah memanggil para imam yang berusia 25 tahun dalam imamat ini, agar terbangun kedekatan antara Allah dan manusia, juga antara manusia dan sesamanya.  Tak dapat dipisahkan juga kedekatan antara sesama imam dan pemimpinnya.

Kedekatan yang dijalin, menjadikan seseorang menjadi dewasa dan dapat mengatasi kesulitan dalam karya sehari-hari.  Bapa Uskup mengajak seluruh imam Keuskupan Bogor dan seluruh umat yang hadir, untuk bersama-sama menciptakan kehangatan dalam keluarga dan komunitas.

Menurut Bapa Uskup, keenam imam yang merayakan HUT tersebut, masing-masing memiliki kekhasan dan kelebihan masing-masing sehingga keunikan mereka akan semakin membuat gereja damai, pandai, tegas, berseni dan mencintai lingkungan.

Inilah keenam sosok imam yang berusia 25 tahun dalam pengabdian kepada gereja.  Romo Agustinus Suriyanto Himawan, lahir di Jakarta, 15 Agustus 1960, saat ini bertugas sebagai direktur penerbit OBOR yang menjadi salah satu andalan penerbitan buku-buku rohani yang dinaungi oleh KWI.  Sebelumnya, Romo Agus pernah bertugas sebagai ekonom Keuskupan Bogor dan direktur PT Grafika Mardi Yuana.  Intinya, tugas Romo Agus selalu berkaitan dengan kepimpinan dan keuangan yang tertib, disiplin dan tegas.

Romo Christophorus Oferus Lamen Sani, lahir di Lamalota, Adora Timur, NTT pada 26 Juni 1958.  Saat ini Rombo Christo bertugas sebagai romo Paroki St. Andreas Ciluar.  Sebelumnya beliau pernah bertugas di Katedral, Depok Timur, Sukasari, Rangkasbitung dan Kelapa Dua.  Romo Christo mencitai bidang tulis menulis, khususnya berbentuk puisi.  Puisi yang terakhir dirangkai berjudul “Jembatan Jiwa“.

Romo Markus Lukas, Romo yang memiliki dua nama orang kudus ini dilahirkan di Pringsewu Lampung Selatan pada 23 Oktober 1955.  Tugas perutusan yang pernah dilakoninya yaitu sebagai pastor rekan di Rangkasbitung dan Serang, ketua Yayasan Mardi Yuana, ketua MPK Keuskupan Bogor, Paroki Sukabumi, ekonom Keuskupan Bogor dan kini menjadi pastor Paroki Sukasari.

Pastor Johanes Maria Ridwan Amo, putra Bogor ini dilahirkan pada 14 Desember 1960.  Saat ini Pastor Ridwan bertugas sebagai ketua PSE Keuskupan Bogor merangkap sebagai ketua pembangunan Seminari Menengah Stella Maris, rumah retret Keuskupan Bogor dan membantu Paroki Katedral sebagai romo stasi Semplak.  Imam yang pandai menghimpun dana untuk pembangunan sarana pendidikan ini, sebelumnya berkarya sebagai pasor rekan di Serang, Rangkasbitung, Sukasari, Katedral, pastor Paroki Cinere, Kota Wisata dan pernah menjadi Rektor Seminari Menengah Stella Maris Bogor.

Romo Stanislaus Feri Sutrisna Wijaya, lahir 29 Agustus 1961.  Romo yang memiliki falsafah bahwa menjadi imam adalah pengalaman belajar dan belajar, belajar menjadi imam, belajar menjadi manusia, belajar hidup, belajar bekerja sama dengan banyak orang dan seluruh alam semesa.  Saa ini imam yang konsent pada lingkungan hidup demi keseimbangan ekologi ini bertugas di Keuskupan Bandung.

Romo Agustinus Suyatno, lahir di Kapuan, Borobudur pada 28 Agustus 1961.  Romo Yatno pernah bertugas sebagai pastor Paroki Cinere, Cibadak dan ketua Yayasan Mardi Yuana.  Saat ini beliau bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Cibinong dan ketua FKUB Keuskupan Bogor.

Seusai perayaan Ekaristi yang dipimpin oleh Bapa Uskup Bogor didampingi keenam imam yang berulangtahun, acara dilanjutkan dengan ramah tamah di gedung Paroki Katedral.  Diawali dengan perarakan 6 imam yang tengah berbahagia, para imam Keuskupan Bogor, keluarga yang berulangtahun dan kehadiran utusan umat dari semua paroki se-Keuskupan Bogor, larut dalam sukacita dan kegembiraan dalam kebersamaan malam itu.  Acara ramah tamah diawali dengan pemotongan kue dan aksi seru dari para romo yang telah berkarya selama usia perak.

Sebuah kalimat sakti sebagai pesan sekaligus pengakuan ditulis oleh Romo Agustinus Suriato dalam bukunya berjudul “Langkah Tiada Henti Menjadi Imam yag Membumi” mengisyaratkan bahwa menjadi imam adalah perjuangan seumur hidup yang membutuhkan kerjasama, dukungan dan doa dari seluruh anggota gereja. 

(YC)

Leave a Reply

Top