Anda di sini
Beranda > Artikel > Kelahiran Yesus Momen Berbela Rasa pada Penyandang Disabilitas

Kelahiran Yesus Momen Berbela Rasa pada Penyandang Disabilitas

Loading

Bagi umat beriman secara khusus umat katolik, sebentar lagi akan menjalani masa Adven, masa penantian, masa persiapan lahir dan batin untuk menyambut kelahiran Sang Juru Selamat  Pembawa Damai. Masa Adven juga dapat diartikan sebagai masa penuh rahmat dimana orang diajak untuk merenungkan  sejauh mana memberi kesaksian selama satu tahun berlalu. Jujur dan berterus terang pada diri sendiri, bertanya adakah aksi dan kesaksian yang kugulirkan selama ini?  Sasaran utama adalah berbela rasa dan berbagi kasih serta peduli kepada mereka yang lemah. Masa Adven juga merupakan sebuah refleksi iman akan  kehidupan manusia yang  sedang dalam peziarahan.

Kaum miskin dan papa tak ubahnya seperti  Yesus yang lahir dan berbaring di dalam kandang domba. Yesus memilih tempat kelahiran di kandang domba  yang hina dan  bukan  di tempat yang mewah.  Hal ini menunjukkan kepada dunia akan kerendahan hati, kesederhanaan sehingga mempunyai hati, sikap peduli kepada sesama yang terpinggirkan dan tidak diperhatikan. Bagi umat beriman, kelahiran Juru Selamat adalah kesempatan emas untuk memperhatikan sesama yang berkekurangan, berbagi kasih bagi kaum yang hina sehingga kelahiran Juru Selamat sungguh memberi makna dalam hidup harian. Kelahiran merupakan lorong kecil bagi setiap orang untuk bangkit dari tidurnya serta membuka mata hati terhadap dunia dan sesama.

Kepedulian tanpa pamrih sangat mahal di era globalisasi dimana orang tidak lagi memiliki kerendahan hati dan kepekaan berbagi terhadap satu dengan yang lain.  Egoisme dan ketidakpedulian terhadap mereka yang tidak mampu berbuat apa-apa semakin meraja dalam diri sehingga melupakan eksistensi diri sebagai insan yang mengagumi dan mengangungkan Yesus yang lebih dahulu mencintai dan mengasihi manusia. Masih adakah relevansi sabda Tuhan : “Sesungguhnya segala sesuatu  yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Mat. 25:40).  Kalimat ini sangat menyentuh hati dan perasaan sambil bertanya : apa yang bisa aku perbuat? Momen untuk memaknai kelahiran Yesus dengan membuka diri bagi penyandang disabilitas yakni menyediakan tempat bagi penyandang disabilitas dan pendampingnya.

Demikian juga gereja, secara khusus Gereja Katedral/Keuskupan Bogor yang membuka diri terhadap kaum disabilitas. Ini merupakan perwujudan konkret dan perhatian serius terhadap penyandang disabilitas, sekaligus pemaknaan kelahiran Sang Penebus. Kita perlu bangga terhadap sikap gereja yang merangkul seluruh umatnya dengan penuh kasih dan cinta, sehingga selaku umat yang notabene beriman kepada Kristus mampu bersaksi dan menghadirkan wajah Yesus yang lahir di palungan.

Hal tersebut di atas terang-benderang  telah dialami oleh Yesus yang lahir di kandang, menjadi teladan bagi setiap umat beriman bahwa Ia tidak ingin diistimewakan  tetapi solider dengan manusia, mau seperti manusia yakni memilih kandang domba sebagai tempat kelahiranNya. Mau menunjukkan kepada manusia   bahwa untuk menikmati kebahagiaan sejati dalam kerajaan surga terlebih dahulu melakukan kebajikan terhadap mereka yang sangat membutuhkan perhatian (kaum papa).

Dengan kelahiran yang ditampilkan Yesus seharusnya manusia membangun sikap kerendahan hati dengan memupuk kepedulian  terhadap sesama serta membagi kasih dan solidaritas kepada kaum hina dina sehingga  kelahiran Sang Juru Selamat sungguh memberi arti dan mempunyai gema dalam perjuangan hidup selama masih mengembara di dunia. Selamat Hari Natal 25 Desember 2017 dan Tahun Baru 1 Januari 2018.

(Br. Rein Sihura, BM)

Leave a Reply

Top