
[KATEDRAL] Jumat Agung identik dengan keheningan. Altar polos tanpa dekorasi. Hanya kain putih yang melapisi meja altar. Tidak terdengar lantunan musik apa pun di sepanjang ibadat. Seluruh umat larut dalam dukacita akan sengsara dan wafat Kristus, anak domba yang dikorbankan demi keselamatan dunia.
Antusiasme umat selalu tinggi setiap tahunnya. Seluruh bangku terisi penuh, baik di dalam maupun halaman depan Gereja BMV Katedral Bogor. Bahkan, tidak sedikit umat yang datang dua jam sebelum ibadat dimulai.
Ibadat pertama dimulai tepat pukul 15.00 WIB, diawali dengan pendarasan Novena Kerahiman Ilahi. Monsinyur Paskalis Bruno Syukur OFM memimpin ibadat, didampingi konselebran RD Markus Lukas dan RD Alfonsus Sombolinggi.
Umat mendengarkan pendarasan kisah sengsara Kristus dengan khidmat. Suasana sarat dengan sedih dan duka. Namun, ketika direfleksikan lebih dalam, Tuhan sejatinya menunjukkan bahwa penderitaannya lebih dari tentang sekadar sakit dan sengsara.
Tanpa Pandang Bulu

Salah satu kekhasan liturgi pada ibadat Jumat Agung adalah doa agung yang meriah. Pada peringatan akan sengsara dan wafat-Nya, kita memanjatkan sepuluh ujud permohonan yang mewakili seluruh dunia. Hal ini seturut dengan pengurbanan Kristus yang membawa keselamatan, tanpa pandang bulu. Kasih-Nya tercurah kepada siapa saja dan tidak terbatas.
Penghormatan salib merupakan ritus yang tidak terpisahkan dari Jumat Agung. Salib, lambang kehinaan, kini menjadi tanda kemenangan atas dosa dan maut. Kristus yang tersalib merupakan bukti cinta kasih yang begitu besar kepada manusia. Melalui penderitaan hingga wafat-Nya di kayu salib, Yesus mendamaikan kembali hubungan antara Allah dengan manusia yang rusak akibat dosa.
Allah, Juga Manusia

Hujan nampak deras dari ibadat jam pertama hingga jam kedua, seolah langit tak kuasa menahan tangis ketika Anak Allah Yesus Kristus terbaring kehilangan nyawa-Nya di kayu salib. Namun, gemercik dan gemuruh hujan itu tidak menghalangi atensi seribu umat pada ibadat Jumat Agung sesi kedua. Justru, suara rintik itu memberikan nuansa yang lebih mendalam pada suasana malam itu.
Pastor Paroki BMV Katedral RD Paulus Haruna yang kali ini memimpin ibadat, bersama dengan konselebran RD Benediktus Raditya Wijaya dan RD Dismas Aditya.
Melalui pembacaan kisah sengsara yang menyayat, Jumat Agung ini memberikan kesadaran kepada umat manusia bahwa Yesus, sebagai Anak Allah, juga memiliki sisi kemanusiaannya. Ia mengalami kecemasan dan ketakutan yang mendalam mengenai penderitaan yang akan Ia hadapi. Meski begitu, Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada umat manusia dengan sadar dan sukarela, serta menyerahkan diri-Nya sebagai penebus dosa umat manusia.
Perhatikanlah bagaimana Yesus menghadapi segala penderitaan dengan kasih, ketabahan, dan pengorbanan yang tak tergoyahkan. Mari menjadikan ini sebagai refleksi hidup. Mari menempatkan-Nya sebagai teladan dalam menghadapi setiap tantangan dan keputusan dalam hidup kita.
Penulis: Ignatio Alfonsus Daniputra, Leonardus Evan Wijaya | Editor: Celine Anastasya