Anda di sini
Beranda > Sajian Utama > Perjamuan Terakhir, Peristiwa Sendu di Kamis Putih

Perjamuan Terakhir, Peristiwa Sendu di Kamis Putih

Loading

[KATEDRAL] Mentari tertutup awan yang gelap pekat, hujan turun seakan ikut dalam peristiwa sendu di Kamis Putih. Ya, pasalnya pada Kamis Putih Yesus merayakan peristiwa perjamuan terakhir bersama murid-muridnya yang kita kenal sampai dengan saat ini dengan Perayaan Ekaristi.

Bersamaan dengan peristiwa ini juga Yesus melakukan tindakan monumental nan fenomenal dengan mencuci kaki para muridnya yang hingga kini dipraktikan oleh para imam, uskup, bahkan paus pada misa Kamis Putih.

Perayaan Kamis Putih pertama di Paroki BMV Katedral Bogor dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta dengan konselebran RD Andreas Arie Susanto dan RD Benediktus Raditya Wijaya.

Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta membasuh kaki para murid dalam perayaan Kamis Putih pertama di Gereja Katedral Bogor.2. Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta membawa sakramen mahakudus menuju tabernakel sementara.
Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Yohanes Suparta membasuh kaki para murid dan membawa sakramen mahakudus menuju tabernakel sementara dalam perayaan Kamis Putih pertama di Gereja Katedral Bogor. Foto: Theonaldo Vincentius.

Misa yang dimulai pukul 17.00 WIB itu dihadiri lebih dari 3.000 orang. Saking antusiasnya, para umat sudah mulai berdatangan 3 jam sebelumnya, tepatnya pukul 14.00 WIB. Walaupun harus menunggu pintu utama Gereja Katedral dibuka, mereka tetap setia menunggu sambil mempersiapkan hati mengenangkan peristiwa perjamuan terakhir.

Cara Melayani

Dalam homilinya, Romo Arie, sapaan akrab RD Andreas Arie Susanto membagikan pikiran liarnya tentang berbagai kemungkinan respons Yesus ketika akan dikhianati. “Kadang saya bertanya, kenapa Yesus tidak kabur? Atau mungkin melawan. Padahal Yesus punya banyak pengikut dan dia tau akan dikhianati. Kenapa demikian?” tanyanya kepada umat.

Lebih lanjut ia menjelaskan, itulah bedanya Tuhan dengan manusia. “Yesus tidak mencari jalan keluar, tidak mencari cara melawan. Akan tetapi ia mengumpulkan murid-muridnya untuk makan bersama. Terjadi suasana persaudaraan, murid Kristus saling melengkapi, mendukung, dan membantu satu sama lain. Pada masa ini sering kali kita melihat orang lain sebagai rival, sebagai saingan yang harus dilewati. Sudahkah kita melaksanakan itu dalam kehidupan?” jelas Pastor Ekonom Keuskupan Bogor itu.

Pada kesempatan ini, Romo Arie juga menyentil sebagian umat yang sering kali lebih memilih emosi ketimbang sabar. “Sering kita setelah misa ribut di parkiran, ‘minggir saya mau duluan’. Klakson panjang, ‘kamu nggak punya mata?’ Sehabis Ekaristi kita memaki dan coba lihat siapa yang dimaki? Saudara kita yang tadi misa bersama di dalam gereja,” tegasnya.

Kamis Putih mengajarkan kita cara dan makna pelayanan yang sesungguhnya. Yesus mengumpulkan murid-muridnya dalam persaudaraan makan bersama, menghadirkan kenangan tentangNya. Ia juga membasuh kaki para murid, menunjukan makna pelayanan yang sejati.

“Setinggi apapun jabatan kita, sehebat apapun kemampuan kita, sekaya apapun, sebaik apapun status sosial yang kita miliki, kita diminta untuk tetap melayani. Tidak mudah dan mungkin sangat sulit, tetapi sudah dicontohkan oleh Yesus sendiri,” tutupnya.

Belajar dari Sang Guru

Perayaan Ekaristi kedua berlangsung pukul 20.00 WIB, dipimpin oleh Pastor Paroki BMV Katedral RD Paulus Haruna dengan konselebran RD Markus Lukas dan RD Dismas Aditya. Hujan besar rupanya tidak menghalangi antusiasme umat untuk hadir dalam perjamuan agung.

Vikaris Paroki RD Dismas Aditya membasuh kaki para murid dalam perayaan Kamis Putih pertama di Gereja Katedral Bogor.4. Vikaris Paroki RD Dismas Aditya membawa sakramen mahakudus menuju tabernakel sementara.
Vikaris Paroki RD Dismas Aditya membasuh kaki para murid dan membawa sakramen mahakudus menuju tabernakel sementara dalam perayaan Kamis Putih  kedua di Gereja Katedral Bogor. Foto: Luki Karim.

Dalam homilinya, Romo Haruna menyoroti kisah pembasuhan kaki. Melalui peristiwa itu, Yesus berpesan kepada para murid untuk saling melayani. “Dengan membasuh kaki para murid, Yesus menunjukkan posisiNya sebagai seorang guru bahkan Tuhan yang hadir di tengah-tengah kita dengan rendah hati dan mau melayani. Pesan berharga ini disampaikanNya sebelum meninggalkan para murid dan bersatu kembali dengan Bapa di surga,” ungkapnya.

Romo Haruna menuturkan, ajaran Yesus berhasil memikat hati banyak orang. “PesonaNya tidak terbatas oleh waktu dan tempat. Para murid pun meneladani Kristus sehingga menjadi pribadi yang tekun dan rendah hati. Ajaran-Nya kemudian merebak ke penjuru dunia hingga saat ini. Sebagai murid Kristus, semangat melayani dan rendah hati harus kita nyatakan dalam kehidupan sehari-hari,” tuturnya.

Bukan perkara mudah untuk mengamalkan ajaran Kristus. Nyatanya, masih banyak dari kita yang maunya dilayani terus. “Apakah hal tersebut mencerminkan sikap dan tindakanNya? Tidak jarang saya menemukan umat yang mengeluh ketika menjadi pengurus lingkungan, minta pensiun dini. Ini jauh dari apa yang diajarkan Yesus. Ibarat baru jatuh pertama kali, sudah merasa down. Yesus saja jatuh tiga kali, namun tetap berusaha. Kamis putih menguji sejauh mana kita terpesona akan ajaran Sang Guru. Semoga kita semakin rendah hati dan saling melayani dalam membangun gereja,” pungkasnya.

Perayaan Ekaristi dilanjutkan dengan Ibadat Tuguran, dipimpin oleh Romo Dismas. Layaknya menyatu dalam keheningan Taman Getsemani, umat diajak berjaga dan berdoa bersama dengan Yesus. Dekorasi pada altar dibereskan. Bangku imam serta uskup yang ditunggang balikan menyiratkan duka mendalam. Semakin masuk ke dalam misteri penderitaan Kristus, Sang Guru.

Penulis: Aloisius Johnsis, Ignatio Alfonsus Daniputra | Editor: Agnes Marilyn

 

 

Leave a Reply

Top