Anda di sini
Beranda > Nusantara > Gereja Menghargai Adat Istiadat

Gereja Menghargai Adat Istiadat

Loading

[BATU TULIS] Tahun Baru Imlek ternyata memang menjadi ajang pelestarian budaya dan adat istiadat umat keturunan etnis Tionghoa. Buktinya, Persekutuan Doa Pagi Santa Clara Paroki Santo Fransiskus Asisi Sukasari ikut memeriahkan acara Imlek. Mereka mengadakan Misa Imlek di kawasan Batu Tulis Bogor, Selasa (9/2). Uniknya dari sekitar 200 umat, banyak pula umat yang bukan keturunan Tionghoa hadir.

Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM yang memimpin Misa saat itu menyatakan, Gereja menghargai adat istiadat dan budaya masyarakat tetapi umat juga harus selektif dalam menjalankan adat istiadat tersebut. “Setiap daerah, suku memiliki budaya dan adat istiadat yang baik dan Gereja sangat menghargainya. Namun kita juga harus memilih yang baik dan membuang yang buruk. Adat istiadat yang baik adalah yang sesuai dengan ajaran iman katolik,” kata Monsinyur. Bapa Uskup meberikan contoh dahulu dalam kebiasaan orang Tionghoa anak katolik lebih berharga dibanding perempuan. “Jelas adat tersebut tidak pas dengan ajaran Kristus karena semua adalah anak-anak Allah,” ungkapnya.

Dalam Tahun Monyet ini sesuai dengan kalender Tiongkok, kata Uskup, barangkali bisa diartikan manusia harus bekerja lebih keras lagi. “Monyet atau kera itu kan tidak bisa diam. Selalu melompat-lompat. Nah, itu berarti kita diminta untuk bekerja lebih keras. Juga dalam tahun ini Gereja mencanangkan sebagai Tahun Kerahiman Ilahi, maka kita diminta  untuk berwelas asih dan mau mengampuni sesama,”  pesan Uskup mengayomi umatnya yang berasal dari berbagai macam etnis.

Ketua Komunitas Doa Pagi Santa Clara, Indrawati menerangkan, acara ini lebih pada mengucap syukur atas tahun yang diberikan Tuhan, dan supaya kualitas hidup umat lebih baik lagi. “Acara ini lebih ditujukan untuk kebersamaan, kekeluargaan, ramah tamah. Selain itu ini sekadar melestarikan budaya yang kita miliki,” katanya. Guna menambah kemeriahan acara, usai Misa digelar acara bagi-bagi angpau dan atraksi barongsai. Setiap umat mendapat kesempatan untuk mengambil angpau yang sudah diletakkan pada pohon angpau. Jumlah angpau tidak seberapa, namun canda tawa umat tampak pecah saat mengambil angpau.

(John)

Leave a Reply

Top