Anda di sini
Beranda > Mutiara Biblika > Ego Vos Elegi

Ego Vos Elegi

Ilustrasi Romo Iko Aug 2022

Loading

Yohanes 15:16 Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu”.

 Dunia diciptakan untuk kebaikan semua makhluk hidup. Dunia dilengkapi oleh Allah sehingga semua makhluk dapat hidup di dalamnya. Kehidupan itu menjadi serasi saat manusia menjalankan hidup seturut dengan kehendak Allah.  Keserasian itu makin tampak ketika manusia diberi kuasa untuk mengatur segala kehidupan (Kej 1:28). Kuasa ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai martabat luhur. Ciri khas ini membedakan dengan ciptaan lainnya.  Keserasian itu mengikat satu dengan lainnya menjadi teman sekerja Allah, yaitu ikut ambil bagian menata dunia semakin nyaman. Keterkaitan setiap ciptaan itu memberikan ruang untuk saling melengkapi sehingga semua saling menjadi berkah. Berkah ini menjadikan semua baik adanya, sehingga ini menjadi gambaran seperti cuplikan doa Bapa Kami, ”Jadilah kehendakMu di atas bumi seperti di dalam surga”. Jadi bumi ini menjadi gambaran surgawi saat manusia selalu sejalan dengan kehendak Allah.

Amanah ini diberikan kepada manusia pertama untuk dilestarikan terus-menerus. Manusia harus  menjaga bumi dan segala isinya yang sangat indah. Keindahan dunia itu sangat mempesona sehingga manusia terlena karenanya. Manusia pertama tampaknya tidak mampu memegang amanah luhur itu. Pada titik inilah manusia terpicu pada sisi kehendak yang kuat untuk menguasai, termasuk menguasai kehendak Allah. Akibatnya manusia jatuh dalam dosa.

 Clement dari Alexandria menggambarkan betapa manusia sulit dididik Allah. Bagi Clement, inilah cikal bakal dosa yang turun-temurun. Perjanjian Allah dalam dengan manusia digambarkan dalam Kitab Kejadian 2:17 ,”tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kamu makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”. Sayangnya, manusia memilih memakannya (Kej 3:6), sehingga manusia melanggar kehendak Allah.  Inilah konsep dosa yang tentunya didasarkan pada Kitab Kejadian, yakni manusia melanggar kehendak Allah. Betapa sulitnya manusia dididik Allah sebab ada tendensi melawan Allah. Situasi itu menjadikan keserasian hidupnya hilang, sehingga manusia menjadi telanjang (Kej 3:10). Telanjang itu gambaran bahwa manusia kehilangan baju rohani sehingga manusia terhempas dari firdaus. Firdaus adalah lukisan kekudusan yang terjadi jika manusia menaati kehendak Allah.

Manusia kehilangan kekudusan, tetapi tidak serta merta kehilangan kehidupan. Manusia diberi kesempatan untuk memperbaiki diri agar semuanya kembali dalam keserasian Allah. Keterlanjangan itu merupakan simbul hilangnya baju rohani, baju kekudusan. Oleh karena itu, manusia harus berupaya mengembalikan baju rohani yang hilang itu. Irenaeus membangkitkan harapan itu dengan teologi rekapitulasinya. Hal itu diurai dalam Injil Lukas  saat Maria mampu menjawab Allah melalui Malaikat Gabriel. Kutipan Lukas, 1:38 Kata Maria: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu. Lalu malaikat itu meninggalkan dia”, memberikan harapan terhadap rekonsiliasi manusia dengan Allah. Ini merupakan cara  mendapatkan kembali baju rohani. Maria menjadi jawaban baru terhadap peristiwa jatuhnya manusia. Ia memberikan contoh ketaatan dan siap menerima kehendak Allah sehingga baju rohani kembali dikenakan sebagai simbol kekudusan.

Kesediaan Maria menerima tugas itu membuka babak baru dalam karya keselamatan. Allah telah memilih Maria menjadi perantara karya itu. Sementara, orang pertama gagal menjalankan tugas, kini Maria menjadi Eva Nova yang siap menjalankannya. Kesanggupan Maria itu mempunyai sebuah konsekuensi yang luar biasa. Maria membuka kebuntuan relasi dengan Allah yang selama ini dirasakan kembali tersambung. Allah sendiri hadir melalui peristiwa inkarnasi  demi mendekatkan diri pada manusia agar bisa kembali kepada Allah. Maria menjadi titik tonggak pentingnya sebuah ketaatan kepada Allah. Ketaatan membawa kehidupan, sebaliknya ketidaktaatan menghempaskan manusia ke dalam jurang kehinaan. Maria kembali mengangkat martabat manusia di hadapan Allah melalui tugas melahirkan Yesus ke dunia.

Kehadiran Yesus memberikan dunia baru serta tatanan baru dalam kehidupan bersama. Ia memanggil para murid untuk ikut ambil bagian dalam karya pewartaan. Matius membeberkan mereka itu, “10:1 Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan memberi kuasa kepada mereka untuk mengusir roh-roh jahat dan untuk melenyapkan segala penyakit dan segala kelemahan”. Yesus sendiri yang memilih mereka untuk ikut ambil bagian dalam karya di dunia ini. Para murid diberi kuasa untuk menguduskan, menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan. Allah sendiri menyertai para murid sampai akhir zaman. Sekalipun demikian, para murid dituntut selalu terbuka kepada kehendak Allah supaya daya Allah itu makin kuat. Yesus telah memilih mereka agar pesan kerajaan Allah itu sampai pada setiap manusia.

Tugas pewartaan ini tentu ada keterbatasan waktu karena manusia tidak akan abadi di dunia. Dalam rangka itu, Yesus sang imam Agung yang ditetapkan selama-lamanya merupakan penetapan ilahi bukan manusia (Ibrani 7:17) harus melanjutkan tugas imamat itu. Imamat ini tidak akan terputus oleh karena habisnya generasi para murid sebab Allah akan tetap memilih umatnya untuk ambil bagian dari imamat Kristus. Di sinilah, manusia mendapat anugerah dari Allah. Allah memilih umatnya untuk tugas  pewartaan dan pengudusan. Partisipasi imamat Kristus bukan didasarkan pada aturan manusia, melainkan penetapan Allah sendiri. Oleh karena itu, Allah akan tetap berkarya dengan caranya untuk memilih umat yang dijadikan murid dalam karya pelayanan ini. Mereka inilah para diakon, imam dan uskup. Allah telah memilih mereka, sekaligus menegaskan bahwa semua itu terjadi karena Allah. Manusia mempunyai ruang batin untuk mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’. Jawaban ‘ya’ atau ‘tidak’ itu bermuara dari Allah sendiri.

Peristiwa itu kini terjadi kembali dengan adanya tahbisan diakonat dan presbyterat. Fr Arda dan Diakon Guntur. Mereka telah terpilih untuk mendapatkan jabatan clerus. Mereka telah dipanggil, sekaligus dipilih dari antara para pemuda. Proses perjalanan menerima pendidikan itu merupakan sebuah sikap menjawab panggilan Allah itu. Mereka telah bergulat dengan susah payah untuk tetap setia pada jawaban panggilan itu. Dalam perjalanan mengikuti Yesus, para rasul  sering kali bertengkar, desolasi, murung bahkan mau meninggalkan Yesus. Semua itu adalah proses pemurnian sebuah panggilan. Ketika Allah telah memilih, semua itu akan dimurnikan sekalipun manusia menghadapi aneka rintangan. Jawaban ‘ya’ mempunyai konsekuensi yang berat, namun manusia tidak perlu berkecil hati sebab Allah sendiri akan menuntun orang-orang pilihan-Nya. Panggilan itu menjadi abadi manakala para pilihan itu menjawab seperti Bunda Maria, Ecce ancilla Domini, fiat mihi secundum verbum tuum”(Luk 1:38).

Fr. Nicolas Arda e Fr. Joseph Guntur, Congratulazioni per l’ordinazione diaconale e il sacerdozio.

Penulis: RD Nikasius Jatmiko | Editor: Bernadus Wijayaka

 

           

 

 

Leave a Reply

Top