Uskup Bogor: Pembinaan Keluarga adalah Fokus Karya Pastoral
[KATEDRAL] Tidak sedikit pria yang belum menyadari fungsi dan perannya selayaknya seorang pria yang dikehendaki oleh Tuhan. Banyak pria yang salah jalan, memiliki kehidupan yang kelam dan gelap, menyimpan luka batin yang tak mampu diatasinya. Bila hal tersebut tidak segera dipulihkan saat berkeluarga, pria tersebut berpotensi hanya akan menyakiti pasangannya, anak-anaknya, dan berujung pada kehancuran keluarga. Untungnya, kehadiran Camp Pria Sejati Katolik (Priskat) mampu membuat hidup pria menjadi lebih baik, dan bahkan bertobat.
Karenanya, keterbukaan diri dibutuhkan untuk membawa seseorang pada pemulihan kehidupannya, termasuk hubungannya dengan pasangan hidup dan keluarga. Sikap terbuka, rendah hati, dan penyerahan diri pada bimbingan Tuhan mampu menghancurkan kekerasan hati. “Pemulihan akan terjadi bila orang mau membuka diri, rendah hati dan meyerahkan hidupnya pada bimbingan Tuhan. Rahmat Tuhan akan bekerja sehingga mampu mengubah kehidupan yang kurang baik menjadi baik, mengubah hati yang keras menjadi lembut. Bagi Tuhan, tidak ada yang mustahil,” tutur Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM saat mempersembahkan misa dalam retret Camp Priskat 2018 di Hotel Grand Pesona, Caringin, Bogor, Minggu (3/6).
Sebanyak 95 pria mengikuti Camp Priskat angkatan ke-9 yang digelar mulai Jumat (1/6) – Minggu (3/6). Camp Priskat diselenggarakan di bawah bimbingan Catholic Blessed Families (CBF). Saat misa, Uskup Paskalis didampingi RD Irwan Sinurat, RP Bonefasius Budiman, RP Antonius Sahat Manurung, dan RP Stanislaus Suharyanto. Dalam kesempatan itu pula Uskup Paskalis berharap setelah mengikuti Camp tersebut, para pria akan semakin meningkatkan kualitas hubungannya dengan istri dan anak-anaknya. “Seperti yang telah dipelajari dalam Camp Priskat ini, ada hal yang harus kita lakukan agar kualitas iman dan hubungan saudara dengan istri dan anak menjadi lebih baik. Tiga hal itu yakni tekun berdoa, mau mendengarkan, dan bersedia melayani istri dan anak-anakmu dengan tulus. Saya sudah mendengar banyak pria atau suami setelah mengikuti Camp Priskat ini mengalami perubahan. Hubungannya dengan istri yang tadinya retak berhasil dipulihkan,” ujarnya.
Uskup mengungkapkan, pembinaan keluarga adalah fokus utama karya pastoral Keuskupan Bogor. “Keluarga yang baik, harmonis, utuh dan sesuai dengan kehendak Tuhan merupakan tujuan karya pastoral, karya kegembalaan kami. Apalah artinya karya pastoral atau kegembalaan kami, bila menyaksikan keluarga-keluarga Katolik yang retak atau tidak terbina dengan baik,” ucapnya.
Menyinggung tentang perkataan “tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan”, Uskup mengambil contoh bagaimana Paulus yang dahulu adalah orang yang memiliki masa lalu yang kelam dan bahkan menganiaya pengikut Kristus, bertobat 180 derajat menjadi pengikut Kristus yang setia. “Kita lihat bagaimana Paulus dipulihkan. Paulus yang awalnya menolak Kristus dan bahkan menganiaya pengikut Kristus, berubah drastis menjadi pengikut Kristus yang militan dan setia. Hidup Paulus menjadi baik dan penuh berkat. Karenanya, tidak ada yang mustahil bagi Tuhan,” tandasnya.
Misa yang bertepatan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus itu juga dimaknai Uskup agar pasangan suami istri dapat saling memberikan dirinya demi hubungan yang harmonis. “Kristus telah memberikan tubuh dan darahnya untuk menyelamatkan umat manusia. Maka itu para pria diharap mampu memberikan seluruh hidupnya, hati dan kehadirannya untuk istri dan anaknya. Berikanlah dirimu seutuhnya untuk kebahagiaan keluargamu,” pintanya.
Selama tiga hari peserta mendapat banyak materi atau pengajaran mengenai bagaimana menjadi pria sejati atau suami sesuai dengan kehendak Tuhan. Camp Priskat bukan hanya diikuti oleh pria yang telah berkeluarga, tak sedikit pria single termasuk imam dan bruder mengikuti acara tersebut. “Yesus sudah memberikan contoh bagaimana menjadi pria sesuai dengan kehendak Bapa. Karena itu teladanilah sikap dan perbuatan-Nya,” ujar pendiri dan pembina Priskat Laurentius Suliadi.
Dia berharap, para pria mampu mengasihi dan menghargai wanita, terutama pasangannya. “Pria sejati bukanlah pria yang memiliki banyak wanita. Pria sejati adalah pria yang menolak banyak wanita demi seorang wanita yang dicintainya,” tukasnya.
Laurentius berpesan agar para pria dapat mempraktikkan apa yang telah diterimanya dalam Camp. “Retaknya keluarga sering kali terjadi karena ketiadaan seorang ayah, atau seorang ayah yang tidak mampu berfungsi selayaknya pria. Banyak pria yang tidak bersikap dewasa. Karenanya Priskat mengajak para pria agar dapat memperbaiki diri, mengetahui fungsi dan perannya sebagaimana yang telah diajarkan Yesus,” tuturnya.
Salah seorang peserta RD Irwan Sinurat menyatakan, Priskat sangat bagus untuk memperbaiki kualitas hidup para pria. “Dalam berbagai kesaksian peserta, saya terkejut mendengar bahwa ternyata tidak sedikit pria yang memiliki kehidupan gelap di masa lalunya. Namun saya kagum mereka mau terbuka dan akhirnya bertobat. Ini adalah fakta yang dialami oleh umat kita. Kami sebagai gembala terpanggil untuk bisa mendampingi dan mengayomi mereka agar hidup sesuai dengan kehendak Tuhan,” ujar Romo Irwan.
(Jam)
Saya Dwi, asli Jakarta mau bertanya, apakah ada camp seperti ini yg akan diselenggarakan di Jakarta dan sekitarnya. Kl ada kira2 kapan, mohon infonya dan berapa biaya pendaftarannya??. Trims sebelumnya.
Hallo Shalom ka, untuk camp seperti ini biasanya ada di setiap keuskupan dengan format yang berbeda-beda. Untuk informasi lebih lanjut bisa ditanyakan ke paroki terdekat ya.
Tuhan Memberkati!
Syalom, saya di Kaltim, 4 jam dari Sangata Kota Kabupaten Kutai Timur. Apakah ada kegiatan Priskat di wilayah Kaltim?