Bagi umat Katolik, kematian bukanlah sebuah akhir namun merupakan awal dari kehidupan yang kekal. Demikian pula yang terjadi dalam perjalanan hidup hingga wafat pendiri Berita Umat Engelbertus Goeritno. “Kehidupan bukan hanya cronos atau perstiwa yang berurutan. Umat beriman percaya bahwa kehidupan adalah sebuah perziarahan dan sejarah keselamatan,” ungkap RD Yohanes Suparta dalam Misa Requiem Almarhum Engelbertus Goeritno di Gereja Katedral Bogor, Kamis (28/7).
Berita Kepergian Pak Goer, demikian sapaan untuk almarhum Engelbertus Goeritno semasa hidup sontak membuat banyak orang merasa kehilangan. Tak terkecuali pengurus Berita Umat, Komunikasi Sosial (Komsos) Paroki BMV Katedral Bogor. “Pak Goer orang yang ramah dan sangat menghargai orang lain termasuk kaum muda. Beliau banyak memotivasi dan menginspirasi pengurus Berita Umat untuk berkarya, berbakti, dan mengabdi untuk kepentingan umat dan gereja,” kata Herjanjam, Pemimpin Redaksi Berita Umat.
Ketua Komsos Paroki Katedral Bogor Bernadus Wijayaka yang juga hadir melayat jenazah almarhum dan bertandang bersama tim Komsos ke kediaman Pak Goeritno menyampaikan terimakasihnya karena selama ini Pak Goeritno banyak membimbing para junior di Komsos. “Pak Goeritno adalah senior kami, dan untuk itu kami menyampaikan terimakasih atas jasa-jasa yang telah ditorehkan beliau selama ini,” tutur Bernadus kepada Ibu Josephine Tratmi Goeritno (Istri Pak Goeritno).
Drs. R. Engelbertus Goeritno SH lahir di Yogyakarta pada 3 Februari 1936. Pada usia 21 tahun ia merantau ke Bogor untuk memulai bekerja di Kantor Agraria. Goeritno juga sempat ditugaskan untuk belajar di Semarang dan di Akademi Agraria Yogya, kemudian ia menyelesaikan pendidikan tinggi di Jakarta dalam bidang Administrasi Negara dan Hukum. Tahun 1985 hingga 1990 menjabat sebagai Kepala Kantor BPN Sukabumi dan dilanjut ke yogya hingga tahun 1991. Menjelang usia pensiun, Goeritno masih ditugaskan di bagian pengawasan Badan Pertanahan Negara (BPN) Indonesia bagian timur, dilanjutkan dengan mengajar di Diklat BPN sebagai Widyaswara Luar Biasa hingga usia 79 di tahun 2015.
Sebagai salah seorang penghuni lama Kota Bogor, Goeritno Aktif di Gereja Katedral. Ia sempat mengajar di Seminari Stella Maris, aktif di Komisi Keluarga Keuskupan Bogor selama 2 periode (10 Tahun), sempat aktif sebagai prodiakon, dan sebagai salah satu pendiri majalah bulanan Berita Umat.
Aktivitas lainnya adalah sebagai Ketua Lion Club Sukabumi, Sekretaris Lion Club Bogor, Ketua II Lion Club Yogyakarta, Panitia Pembangunan Gedung Wanita Bogor, Pembina Yayasan Melania, dan ikut mendirikan Forum Budaya Bogor.
Walaupun memiliki karier yang bergerak di bidang hukum, Bapak Goeritno punya ketertarikan yang besar pada sastra. Sejak muda ia rajin menulis cerita pendek (cerpen) dan skenario, yang sampai saat ini masih menumpuk di meja kerjanya.
Bapak Goeritno meninggalkan seorang istri yaitu Nyonya Josephine Tratmi Goeritno yang dinikahinya tahun 1966, dan 2 orang anak putra dan putri yakni Alfonsus Yudhawan dan Agnes Galuh Dwi.
(John)