
[BOGOR] Hari Sabtu (21/12), tepatnya hari kedua sejak kedatangan jenazah Mgr Michael Cosmas Angkur OFM, Kapel Sacra Familia ramai dikunjungi umat. Aliran umat nampak datang silih berganti, mendoakan kepergian Monsinyur Angkur yang telah membersamai Keuskupan Bogor selama 19 tahun. Tidak hanya itu, puluhan frater OFM dan keluarga juga tampak memenuhi kapel.
Begitu hari mencapai malam, misa untuk mendoakan Monsinyur Angkur pun berjalan. Perayaan dipimpin oleh RP Mikhael Peruhe OFM, Minister Provinsi OFM Indonesia. Presiden Fundasi OFM Timor Leste RP Nicolao Jose Florentino OFM, RP Santono Situmorang OFM, dan Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur juga tampak mendampingi sebagai konselebran.
Mengawali homilinya, Pater Peruhe mengucapkan syukurnya karena Persaudaraan OFM Indonesia dan Timor Leste telah dianugerahi Monsinyur Angkur. “Tuhan telah memperlihatkan kasihnya melalui Monsinyur Mikael,” tuturnya.
Bagian Sejarah
Bagi Pater Peruhe, Monsinyur Mikael layak disebut sebagai pelaku sejarah dalam karya pelayanan OFM. “Di tangannya, sebagai provinsial pertama saat itu, beliau membuka misi. Satu di antaranya adalah misi ke Timor Leste. Padahal saat itu, Timor Leste masih belum dalam situasi kondusif,” sebutnya.
Namun, di samping kondisi itu, misi tetap dijalankan. Keyakinan imannya begitu tampak melalui keputusan-keputusan yang diambilnya. Ia percaya, iman bahwa Yesus Yang Tersalib akan selalu membimbing perjalanan anak-Nya.
Sebagai pelayan, Monsinyur Mikael adalah seorang yang visioner dan inovatif. Pater itu bercerita, dulu (sebelum akhirnya kini berdiri) Monsinyur berkata dengan penuh keyakinan bahwa Labuan Bajo dapat menjadi sebuah keuskupan. “Maka, Saudara-Saudara Dina harus hadir di sana,” ujarnya.
Pun ketika rumah pendidikan berhasil dibangun di Labuan Bajo, Monsinyur Mikael masih memikirkan hal-hal lain untuk kelancaran misi. Ia sempat berpesan, “Tinggal satu lagi, Pater harus memikirkan program-program apa agar saudara muda terjamin hidupnya di masa depan. Pelihara ayamkah, babikah, supaya mereka tidak kelaparan.”
Uskup Paskalis dalam sambutannya juga menambahkan terkait hal ini. “Misi di Labuan Bajo puji Tuhan sudah terpenuhi secara perlahan. Walaupun masih ada mimpi Monsinyur yang belum terpenuhi, itu bisa dipikirkan secara matang oleh provinsial dan tim saat ini,” katanya.

Membicarakan Kematian
Dalam kesempatan homilinya, Pater Peruhe pun menceritakan hari-hari menjelang kepergian Monsinyur Angkur. “Pagi itu, tanggal 17 Desember, ia (alm.) meminta Saudara Santono Situmorang supaya diperkenankan mengajar saudara-saudara aspiran. Padahal, rencananya ia baru akan mengajar tahun depan,” katanya.
Dalam pembicaraan dengan aspiran, Monsinyur mendorong mereka untuk menjadi Fransiskan yang baik di masa kini dan di masa depan. Pater melanjutkan, “Ia juga membicarakan kematiannya. “Katanya begini, ‘Sebentar lagi, saya akan meninggal.’”
Dan begitu malam datang, Monsinyur Mikael jatuh sakit. Ia pun dibawa RS Santo Yosef, lalu dini hari diputuskan untuk pindah ke RS Siloam. “18 Desember, pukul 12 lewat 6 menit Waktu Indonesia Tengah, Opa Mikael dipanggil oleh Tuhan di RS Siloam Labuan Bajo,” ujarnya.
Tatkala ia juga berbagi pengalamannya yang tak terlupakan bersama Monsinyur Mikael. “Setiap berkunjung ke komunitas tempat Monsinyur Mikael, ia selalu menyiapkan kamar saya sendiri. Ia menunggu kedatangan saya di depan pintu. Dan ketika saya datang, dia memeluk dan menggandeng saya. Ia mengatakan, ‘Pater, selamat datang,’ dengan wajah penuh sukaria.”
Pribadi yang penuh kasih dan ketulusan inilah yang membuat Pater Peruhe meyakini Monsinyur Mikael sudah bersama persekutuan Allah Tritunggal. Bukan karena pekerjaan-pekerjaannya semata, yang sudah umum diketahui sangat baik. Namun, kurang lebih, Monsinyur selama hidupnya sudah menjadi cerminan akan kasih Tuhan yang tiada tara.
Misa ditutup dengan sambutan-sambutan dari Pater Peruhe, Pater Nicolao, dan Uskup Paskalis. Ucapan terima kasih dan permintaan maaf dituturkan, berikut juga kenangan manis dan lucu yang mengundang tawa. Setelahnya, para Pater Fransiskan mengelilingi peti Monsinyur Michael untuk melakukan prosesi perpisahan dengan diiringi lagu “Gita Sang Surya”.
Selamat jalan, Monsinyur! Semoga damai kini mengiringimu pada keabadian.
Penulis: Celine Anastasya | Editor: Aloisius Johnsis