Anda di sini
Beranda > Lingkungan/Wilayah > Kursus Singkat Memahami Kitab Wahyu

Kursus Singkat Memahami Kitab Wahyu

Loading

[KATEDRAL] Kursus Kitab Suci Singkat (KKS) Kitab Wahyu: Layaklah Anak Domba Membuka 7 meterai selama 3 kali pertemuan pada tanggal 11, 18 dan 25 November baru aja digelar. Kursus tersebut diadakan di Aula Pusat Pastoral Katedral dan diselenggarakan oleh Wilayah Gabriel Malaikat Agung bersama Seksi Kitab Suci Katedral Bogor dan Alumni KPKS Keuskupan Bogor.

Menurut Priscia Naulibasa selaku inisiator penyelengaraan kursus kitab suci singkat ini, dipilihnya RP.Robby Wowor OFM sebagai pengajar dalam kegiatan ini karena ia terkenal sebagai pakar Kitab Wahyu di Indonesia dan mampu menjelaskan dengan penyampaian yang mudah dimengerti serta penjelasan yang dapat dipahami oleh banyak orang. Lanjutnya, bagi banyak orang Kitab Wahyu sulit untuk dipahami dan banyak lambang-lambang serta simbol-simbol. Dengan diadakannya kursus ini, diharapkan umat dapat mengerti dan tidak salah menafsirkan serta membuka wawasan baru mengenai Kitab Wahyu dan semakin akrab dengan kitab suci.

Pater Robby dalam pengajarannya menyampaikan bahwa Kitab Wahyu amat menarik karena terdiri dari lambang-lambang dan simbol-simbol. “Kitab Wahyu senantiasa mengajak kita untuk membaca dan belajar akan makna-makna yang terdapat dalam kitab tersebut. Ada sejumlah teka-teki di dalamnya, tapi jika sudah memegang kuncinya maka kita dapat memahami makna dari lambing-lambang dalam Kitab Wahyu tersebut.Pemakaian lambang-lambang dimaksudkan untuk menyatakan bahwa misteri yang mau diungkapkan begitu dalam. Dapat dikatakan Kitab Wahyu berbicara tentang perjuangan melawan kelemahan-kelemahan diri dan berani menghadapi semua tantangan yang ada selama berada di dunia,” papar Pater Robby.

Tafsiran-tafsiran dalam Kitab Wahyu ingin menyampaikan rencana keselamatan Allah karena perlu diketahui bahwa sang penulis, Rasul Yohanes pada saat itu merasa perlu menguatkan saudara-saudaranya para jemaat kristiani yang dianiaya karena imannya dengan menyatakan makna dari penganiayaan yang mereka alami dan akhir mulia penderitaan mereka.

Ditemui disela-sela acara, Hieronimus Eddy Yusuf selaku ketua panitia acara menyampaikan tanggapannya atas antusiasme peserta acara yang hadir dalam kursus singkat ini. Dia juga mengapresiasi minat yang bagus dari umat yang menanggapi himbauan Bapa Uskup Keuskupan Bogor yang menginginkan supaya umat Katolik semakin akrab dengan kitab suci. Dia pun berharap agar stigma mengenai Kitab Wahyu yang menyeramkan dan tidak sesuai dengan iman Katolik dapat diubah dan memahami bahwa Kitab Wahyu ini memang ditulis oleh Rasul Yohanes dengan gaya sastra apokaliptik.

Apokaliptik sendiri adalah kelanjutan dari tradisi kenabian dalam penggunaan lambang-lambang. Kebanyakan lambang yang dipakai dalam Kitab Wahyu diambil dari tradisi kenabian yang diteruskan dalam tradisi apokaliptik. Eskatologi Kitab Wahyu pun diwarnai oleh pandangan dan lambang-lambang tradisi apokaliptik, yang diharapkan dalam tradisi itu ialah masa depan yang membawa keselamatan yang diberikan Allah kepada umat-Nya.

(Maria Nathanael/Jam)

Leave a Reply

Top