[BOJONGGEDE] Bertempat di lokasi rencana Gereja St. Yohanes Pembaptis Bojonggede, pada 30 Juni 2015 Uskup Bogor, Mgr. Paskalis Bruno Syukur OFM meresmikan, sekaligus memberkati kapel adorasi bernama “Santo Benediktus”.
Sebelum pemberkatan kapel adorasi tersebut, dilakukan misa syukur pada malam hari dipimpin Bapa Uskup dan dihadiri sekitar 40 umat Bojonggede. Misa juga dihadiri oleh Romo Paroki Katedral Bogor, RD Dominikus Savio Tukiyo, Romo Natet dan Romo Wilayah Bojonggede, Endro Susanto. Usai misa dilanjutkan pemberkatan kapel adorasi dan kemudian ramah tamah.
Kapel adorasi terletak di tengah-tengah dari berbagai ruangan lain yang ada sebagai sarana kelengkapan rencana gereja. Letak kapel tidak jauh dari letak gua Maria, yang sudah dibangun terlebih dahulu pada Mei 2015. Luas kapel adorasi sekitar 40 meter persegi dengan dilengkapi tabernakel, patung Kristus, Bunda Maria, dan patung malaikat.
Dalam sambutan misa, Bapak Uskup mengajak umat untuk memuliakan Tuhan atas berkat kelimpahan ini. Wajar bagi wilayah Bojonggede yang selama ini memimpikan adanya kapel adorasi ini.
Uskup juga menjelaskan tentang makna dari adorasi itu sendiri. Berasal dari kata adore, yang berarti menyembah Tuhan, bermakna bahwa Tuhan hadir, Tuhan ada di situ dalam rupa roti dan anggur. “Dia bukan Allah yang jauh, tetapi Allah yang hadir dalam roti dan anggur”. Adorasi hanya ada di tradisi Gereja Katolik, sementara di Gereja Protestan tidak ada. Dalam kapel adorasi terdapat monstrans, yang merupakan simbol tahta hati kudus. Maka dalam gereja sering dilakukan perarakan mahakudus atau adorasi mahakudus agar umat merasakan betul-betul akan kehadiran Tuhan.
Sementara di dalam liturgi misa umat menyatakan iman bahwa Kristus sungguh hadir dalam rupa roti dan anggur, antara lain dengan berlutut atau menundukkan diri sebagai tanda penyembahan Tuhan. Gereja Katolik menyembah Ekaristi Kudus tidak hanya selama misa kudus, tetapi juga di luar perayaan misa, kalau ia menyimpan hosti yang telah dikonsekrir dengan perhatian besar, mentahtakannya untuk disembah oleh umat beriman secara meriah dan membawanya dalam prosesi (Katekismus Gereja Katokik, #1378).
Umat juga mengenal adorasi ekaristi, yang berarti mengunjungi dan melewatkan waktu bersama Yesus dalam Sakramen Mahakudus. Adalah suatu ungkapan kasih kepada Yesus, yang begitu mengasihi hingga Ia tiada pernah hendak meninggalkan dan senantiasa hendak tinggal bersama umatnya siang dan malam dalam Sakramen Mahakudus.
Ia bersabda, “Ketahuilah Aku menyertai kamu senantiasa.” “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setiaKu kepadamu” (Matius 28:20; Yeremia 31:3).
Paus Yohanes Paulus II dalam surat ensikliknya yang pertama, Redemptor Himinis, mengatakan bahwa adorasi ekaristi merupakan tugas paling pokok dalam kehidupan Kristen dan bahwa perayaan liturgi ekaristi dan sembah sujud pribadi kepada ekaristi saling melengkapi satu sama lain. Dia menyatakan: “Sembah sujud bersama kita dalam Misa haruslah berjalan seiring dengan sembah sujud pribadi kita kepada Yesus dalam adorasi ekaristi supaya kasih kita sempurna”.
Tidak kalah pentingnya, ajakan Bapa Uskup untuk umat lebih mengenal Alkitab sebagai dasar iman perlu terus dikumandangkan. Alkitab sebagai firman Tuhan penting untuk dipromosikan oleh para imam kepada umat agar umat juga mengubah “mindset-nya”, cara pandang hidupnya untuk kembali ke iman.
Umat menyambut dengan senang adanya kapel adorasi ini sebagai sarana doa untuk lebih mendekatkan diri pada Tuhan secara khusuk. Pada kesempatan ini, tidak lupa umat wilayah Bojonggede juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar Bapak Eddy Siminady yang selama ini telah memberi perhatian besar dan menyumbang berbagai sarana gereja di Bojonggede. Sumbangan kapel adorasi dari keluarga Pak Eddy ini, juga sebagai bentuk kecintaannya akan kebesaran Tuhan, yang Maha Murah dan Maha Pemberi, Ujub syukur dipersembahkan untuk anugerah kehidupan karena bertepatan dengan ulang tahun Ibu Mira, istri Pak Eddy.
(Faustinus AndreA/Giasitna B. Andreani)