Anda di sini
Beranda > Seputar Paroki > Jumat Agung, Sudahkah Meneladani-Nya?

Jumat Agung, Sudahkah Meneladani-Nya?

Loading

[KATEDRAL] Hari ini, umat Katolik sedunia merayakan Jumat Agung, Jumat Suci, saat  Tuhan Yesus menyerahkan nyawa-Nya di kayu salib sebagai puncak dari perutusan-Nya. Hari ini disebut Jumat Agung karena ketaatan dan kesetiaan Yesus pada Bapa-Nya sungguh merupakan perbuatan yang amat agung. Ia mengorbankan diri-Nya bagi penebusan dosa dan penyelamatan manusia.

Jumat Agung berbeda dengan perayaan gereja Katolik pada umumnya karena hanya dibagi dalam  3 perayaan kudus yaitu, perayaan sabda, penghormatan salib, dan juga komuni kudus. Gereja BMV Katedral Bogor merayakan Jumat Agung dengan khidmat. Umat terlihat antusias memadati ruang-ruang tempat beribadah. Tidak kurang sekitar 4.000 orang hadir dalam perayaan ini, Jumat (19/4).

Gereja Katedral menggelar ibadat ini 2 kali. Pertama pukul 15.00 WIB yang dipimpin oleh Uskup Bogor Mgr. Paskalis Bruno Syukur dengan konselebran RD Mikail Endro Susanto dan RP Epiphanius Maria CSE. Sedangkan ibadat kedua pukul 18.30 WIB yang dipimpin oleh Vikaris Jenderal Keuskupan Bogor RD Paulus Haruna dengan konselebran RD Paulus Piter dan RD Hieronimus Hilarion Hendrik.

“Sudahkah kita meneladaninya?” kira-kira demikian refleksi ibadat Jumat Agung hari ini. Monsinyur Paskalis mengajak semua umat mulai mengikuti teladan Yesus. “Mari kita membuat komitmen untuk hidup bersama Yesus sebagai Tuhan dan tokoh panutan kita. Meneladani cinta, pengorbanan serta ketaatan-Nya kepada bapa disurga,” katanya.

Senada dengan Bapa Uskup, Romo Haruna mengajak seluruh umat untuk meneladani sang guru sejati yakni Kristus. “Kristus adalah bukti nyata Allah mencintai manusia. Sering kali kita juga menjadi seorang Yudas, Kayafas, Pilatus, bahkan Herodes. Namun hari ini kita kembali diajak untuk meneladani Yesus dan mulai menjadi manusia baru,” tuturnya.

Salah satu tradisi dalam ibadah Jumat Agung adalah mencium salib. Salib yang dicium bukan hanya sekadar kayu palang namun mempunyai makna, untuk memusatkan perhatian pada salib sebagai sumber kebahagiaan. Karena dari salib itulah Yesus berseru kepada Bapa-Nya dan juga akan bangkit dari antara orang mati. Maka salib disebut sebagai sumber kebahagiaan.

(Enoz Raja/AJ)

Leave a Reply

Top