[AMBON] Sekitar 6.800 umat Katolik dari 32 propinsi akan berpartisipasi dalam Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Katolik I yang akan digelar pada 27 Oktober hingga 2 November 2018 mendatang di Kota Ambon, Propinsi Maluku.
Sebagai penyelenggara, Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Nasional (LP3KN) telah mempersiapkan Pesparani Katolik I sejak Februari lalu bekerja sama dengan panitia lokal. “Dari segi jumlah anggota kontingen, tercatat ada 6.800 orang,” kata Ketua Umum LP3KN Adrianus Eliasta Meliala saat jumpa pers di Gedung Karya Pastoral Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) pada Selasa (16/10).
Peserta akan tinggal di hotel, wisma, dan asrama selama mengikuti kegiatan itu. “Namun karena ini adalah proyek sosial yang namanya ‘laboratorium perdamaian,’ toh akan ada beberapa orang yang akan diminta tinggal di rumah penduduk yang beragama Islam,” lanjutnya.
Dari Maluku untuk Indonesia
Terkait terpilihnya Kota Ambon sebagai tempat penyelenggaraan Pesparani Katolik I, Sekretaris Umum LP3KN Toni HF Pardhosi mengatakan kegiatan itu berawal dari aspirasi masyarakat setempat. “Mereka sudah melakukannya di tingkat propinsi dan mereka merasa bahwa ini mestinya ada yang untuk tingkat nasional,” jelasnya, seraya menyinggung soal Deklarasi Aru yang muncul pada saat Pesparani tingkat propinsi di Dobo, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Aru, pada Oktober 2014 lalu.
“Makanya timbul istilah “Dari Maluku untuk Indonesia” untuk tingkat nasional,” lanjutnya.
“Dari Maluku untuk Indonesia” adalah motto Pesparani Katolik I. Sementara temanya adalah “Membangun Persaudaraan Sejati” dengan sub-tema “Dengan Penyelenggaraan Pesparani Nasional I Kita Padukan Tekad dan Upaya Meningkatkan Semangat Persatuan dan Kebhinnekaan Demi Kemajuan Bangsa dan Kemuliaan Tuhan.”
Menurut Toni, hal penting yang perlu ditekankan adalah dorongan itu berasal bukan hanya dari umat Katolik tetapi juga umat beragama lain. “Ketika sudah ditetapkan di Ambon, maka kami coba berpikir bahwa ini sesuatu yang kontributif juga untuk Ambon sendiri karena Ambon itu sudah didaulat sebagai ‘laboratorium kerukunan umat beragama’ sebelum Pesparani (tingkat nasional) direncanakan,” katanya.
Sementara itu, Ernest Mariyanto, ketua bidang lomba Pesparani Katolik I, mengatakan visi dari kegiatan itu adalah menampung dimensi ke-Katolik-an dan ke-Indonesia-an. “Ini dituangkan dalam pemilihan lagu. Maka lagu yang dipilih, misalnya untuk dimensi Katolik, adalah lagu-lagu tradisional Katolik atau lagu-lagu yang secara universal dipakai oleh Gereja Katolik. Ini dituangkan dalam lagu-lagu wajib. Dimensi Indonesia diwakili dengan karya komponis-komponis Indonesia, baik lagu wajib maupun pilihan,” katanya.
“Visinya adalah semboyan kita ‘100% Katolik, 100% Indonesia.’ Ini juga tertuang dalam kegiatan Pesparani ini,” lanjutnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kategori dalam Pesparani Katolik I mencakup paduan suara dewasa campuran, paduan suara dewasa pria, paduan suara dewasa wanita, paduan suara anak, paduan suara gregorian dewasa, paduan suara gregorian anak-remaja, menyanyikan Mazmur dewasa, menyanyikan Mazmur remaja, menyanyikan Mazmur anak, cerdas cermat rohani anak, cerdas cermat rohani remaja dan bertutur Kitab Suci anak.
“Terkait dengan penghargaan, panitia menentukan ada satu piala bergilir yakni Piala Presiden. Ada pula piala tetap untuk juara umum yang meraih poin paling tinggi dari seluruh kategori. Lalu ada juara-juara untuk setiap kategori yakni gold, silver dan bronze,” katanya.
Dibuka oleh Jokowi
Adrianus berharap Presiden Joko Widodo akan membuka Pesparani Katolik I. “Semua menteri bilang iya. Ya moga-moga sih dengan situasi di mana beliau setuju, pernah berjanji kepada kami pada waktu presiden berkunjung ke KWI (Konferensi Waligereja Indonesia) bertemu dengan para uskup di mana beliau sangat jelas menyatakan kesediaannya untuk hadir dan membuka (Pesparani Katolik I). Maka ini akan mempertinggi kehadirannya,” katanya.
Dalam rilis yang dibagikan kepada wartawan saat jumpa pers, Ketua MUI Propinsi Maluku Abdullah Latuapo mengajak masyarakat setempat untuk mendukung Pesparani Katolik I.
“Kita harapkan semoga Pesparani ini tidak kalah dari keberhasilannya dengan MTQ dan Pesparawi. Itu yang kita harapkan. Oleh karena itu, kita mengimbau kepada masyarakat, mari kita mendukung dan menyukseskan acara Pesparani Katolik nasional yang pertana kali dilakukan,” katanya.
MTQ (Musabaqah Tilawatil Quran) adalah festival umat Islam di Indonesia yang mulai digelar sejak 1968, sementara Pesparawi (Pesta Paduan Suara Gerejawi) Nasional merupakan peristiwa keagamaan umat Protestan yang dimulai sejak 1983.
(John/*berbagai sumber)