[KATEDRAL] Perilaku manusia menentukan kelestarian bumi, termasuk air di dalamnya. “Perilaku manusia amat menentukan kelestarian bumi. Karena itu penting bagi kita untuk merawat dan menjaga air, juga tanah yang menjadi tempat keberadaan air yang kemudian mampu menghijaukan bumi,” ujar pakar Hidrologi Sumber Daya Air dari IPB, Hidayat Pawitan dalam seminar bertajuk “Hijau Bumiku, Lestari Airku, Berlimpah Panganku” di Aula Paroki Katedral Bogor, Sabtu (20/10).
Hidayat melanjutkan, agar kelestarian air dapat terjaga, penting bagi manusia untuk melakukan pengendalian terhadap air. “Kebutuhan dan ketersediaan air harus terjaga. Penting bagi manusia untuk dapat mengelolah air dengan baik. Di Indonesia air sangat berlimpah, namun pengelolaanya masih kurang maksimal. Salah satu pelestarian air adalah dengan cara pengendalian limbah. Kita lihat di Sungai Citarum terdapat penumpukkan limbah hingga jutaan ton. Ini salah satu hal yang merusak kelestarian air dan berdampak pada bumi,” paparnya.
Dikatakan Hidayat, persoalan air bagi manusia bukan semata-mata mencukupi kebutuhan air minum atau MCK (Mandi, Cuci, Kakus). “Persoalan pemanfaatan atau penggunaan air bukan hanya berkisar pada kebutuhan air minum atau MCK. Kebutuhan air di sini lebih luas lagi misalnya kebutuhan air untuk sektor pertanian, peternakan, perkebunan, dan lain-lain. Untuk memproduksi satu kilogram beras misalnya butuh 3.000 liter air, begitupun untuk memproduksi satu kilogram daging sapi butuh 16.000 liter air. Karenanya butuh pengelolaan air untuk mendapatkan air bersih,” tukasnya.
Sementara itu pakar Teknologi Pangan dari Departemen Teknologi Pangan dan Gizi Manusia IPB, Fransiska Rungkat Zakaria mengajak para peserta untuk menolak komersialisasi air. “Kita harus menyadari bawasannya air dan makanan (pangan) itu tersedia secara gratis oleh alam. Tuhan bertanggung jawab memberikan sumber daya alam, air, dan pangan atau tanaman pada manusia. Karenanya kalau manusia bisa memanfaatkan sumber alam tersebut, tidak ada lagi yang kelaparan dan kehausan. Kita hanya perlu membayar tenaga orang yang menyediakan air atau makanan, tapi menolak untuk membayar air tesebut, karena pada dasarnya air dan tanaman itu tersedia secara cuma-cuma di alam ini,” tuturnya.
Dia menyatakan, kemasan air mineral yang berupa plastik tidak baik dan tidak sehat bagi lingkungan. “Kemasan air mineral berupa plastik tidak baik dan tidak sehat bagi lingkungan, karenanya limbah tersebut harus dihindari,” tukasnya.
Pemenang Lomba
Adapun seminar tersebut dihelat untuk memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada 16 Oktober. Dalam acara yang digelar oleh Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki BMV Katedral Bogor tersebut juga diumumkan pemenang lomba Video Kreatif Kegiatan Ekologi dan pemenang lomba Penyajian Pangan Kreatif dan Minuman Sehat. Keluar sebagai pemenang terbaik untuk kategori video, wilayah Gabriel Malaikat Agung Bogor Timur. Sedangkan untuk lomba Penyajian Pangan Kreatif dan Minuman Sehat juara pertama diraih oleh wilayah Santo Fransiskus Asisi Ciomas 1.
Kedua pemenang akan mewakili paroki Katedral mengikuti lomba Hari Pangan Sedunia tingkat Keuskupan Bogor yang akan digelar Paroki Keluaga Kudus Cibinong, 28 Oktober mendatang.
(Jam)