Anda di sini
Beranda > Mancanegara > Monsinyur Paskalis Tolak Topi Merah untuk Terus Berjalan Bersama Umat 

Monsinyur Paskalis Tolak Topi Merah untuk Terus Berjalan Bersama Umat 

Loading

Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM mengajukan pengunduran diri atas pengangkatannya sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus beberapa waktu lalu, karena ingin tetap menjalankan misi untuk bertumbuh dalam imamat pribadi dan melayani gereja dan umat Allah secara langsung. Keputusan yang sangat langka dan rendah hati ketika seorang Uskup Fransiskan asal Flores ini melepaskan peran bergengsi sebagai Kardinal untuk Indonesia.

Disampaikan langsung oleh Kantor Pers Vatikan yang dipimpin Matteo Bruni, telah mengkonfirmasi keputusan yang diambil oleh Mgr Paskalis. “Yang Mulia Uskup Bogor Paskalis Bruno Syukur, telah meminta Bapa Suci untuk tidak diangkat menjadi kardinal saat Konsistori mendatang. Permintaan Yang Mulia dimotivasi oleh keinginannya untuk lebih bertumbuh dalam kehidupan imamatnya, dalam pelayanannya kepada Gereja dan umat Allah,” katanya.

Mengejutkan

Kabar yang mengejutkan untuk seluruh umat akan tetapi kekaguman juga muncul karena alasan mendalam dibaliknya. Tentu bukan keputusan yang mudah ketika publik sudah bersorak sorai atas pengangkatan Monsinyur yang terkenal akan senyum ramahnya, sebagai kardinal pertama asal Flores dan kardinal pertama yang berasal bukan dari Keuskupan Agung (red, Keuskupan Sufragan Bogor). 

Nilai-nilai Fransiskan yang selama ini menjadi pondasi dasar Monsinyur Paskalis bermisi ia buktikan dalam tindakan nyata yang mencerminkan rasa kerendahan hati dan dedikasi yang mendalam terhadap pertumbuhan rohani melalui keputusannya.

Keputusan yang tenang dan penuh pertimbangan meskipun banyak yang memandang jabatan kardinal sebagai puncak karier seorang uskup, keputusan Bapa Uskup Bogor mencerminkan preferensinya untuk menjalani kehidupan yang tenang dalam refleksi dan pertumbuhan rohani daripada kehormatan duniawi. 

Prinsip Fransiskan yang berakar pada kesederhanaan, kerendahan hati, dan pelayanan tampaknya telah menuntunnya pada pilihan ini. Bagi Mgr Paskalis, jabatan kardinal mungkin merupakan sebuah kehormatan, tetapi jabatan itu juga akan membawa beban tugas administratif dan seremonial baru yang dapat menjauhkannya dari misi pastoralnya dan umat yang dilayaninya.

Uskup Paskalis dan para imam Keuskupan Bogor pada Misa Syukur Pembukaan 75th Keuskupan Bogor. Foto: Theonaldus Vicentius
Uskup Paskalis dan para imam Keuskupan Bogor pada Misa Syukur Pembukaan 75th Keuskupan Bogor. Foto: Theonaldus Vicentius

Pelayan Sejati

Keputusan ini sejalan dengan prinsip Paus Fransiskus sendiri, yang secara konsisten menekankan kerendahan hati, pelayanan, dan penolakan terhadap klerikalisme selama masa kepausannya. Bapa Suci sering mengingatkan Gereja tentang perlunya imam yang tidak terlalu hierarkis dan lebih berorientasi pada pelayan, yang dicontohkan oleh pilihan Uskup Bogor. Dengan menerima permintaan uskup, Paus Fransiskus mengakui makna spiritual yang mendalam dari keputusan ini sambil terus memperjuangkan nilai-nilai kesederhanaan dan kedekatan dengan umat yang telah lama dilakukan.

Selain itu keputusan Uskup Paskalis untuk menolak jabatan kardinal juga sejalan dengan mereka yang melihat Gereja bukan sebagai lembaga kekuasaan dan prestise tetapi sebagai komunitas di mana para pemimpin spiritual, dari jabatan tertinggi hingga paroki lokal, dipanggil untuk melayani pertama dan terutama.

Masa depan yang berakar pada pelayanan sementara banyak orang di Gereja Katolik mungkin terkejut dengan keputusan Uskup yang lahir di Flores ini, kemungkinan besar masa depannya di Gereja akan terus menjadi masa pelayanan yang tenang namun berdampak. Baik melalui kepemimpinannya di Keuskupan Bogor atau kontribusinya yang berkelanjutan pada Ordo Fransiskan, Monsinyur Paskalis tetap menjadi sosok yang memiliki kebijaksanaan dan komitmen spiritual yang mendalam. 

Oleh karena itu Bapa Uskup yang selalu mengajak umat keuskupannya untuk selalu berjalan bersama, akan melanjutkan perjalanannya, bukan dengan topi merah tetapi dengan kerendahan hati dan dedikasi yang sama yang telah menandai hidupnya sejauh ini, sebuah bukti nyata dari jalan pelayanan di atas diri sendiri.

Sumber: zenit.org | Penyadur: Agnes Marilyn | Editor: Aloisius Johnsis

Leave a Reply

Top