[KATEDRAL] Orang Katolik yang dibaptis menekankan Ekaristi sebagai puncak dan sumber, Pandemi Covid-19 membuat Ekaristi menjadi berbeda oleh karena itu umat perlu kembali belajar menghayatinya.Demikian dikatakan Uskup Keuskupan Bogor Monsinyur Paskalis Bruno Syukur dalam Misa Pembukaan Tahun Ekaristi dan Toleransi di Gereja Katedral Bogor, Sabtu (8/1) sore.
Sekitar 300 orang hadir secara luring dan daring mengikuti pembukaan tahun Ekaristi dan Toleransi. Perayaan dipimpin langsung oleh Uskup Keuskupan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur dengan konselebran Vikaris Jenderal RD Yohanes Suparta, Vikaris Judisial RD Yohanes Driyanto, Vikep Kemasyarakatan RD Mikail Endro Susanto, Ekonom RD Andreas Arie Susanto, Sekretaris RD Marselinus Wisnu Wardana, Pastor Paroki BMV Katedral RD Paulus Haruna, dan Diakon Wolfgang Amadeus Mario Sara.
Dalam homilinya Monsinyur Paskalis mengulas tentang maksud dibalik umat yang harus berkumpul untuk merayakan ekaristi. Ia juga menyampaikan kegelisahannya tentang beberapa umat yang bertanya untuk apa ke gereja? Karena merasa bisa berdoa dan berbicara dengan Tuhan dari rumah.
“Ingat, Yesus sendiri yang memberikan Sakramen Ekaristi. Dia mengajak kita untuk bersatu denganNya, gereja melalui para uskup dan para imam meneruskan ajaran Yesus itu. Maka tidak cukup bagi orang Katolik berdoa dari rumah saja, itu bukanlah pendapat orang Katolik yang benar dan tepat,” tegasnya.
Lebih lanjut Uskup Paskalis mengajak seluruh umat untuk menghidupi imannya dalam keseharian. “Iman itu perlu dihidupi, perlu dihayati. Apa yang kita terima dalam Ekaristi perlu kita hidupi dalam keseharian. Kalau dalam Ekaristi kita bersatu dengan Tuhan melalui semangat kasihnya, maka kita juga berusaha mewujudkan persatuan itu dalam hidup bermasyarakat dan berkeluarga. Itulah iman yang diwujudkan dan dilaksanakan,” ujarnya.
Fokuskan 2022 pada Ekaristi dan Toleransi
Mengawali 2022 Uskup Keuskupan Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur mengumumkan fokus penggembalaannya kepada seluruh umat dengan tema Ekaristi dan Toleransi. Hal tersebut tertuang dalam surat gembala yang diterbitkan tepat pada Sabtu, 1 Januari 2022 lalu.
Pada surat bertajuk “Ekaristi dan Toleransi Demi Transformasi dalam Gereja Sinodal” itu Uskup paskalis menekankan 3 unsur pokok yang menjadi fokus karya pastoral di Keuskupan Bogor.
Pertama yakni tentang Ekaristi itu sendiri. Guncangan hidup di segala lini karena Pandemi Covid-19 mendorong umat untuk merefleksikan kembali cara keberadaanya. Praktik hidup beriman seperti Ekaristi mendapat wajah baru dengan segala efek positif dan negatifnya. Oleh karena itu penghayatan umat akan Ekaristi perlu ditata kembali.
Kemudian toleransi dalam hidup beragama juga mendapat perhatian khusus dari Monsinyur Paskalis. Bagi umat Katolik, toleransi dalam hidup bersama masyarakat bersandar pada ajaran Tuhan Yesus Kristus dan tradisi Gereja Katolik. Hidup toleran dengan orang lain yang berbeda adalah hasil dari cara memahami dan menghidup ajaran agama masing-masing. Apa yang diusahakan oleh Keuskupan Bogor dalam rangka mewujudkan hidup toleransi akan bergantung pada apa yang umat lakukan sehingga keterlibatan dan gerak bersama menjadi penting dalam hal ini.
Selanjutnya, transformasi dalam gereja sinodal diharapkan dapat menjadi gerak dan langkah bersama seperti yang saat ini sedang dijalankan oleh umat Katolik di seluruh dunia dengan mengikuti Sinode Para Uskup. Bentuk sinode yang kali ini dijalankan adalah rekoleksi. Melalui hal itu peserta diharapkan mendengar seruan Roh Kudus yang berkarya dalam diri setiap pribadi.
Ketiga unsur pokok yang dijelaskan tadi menuntut adanya transformasi dari segala aspek kehidupan menggereja di Keuskupan Bogor. Transformasi yang diperjuangkan mencakup manajemen pastoral, dan kehidupan pribadi masing-masing umat. “Transformasi mengarahkan kita agar lebih membangun gereja sebagai communio dan kita berpartisipasi aktif dalam melaksanakan tugas perutusanNya,” pungkas Uskup Paskalis.
Penulis: Aloisius Johnsis | Editor: Aloisius Johnsis