Bertepatan dengan hari Perdamaian Dunia, 1 Januari lalu, di hadapan 40 ribuan umat yang hadir lapangan Basilika Santo Petrus, Paus meminta umat dan para pemimpin dunia untuk memperhatikan nasib para pengungsi dari negara-negara yang tengah dilanda pertikaian. “Setiap orang, institusi sipil, pendidikan, kesejahteraan, maupun komunitas gerejawi hendaknya berkomitmen untuk memastikan pengungsi, kaum migran, dan semua orang mencapai kedamaian di masa depan,” ungkap Paus.
Paus menandaskan dalam beberapa tahun belakangan banyak orang telah mempertaruhkan nyawanya demi mendapatkan kemerdekaan. Tidak terkecuali para pengungsi Rohingnya yang mencoba melepaskan diri dari kekerasan bersenjata yang menimpa mereka.
Di tahun 2018 ini, Paus menghimbau agar umat Kristen menanggalkan perangai omomg kosong dan sifat konsumtif. Akan lebih baik apabila umat memiliki komitmen dan tidak segan berupaya membangun dunia yang damai, terutama bagi para pengungsi dan migran.
Paus yang kerap dijuluki sebagai Peace Pope tersebut berkata dengan lantang agar umat tidak memusnahkan impian para migran dan pengungsi akan hadirnya perdamaian. Kesungguhan Paus untuk menginspirasi dunia akan kejamnya peperangan juga ia tunjukkan dengan menyebarkan foto berjudul “Buah Peperangan”. Foto tersebut memperlihatkan seorang anak yang tengah menggendong jenazah adiknya kala menunggu giliran ke dalam sebuah krematorium usai Kota Nagasaki lumat dihantam bom nuklir.
Langkah Lanjutan Mendorong Perdamaian Dunia
Pernyataan Paus pada awal tahun tersebut merupakan salah satu upaya berkesinambungan yang ia lakukan untuk mendorong para pemimpin dunia menjalin perdamaian melalui jalan diplomasi dan komunikasi. Sebelumnya pada tahun 2017, Paus berusia 81 tahun tersebut melakukan sejumlah lawatan perdamaian ke beberapa daerah konflik seperti Myanmar dan Bangladesh.
Tidak heran, di penghujung tahun 2017, Paus menyatakan bahwa tahun tersebut merupakan tahun di mana angin peperangan, dusta, dan ketidakadilan keras berhembus di seluruh dunia, yang berakibat pada kemunduran moral dan kerusakan lingkungan. Ia berharap agar umat bisa melihat wajah Tuhan dalam setiap penderitaan yang tengah dialami oleh banyak anak-anak di negara-negara dengan konflik seperti di Yaman, Siria, Myanmar, dan sejumlah negara Afrika.
Salah satu yang tidak luput dari perhatiannya adalah memanasnya kembali situasi politik di timur tengah terutama setelah klaim sepihak Amerika Serikat mengenai status Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Paus berdoa agar jalan dialog antara Israel-Palestina kembali terbuka sehingga semua pihak mengakui batas-batas wilayah yang telah disepakati sebelumnya. Paus juga berharap agar pihak-pihak di Semenanjung Korea dapat mengembangkan rasa saling percaya untuk tetap menjaga kedamaian.
(Ari Sudana)