Lepaskanlah apa yang telah terjadi, lakukan saat sekarang dengan keyakinan dan Iman. Memaafkan diri dan orang lain. Damai akan merasuk seluruh jiwa. Sukacita membawa kebahagiaan hidup di dunia ini.
Terimalah berkat-berkat yang diberikan olehNya. Menjadi daya kekuatan diri mengalahkan segala keluhan, kepedihan, kegalauan hati, dan keputusasaan. Karena hidup terasa tak berarti.
Jangan mengasihani diri sendiri, tanamkan kerja keras untuk bangkit, berjuang mencapai tujuan hidup yang benar dan berhasil. Keberhasilan yang di dukung kasih setia Tuhan Yesus. Kasih dan kebaikkanNya adalah dasar utama bagiku mampu meraih keberhasilan hidup dalam memuliakan Tuhan Yesus.
Hidupku akan penuh sukacita yang sesungguhnya. Hidupku menjadi ispirasi bagi sesama. Aku tidak hidup sendiri lagi dan kesepian. Ketidakpastian, tidak memiliki arah tujuan menjadi sirna karena aku bertobat. Merubah segala kepedihan, ketidakberdayaan dalam hidupku yang telah sia-sia.
Pertobatku menjadikanku menemukan arti kebenaran dalam hidup. Ketaatan, kedisiplinan dan kerendahan hati menempaku mejadi kuat karenaNya. Kuat dan harapan yang ku terima sekarang dan nanti dalam kehidupan kekal. Imanku pun bertumbuh karena kasihNya.
Diriku akan seimbang bak neraca, yang digunakan untuk menimbang kesetaraan antara beban yang kiri dan yang kanan. Hidupku bak mata koin yang tak terpisahkan, saling melengkapi. Aku ingin percaya dan setia kepadaNya.
Aku akan selalu menyertakan Tuhan dalam hidupku karena Dia setia kepada umatnya. Dia tidak akan berubah, meskipun aku berubah. Seringkali kesalahanku tak terhitung banyaknya, Dia seringkali menyambut dan menerimaku kembali dengan sukacita.
Sejenak aku ingat dan merenungkan firmanNya dalam “Perumpamaan tentang anak yang hilang” (Lukas 15: 11-24). Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu diantara mereka.
Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke luar negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. Setelah dihabiskanya semua, timbulah bencana kelaparan dalam negeri itu dan ia pun mulai melarat.
Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorang pun yang memberikannya.
Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku disini mati kelaparan. Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. Jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa.
Maka bangkitlah ia dan pergi ke pada bapanya, ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belasan kasihan. Ayah itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia.
Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap surga dan terhadap bapa aku tidak layak lagi disebut anak bapa.
Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya, dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelilah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. Sebab anakku itu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan di dapat kembali. Maka mulailah kepada bersukacita.
Aku pun adalah anak yang hilang, aku telah berdosa terhadap surga dan Bapa. Aku sering mengandalkan diri sendiri, sombong. Waktuku banyak terbuang sia-sia karena kesenangan duniawi.
Tidak mencari Allah, Kurang percaya dan setia kepadaNya.
(Raymundus Susanto/John)