[JAKARTA] Pemimpin tertinggi Gereja Katolik, Paus Fransiskus akhirnya tiba di Indonesia, Selasa (3/9) pukul 11.25 WIB di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Kehadiran Paus di Indonesia mengawali perjalanan apostoliknya selama 12 hari di Asia.
Kedatangan Paus Fransiskus disambut tokoh gereja dan pejabat negara serta seluruh Panitia Kunjungan Paus Fransiskus di Indonesia yang sejak pagi telah berada di Terminal 3.
Mereka yang menyambut di Ruang VVIP di Terminal 3 antara lain Menteri Agama Yaqut Qolil Qoumas, Dubes Vatikan Mgr Piero Pioppo, Dubes RI untuk Tahta Suci Vatikan Trias Kuncahyono, Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Kardinal Suharyo, Ketua KWI Mgr Antonius Bunyamin OSC, dan Ketua Panitia Ignasius Jonan.
Menjadi menarik ketika Paus Fransiskus memilih transportasi umum dan sederhana selama kunjungannya ke Indonesia. Alih-alih menggunakan jet pribadi, ia justru terbang dari Roma, Italia menggunakan pesawat komersil dari Alitalia.
“Paus menggunakan pesawat Alitalia, bukan jet pribadi,” kata RD Steven Lalu, Wakil Koordinator Media Panitia Kunjungan Bapa Suci.
Selama di Indonesia Paus Fransiskus juga tidak menggunakan mobil mewah dengan fitur anti peluru melainkan Innova Zenix. “Civil car yang digunakan oleh Sri Paus itu adalah Toyota Kijang Zenix ya,” ungkap Ketua Panitia Kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, Ignasius Jonan.
Setelah menerima proses sambutan singkat dari pejabat negara dan pimpinan Gereja Katolik Indonesia, Paus Fransiskus menuju Nunciatura Jakarta, di kawasan Gambir untuk beristirahat. Lantaran kesederhanaannya lah, Paus selama di Jakarta menolak untuk tinggal di hotel mewah dan lebih memilih menginap di Kedubes Vatikan tersebut.
Jesuit yang Fransiskan
Kesederhanaan Paus Fransiskus sebenarnya sudah terlihat dari awal kepemimpinannya sebagai Uskup Roma dan pemimpin tertinggi Gereja Katolik itu.
“Saya lebih memilih gereja yang memar, terluka, dan kotor karena berada di jalanan, daripada Gereja yang tidak sehat karena terkurung dan bergantung pada keamanannya sendiri.” Kalimat ini merupakan kutipan dari nasihat apostolik pertama Paus Fransiskus, Evangelii Gaudium (49) yang disampaikan pada 24 November 2013.
Nasihat ini menggambarkan misi kepausannya untuk berpihak pada kaum lemah, terpinggirkan, dan miskin. Persis seperti spiritualitas Fransiskan yang mengacu pada sosok Santo Fransiskus dari Asisi.
Paus Fransiskus tidak ingin agama hanya dibatasi pada kehidupan pribadi tanpa punya dampak di masyarakat. Oleh karena itu ia mengajak gereja beserta seluruh instrumen di dalamnya untuk keluar dari zona nyaman, menjangkau dan melayani seluruh umat manusia dengan mengedepankan dialog antaragama serta penghormatan terhadap lingkungan hidup.
“yang Pertama”
Paus Fransiskus, lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio, terpilih menjadi paus ke-266 Gereja Katolik pada 13 Maret 2013.
Sosoknya amat istimewa karena menyandang banyak atribut sebagai “yang pertama”. Ia adalah paus pertama dari luar Eropa dalam 1200 tahun terakhir. Paus pertama dari benua Amerika Latin. Paus pertama dari Argentina. Paus pertama dari Ordo Serikat Jesus. Dan, Paus pertama yang mengenakan nama Fransiskus.
Meskipun ia seorang Jesuit, pernah menjabat sebagai pemimpin provinsi (provinsial) Argentina, ia sengaja dan dengan sadar memilih nama Fransiskus sebagai nama kepausannya yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi.
Di sini menariknya, alih-alih memilih nama Ignatius yang adalah pendiri Ordo Serikat Jesus, ia malah memilih nama Fransiskus yang merujuk pada Santo Fransiskus Assisi, pendiri Ordo Fratrum Minorum (OFM).
Penulis: Aloisius Johnsis | Editor: Bernadus Wijayaka