Anda di sini
Beranda > Mancanegara > Paus: Menjadi Setia Itu Revolusioner

Paus: Menjadi Setia Itu Revolusioner

Loading

Tidak sekali-sekali Paus mengingatkan umat Katolik untuk setia dalam pernikahan, setia dalam mencintai, setia untuk mendampingi. Sepanjang 2018 ini saja, Bapa Suci berkali-kali menguatkan arti penting cinta dan kasih dalam pernikahan.

“Kesetiaan untuk mencintai dalam pernikahan, kesetiaan suami untuk mencintai pasangannya, seperti Yesus yang mencintai Gereja merupakan tindakan revolusioner,” tegas Paus di hadapan khalayak di Lapangan St. Petrus Roma, Oktober lalu.

Bapa Suci menegaskan nasihat Rasul Paulus agar setiap suami mencintai istrinya seperti Kristus yang lebih dahulu mencintai Gereja. Dikatakannya, panggilan untuk mengasihi diwujudkan dalam bentuk kesetiaan. Karenanya, sungguh suatu perbuatan yang kekanakan ketika seorang laki-laki memutuskan untuk berselingkuh hanya karena ingin memuaskan kebutuhan dirinya sendiri.

Tubuh Bukanlah Alat Pemuas

Umat pun diingatkan kembali mengenai pentingnya memaknai perintah ke enam dari sepuluh perintah Allah, jangan berzina.  “Tubuh manusia bukanlah sekadar alat pemuas, melainkan tempat kita menemukan panggilan untuk mengasihi, dan dalam cinta yang sejati, tidak ada tempat bagi hawa nafsu dan kepalsuan. Baik laki-laki maupun perempuan layak untuk mendapatkan lebih dari sekadar nafsu,” katanya.

“Ini adalah perintah bagi setiap orang. Mari kita mengingat bahwa kedewasaan manusia merupakan langkah cinta yang mengembangkan kemampuan dari hanya penerima perhatian menjadi individu yang menawarkan perhatian, memberi harapan hidup,” tambah Uskup Roma tersebut.

Menjadi Ayah bagi Setiap Orang

Uniknya, Bapa Suci dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang Kristen dipanggil untuk menjadi seorang ayah.

“Dalam imamat, setiap imam dipanggil untuk mencintai umat-Nya dengan kelembutan dan kekuatan seorang suami dan seorang ayah,” ungkapnya. Gereja tidak membutuhkan seseorang yang hanya dapat berperan sebagai seorang imam, namun membutuhkan setiap orang yang tersentuh oleh teladan Kristus yang tanpa pamrih dalam mengasihi.

“Mulailah (meneladani, red) dari kelembutan, kerendahan hati yang telah ditunjukkan oleh Kristus,” ajak Paus, “Dari sana, kita bisa memahami arti sejati pernikahan dan setiap panggilan,” tutupnya.

(Ari sudana)

Leave a Reply

Top