[KATEDRAL] Santa Monika adalah sosok perempuan tangguh, penyabar, dan dekat dengan Tuhan. Berkat imannya dan karakternya yang baik, ia mampu menggerakan hati Tuhan untuk membuat Agustinus, putranya bertobat. Ia juga tekun mendoakan suaminya Patrisius yang tempramental itu juga bertobat dan menjadi lembut. Agustinus akhirnya menjadi Santo, setelah beralih dari hidupnya yang glamour dan penuh hura-hura. Karenanya tepat bila sosok Santa Monika dipilih oleh perkumpulan ibu-ibu, lansia, dan janda sebagai pelindung komunitas mereka.
Menyambut HUT Santa Monika, sekitar 50 ibu dan lansia yang tergabung dalam komunitas Santa Monika merayakan pesta nama komunitasnya di Ruang Seksi Paroki BMV Katedral Bogor, Sabtu (27/8). Misa yang dipimpin dipimpin oleh Pastor Paroki RD Dominikus Savio Tukiyo mengawali perayaan kali ini. Hadir juga para anggota Santa Monika dari paroki-paroki di Bogor dan sekitarnya seperti Paroki Keluarga Kudus Cibinong, Santo Andreas Sukaraja, dan Santo Fransiskus Asisi Sukasari. “Paus Fransiskus mengajak Gereja yang artinya kita semua untuk menjadi Guru dan Ibu,” tutur Romo Tukiyo dalam homilinya.
Guru artinya mau mengajari dan mewariskan ilmu yang dimiliki, dalam konteks hidup beriman berarti mau mewariskan pemahaman iman yang baik bagi anak-anak. Guru juga tegas dalam menyampaikan kebenaran, ada punishment ada reward. “Menjadi Ibu artinya harus merangkul, menerima, siapa pun. Konsep ibu seperti hanya bapak pada kisah anak yang hilang, bagaimana ia menyambut anaknya dengan tidak memikirkan kesalahan yang lama,” jelas Romo Tukiyo.
Di awal kotbahnya Romo Tukiyo memberikan kesempatan kepada beberapa lansia untuk mensharingkan pengalaman imannya dalam komunitas Santa Monika. Ibu Kirana (77) lansia asal Paroki Santo Fransiskus Asisi Sukasari merasakan perubahan setelah mengikuti komunitas ini. “Saya merasa iman saya bertumbuh. Walaupun sudah tua saya tetap bersemangat, melihat teman-teman yang gigih dalam menjalani hidup,” ujarnya.
(John)